Keluar dari ruang latihan Pelangi melihat seorang cowok datang menghampirinya dengan senyum manis yang harus ia hindari.Pelangi tidak mau tenggelam didalamnya.
Tidak mau terbawa perasaan yang seharusnya tak pernah ada.
Sebisa mungkin Pelangi berpura-pura tidak melihat Bintang yang datang menghampirinya. Namun saat memalingkan wajah ke arah lain, satu sosok lain muncul di sana sedang mengenggam sebotol air mineral. Semesta berdiri kaku di ujung koridor. Cowok itu menghentikan langkahnya ketika melihat Bintang berlari kecil menghampiri Pelangi.
Entah kenapa Semesta merasa tidak percaya diri sekarang. Mengingat bagaimana hari itu Pelangi mengkhawatirkan Bintang membuatnya tersadar jika posisi dirinya dan Bintang di hati Pelangi jauh berbeda.
Perlahan Semesta berbalik melangkah kembali ke kelasnya. Apa pantas ia merasa kecewa? Apa sekarang Semesta cemburu?
Kedua perasaan itu tidak bisa ia tampik sekarang.
"KAK SEM" Seketika Semesta berbalik melihat Pelangi yang berlari kearahnya.
"Minumnya buat Aku kan?" Tanya gadis itu sambil tersenyum manis membuat Semesta mengerutkan kening.
"Makasih yah" ucap Pelangi lagi kali ini sambil mengusap pipi kiri Semesta.
Semesta hanya berdiri kaku dan tidak menampik perlakuan aneh Pelangi yang suka sekali tiba-tiba.
Bukan tanpa alasan Pelangi melakukannya. Tadi sebelum Bintang sempat menghampiri dan menyapanya, Pelangi lebih dulu melihat Ayuna didepan ruangan musik tengah menatapnya dengan sendu. Untuk menghindarinya hanya dengan cara ini. Memanfaatkan Semesta.
"Kesambet?' tanya Semesta berubah menyebalkan
Bagaimana bisa Pelangi melihat ke arahnya jika seperti ini. Semesta selalu menyebalkan dihadapan Pelangi, selalu melakukan hal yang salah membuat Pelangi kesal setengah mati padanya.
"Lo jangan menyebalkan yah Semesta Winata" Ucap Pelangi geram sambil merangkul Semesta menjauh. Lebih tepatnya merangkul paksa.
Semesta tersenyum jahil "Ternyata lo nggak Cuma bisa galak, menari, kasar tapi bisa drama juga. Cocok"
"Cocok jadi pemain sinetron indosiar. ARGGHHH" lanjut Semesta diakhiri dengan ringisan karena Pelangi menjitak kepalanya dengan keras.
Saat mereka sampai di balik gedung sekolah yang Bintang tak bisa lagi melihat mereka. Pelangi melepas rangkulannya dan sedikit menjauh.
"Gue merasa di khianati"
"Berisik" omel Pelangi.
"Gue merasa terluka"
"Kenapa gue jadi kakak kelas yang nggak dihargai sama sekali sama adik kelasnya. Kenapa adik kelas sialan itu selalu merebut apa yang gue suka. Nggak lo nggak Ayuna semuanya di rebut sama dia"
"Dia punya nama" ucap Pelangi kesal mendengar ucapan Semesta yang mulai drama.
"Nggak sudi sebut namanya"
"Gue pergi makasih minumannya" ucap Pelangi tak menanggapi. Cewek itu berjalan meninggalkan Semesta yang tidak berusaha menahannya.
Semesta melihat Pelangi berjalan menjauh. Jelas sekali gadis itu berjalan dengan tidak tegap, bahunya menurun tidak semangat sama sekali. Semesta menghembuskan nafas pelan, ia tidak tau kenapa Pelangi seperti tadi. Tiba-tiba menghampirinya dan meninggalkan Bintang. Apa Pelangi mau membuat Bintang cemburu agar gadis itu bisa mengetahui perasaan Bintang yang sebenarnya?
"Nggak cukup dia jadiin gue supir. Sekarang malah dimanfaatin buat orang lain cemburu juga" Semesta tersenyum getir. Kenapa ia harus sekecewa ini.
Di sisi lain Pelangi berjalan gontai kembali ke ruang latihan. Bintang dan Ayuna sudah tidak ada disana. Jelas sekali tatapan Ayuna tadi adalah tatapan terluka. Membuat Pelangi seketika tersadar akan janjinya.
