18-Cowok itu sama Aja

25 8 1
                                    

Keadaan Semesta di malam hari tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Efek telat makannya tadi pagi benar-benar mempengaruhi lambungnya. Sesekali cowok itu meringis dibalik selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Semesta tidak sedang demam atau merasa kedinginan, penyakit maagnya hanya kambuh tapi mamanya memaksa Semesta untuk tidak banyak terkena angin. Lantaran khawatirnya ia sampai mengingatkan putranya untuk memakai sweater katanya walaupun hanya perih di lambung tapi keadaan itu juga bisa mempengaruhi kondisi tubuh yang lain karena kondisi tubuh sedang lemah. Bisa saja Semesta masuk angin.

Akhirnya Semesta hanya pasrah dibawah perawatan mamahnya yang menurutnya berlebihan. Bahkan saat ini Semesta merasa gerah di balik selimut, apalagi perih di lambungnya semakin menjadi membuat pemuda itu hanya melilit didalam selimut.

"Lain kali jangan telat makan Sem"
Sumpah Semesta sudah bosan mendengar kalimat itu. ia bisa memperkirakan mamahnya akan mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali dalam waktu lima menit. Dan kalimat itu terus ia ulang semenjak Semesta pulang ke rumah sekitar pukul dua siang. Dan sekarang sudah jam tujuh malam.

"Kamu tiduran gih. Mama mau nyiapin makan buat papah dan kakakmu" wanita paruh bayah yang bernama Nia itu segera keluar  dari kamar putranya dan menutup pintu.

Seperginya mamanya Semesta langsung keluar dari selimut yang mengungkung tubuhnya. Betapa gerahnya ia didalam sana. Perih dilambungnya belum juga reda malah semakin menjadi. Semesta paling merasa tersiksa ketika penyakit lambungnya kambuh karena pemuda itu benar-benar tak bisa melakukan apa-apa. Ia selalu menekan bagian uluhatinya sebab jika ia melepaskannya rasanya semakin perih. Entah itu cara yang benar Semesta tidak peduli karena hanya itu caranya agar  bisa merasa mendingan.

Ponselnya bordering diatas nakas membuat Semesta berdecak kesal. Siapa yang berani mengganggunya disaat ia tengah kesakitan seperti ini. Cowok itu berniat untuk tak mengangkatnya. Namun ketika mengingat jika saja Pelangi yang menelponnya dan ia tak mengangkat maka apa yang akan dikatakan gadis itu. Bisa saja Pelangi akan berpikiran bahwa Semesta sudah menyerah.

Dengan pelan. Semesta meraih ponselnya dan segera menggeser simbol hijau dilayar tanpa melihat siapa si pemanggil.

"Halo"

"Sem lo dimana. Gue nginap di kafe yah. Gue gak tau mau ke mana"
Tiba-tiba Semesta menyesal mengangkat telponnya ketika ia mendengar suara orang yang menelpon.

"Gue nggak lagi di kafe" jawab Semesta kesal.

"Gue nggak butuh lo. Gue Cuma butuh kamar lo buat tidur"

"Pulang ke rumah besar lo ajasih"

Tiba-tiba Eja diseberang sana tak lagi menyahuti ucapan Semesta. Merasa ada salah dengan ucapannya Semesta segera memperbaiki posisi baringnya dan melepaskan tangannya yang sedari tadi menekan uluhatinya. Seketika cowok itu meringis merasakan perih uluhatinya.

"Lo kenapa? Tanya eja terdengar khawatir.  Apa cowok itu benar-benar khawatir atau hanya ingin tahu.

"Lambung gue perih"

"Kebiasaan lo. Pasti telat makan kan lo. Sekalinya makan langsung makanan  yang berminyak. Bandel" omel Eja membuat Semesta ingin segera melempar ponselnya.  Lagian ini bukan kemauannya, tadi Semesta sudah berusaha menolak agar tidak memakan makanan berminyak hanya saja Pelangi memaksanya. Jadi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Bisa nggak sih lo ngga ikut nasehatin gue kaya mamah?" Ketus Semesta.

"Salah mulu gue dimata lo. Kalau lo nggak mau gue tidur di kafe nggak apa-apa gue bakal nyari tempat lain"

"Lo tersinggung dengan ucapan gue tadi?" Tanya Semesta menghakimi. Bukannya minta maaf karena tadi ia sudah melukai perasaan Eja dengan menyuruh cowok itu bermalam dirumahnya. Padahal Semesta tau kalau keadaan keluarga Eja memang sedang tidak baik-baik saja. Dan ketika Eja meminta tumpangan itu artinya ia sedang lari dari rumah.

PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang