"Nggak usah di paksa Na. Lo lagi sakit!"
"Gue nggak apa-apa kok"
"Nggak apa-apa gimana muka lo pucat. Sini biar gue aja"
"Cuma buang sampah doang. Gue bisa kok"
"Kok jadi keras kepala sih Na"
Bintang mengambil plastik sampah dari tangan Ayuna. Saat ini Bintang sedang berada di rumah Ayuna. Hari ini Ayuna pucat sekali, katanya pilek tapi gadis itu tetap memaksakan diri kesekolah hingga pada akhirnya guru di kelas menyuruh Ayuna pulang ke rumah diantar Bintang. Sampai di rumah Ayuna malah bersih-bersih karena kedua orang tuanya lagi tidak di rumah. Sedang berkunjung ke rumah neneknya yang ada diluar kota.
"Lo mau makan apa?" Tanya Ayuna tanpa melihat Bintang. Akhir-akhir ini Ayuna memang lebih sering cuek terhadap Bintang. Tapi anehnya cewek itu masih saja perhatian.
"Rumah gue di sebelah Na. Gue bisa cari makan sendiri kalau gue laper" Ucap Bintang. Kembali dari membuang sampah di tong sampah yang ada di halaman belakang.
"Gue juga bisa cari makan sendiri Tang" Jawab Ayuna tanpa melihat Bintang. Cewek itu fokus pada ponselnya.
Tanpa aba-aba Bintang merampas ponsel Ayuna. Cowok itu berjalan mendekat ke hadapan Ayuna. Menatap cewek dihadapannya dengan intens. Belakangan ini Bintang benar-benar dibuat bingung dengan sikap Ayuna yang jauh berbeda dari biasanya.
"Lo kenapa sih Na?" Tanya Bintang tegas. Manik matanya menyorot tepat pada Ayuna membuat gadis itu menelan salivanya kasar.
"Emang gu gue kenapa?" Tanya Ayuna gugup. Bintang tidak pernah menatapnya setajam itu karena Bintang memang tidak pernah marah padanya
"Lo beda"
Ayuna memaksakan senyumnya "Perasaan lo aja kali?"
"Lo suka sama gue Na?"
Entah kenapa Ayuna tertegun
saat kalimat itu keluar dari mulut Bintang. Ayuna berharap ini mimpi agar ia bisa terbangun dan semuanya tidak pernah terjadi karena Ayuna benar-benar tidak tau harus mau jawab apa. Alhasil Ayuna memukul bahu Bintang kemudian mendorong cowok itu menjauh."Apasih Tang. Perasaan gue yang pilek tapi kenapa lo yang ngawur gini" Ucap Ayuna sok basa-basi tapi kelihatan jelas sekali kalau gadis itu salah tingkah.
Bintang tak menjawab, ia hanya menatap Ayuna lurus seperti memberi kode bahwa cowok itu serius akan pertanyaannya barusan.
"Apasih Tang. Gue nggak suka sama lo. Apaan sih? Gue nggak pernah berpikir lo bakal nanya itu ke gue". Sanggah Ayuna beranjak mendekat menutup mata Bintang agar tidak melihatnya lagi. Namun tak lama Bintang meraih tangan Ayuna melepaskannya dari wajah cowok itu agar tatapannya tidak terhalang.
Kali ini Bintang menatap Ayuna sudah lebih teduh tidak setajam tadi. Tapi tatapan cowok itu belum lepas dari wajah cantik Ayuna. "Na"
"Hmmm"
Sumpah dada Ayuna saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dag-dig-dug tidak karuan, Ayuna belum pernah merasa segugup ini bahkan dengan pacar-pacarnya yang dulu. Tapi entah kenapa efek Bintang untuknya begitu berbeda. Mungkin karena ia tau kalau Bintang memang orang yang paling Ayuna harapkan.
"Jangan suka gue Na"
Debaran di dada Ayuna kini berubah ngilu seperti ada benda tajam disana. Seolah debaran yang begitu kencang seketika dipaksa berhenti berdetak. Sakit sekali rasanya mendengar Bintang lagi-lagi mengucapkan kalimat yang membuatnya terluka.
"Gue nggak mau kita terlibat kata cinta. Gue nggak mau nyakitin lo"
Sekali lagi Ayuna bungkam. Gadis itu takut mengeluarkan kata-kata yang pada akhirnya membuatnya menangis. Sebab diamnya saja saat ini karena ia sedang menahan agar air matanya tidak luruh di hadapan Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...