"Ah sial. Kok gue jadi orang bego gini sih" gerutu gadis itu dalam hati.
"Galau amat" ledek Gea saat Pelangi memasuki ruang latihan. "Nih buat lo" Gea menyodorkan kotak coklat dengan pita berwarna pink sebagai pengikatnya dan ada secarik kertas yang terselip di sana.
Pelangi segera menerimanya dengan kening mengkerut. Belum sempat Pelangi bertanya tapi Gea sudah lebih dulu pergi meninggalkannya. Latihan mereka memang sudah selesai, Pelangi kembali hanya untuk mengambil tasnya saja.
Makasih untuk kemarin.
Dari Bintangmu
Pelangi tersenyum samar membaca tulisan rapi Bintang. Jadi tadi Bintang menghampirinya karena ingin memberikan coklat itu. Seandainya tidak ada Ayuna diantara mereka, Seandainya Pelangi lebih dulu ada dikehidupan Bintang dibanding Ayuna, Pelangi tidak akan se plin plan ini.
Ingin mendekat namun harus memikirkan hati orang lain. Ingin menjauh tapi hati sendiri yang enggan untuk melakukannya.
"Oiiii ngelamun. Ayo pulang" suara seseorang menyadarkan Pelangi dari lamunannya. Melihat Semesta datang dan berjalan melewatinya. Cowok itu segera mengambil tas Pelangi dan menyampirkannya di bahu sebelah kiri.
"Ayo" ucapnya tanpa melihat Pelangi sama sekali. Pelangi ikut keluar dari ruangan latihan. Mengekor di belakang Semesta seperti anak ayam, kali ini Pelangi tidak niat untuk berdebat dan memarahi Semesta. Segalak-galaknya Pelangi dengan cowok itu, Pelangi tetap punya rasa bersalah, mengingat Semesta sakit karenanya bahkan tadi ia sempat memanfaatkan cowok itu untuk kabur dari Bintang.
Di dalam mobil pun Semesta tidak banyak bicara, ia hanya fokus pada jalanan di depannya tanpa menoleh sedikit pun. Hari ini ia hanya ingin jeda sedikit, tidak mau terlalu mengganggu Pelangi. Entah kenapa Semesta sangat membenci kejadian tadi. Melihat Pelangi berlari ke arahnya karena ingin membuat Bintang cemburu.
Semakin lama Semesta semakin paham apa yang ia mau. Cowok itu mau Pelangi berlari ke arahnya karena cewek itu benar-benar membutuhkannya bukan karena memanfaatkannya.
Belum sepenuhnya yakin, tapi Semesta merasa jika ia sudah mulai jatuh pada sosok Pelangi Al-Rasyid.
"Nanti malam mau dibawain makanan apa?"
"Gue lagi nggak mau ketemu lo" jawab Pelangi ketus.
"Baguslah. Pekerjaan gue berkurang"
"Besok lo nggak usah jemput gue"
"Nggak janji"
"Suka banget gue siksa"
Semesta tidak menjawab. Ia menghentikan mobilnya didepan rumah Pelangi. Tanpa basa-basi Pelangi langsung turun dan pergi meninggalkan Semesta yang masih disana menatapnya.
"Lagi-lagi gue dikecewain oleh cewek yang berbeda namun dengan alasan satu cowok yang sama. SIALAN"
Mendengar suara mobil Semesta pergi meninggalkan area perumahannya. Pelangi menoleh dan menipiskan bibir. Bukankah ia sudah keterlaluan, melampiaskan rasa kesal dihatinya pada Semesta. Orang yang tidak melakukan apa-apa malah dia juga adalah korban yang disakiti oleh Ayuna. Dan baru saja ia memanfaatkan Semesta untuk kepentingannya sendiri. Pelangi merasa bersalah.
Mereka berempat tidak sadar sedang sama-sama tersakiti diwaktu yang sama dengan alasan yang berbeda.
***
Jika di dunia ini tidak ada kata seandainya, mungkin kata Menyesal juga tak akan sering muncul di setiap kejadian menyakitkan.
***
Mau post Foto Ify. Soalnya dia jarang muncul di beberapa part yang akan datang.
Salam NiarAslim
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...