Pelangi meringis saat merasakan ngilu dibagian selangkangannya, perlahan gadis itu membuka mata dan mendapati dirinya sudah di sekap di sebuah ruangan remang-remang hanya ada pencahayaan dari balik seng yang bocor. Tangan dan kakinya diikat dengan tali yang sangat kuat hingga kulitnya terasa seperti melepuh. Mulutnya juga di sumpal dengan kain berwarna merah seperti syal yang seketika mengingatkan Pelangi dengan benda itu.
Tepat didekat panggung sekolah, Fero dan Pelangi bertemu. Fero sengaja datang menemui Pelangi di sekolah karena hari ini adalah hari pembukaan festival di sekolah Pelangi dimana siswa dari luar bisa masuk dengan bebas karena memang sesuai undangan dari sekolah. Cowok yang menggunakan celana panjang abu-abu yang dipadukan dengan kaos berwarna hitam itu membawa dua gelas minuman untuknya dan Pelangi. Dengan senang hati Pelangi mengambil minuman itu dan segera menyeruputnya tanpa pikir panjang.
"Kemarin lo kemana?" Tanya Fero menanyakan kejadian saat Pelangi meninggalkannya di kebun binatang.
"Papa nyariin gue jadi gue harus pulang dan nggak sempat ngabarin lo. Sorry yah". jawab Pelangi membuat Fero mengangguk-angguk seperti menerima alasan Pelangi meninggalkannya kemarin.
" Hari ini kita ke suatu tempat lagi yuk!" Ajak Fero membuat Pelangi mengangkat sebelah alisnya tanda bingung.
Kenapa Fero selalu mengajaknya keluar?
Sebenarnya ucapan Semesta yang selalu diulang-ulang itu, membuat Pelangi sedikit curiga dengan Fero. Meskipun katanya Pelangi tidak percaya dengan Semesta tapi tetap saja Pelangi kepikiran dengan ucapan cowok itu.
"Mau kemana lagi?" Tanya gadis itu dengan nada yang sudah sedikit menginterogasi.
"Adalah pokoknya, tempat kesukaan gue" jawab Fero dengan semangat. Entah kenapa setiap Fero mengatakan sesuatu Pelangi percaya-percaya saja. Pelangi merasa Fero tidak pernah berbohong dengan apa yang dia katakan.
"Tapi sebelum itu kita ke mobil gue dulu. ada hal yang udah gue siapin buat lo" Imbuh cowok itu lagi.
"Ck lo ambil aja sendiri gue lagi mager" Pelangi berusaha menolak. Perasaan curiga nya semakin besar.
" Lo harus ke sana dulu" Bujuk Fero sambil menarik lengan Pelangi pelan.
Sebenarnya Pelangi masih ingin menolak tapi melihat Semesta berjalan mendekat ke arah mereka membuat Pelangi segera berdiri dan mengikuti Fero yang menarik tangannya. Pelangi sengaja ingin memperlihatkan pada Semesta kalau Fero itu tidak seburuk yang Semesta bilang.
Namun sialnya, saat mendekati parkiran kepala Pelangi tiba-tiba pusing dan seketika penglihatannya tidak fokus seperti dunia sedang terguncang hebat. Dalam hati Pelangi langsung mengutuk dirinya sendiri karena sudah membangkang dengan Semesta. Ia masih merasa Fero memapahnya masuk ke dalam mobil cowok itu. Pelangi ingin memberontak namun tenaganya seperti sudah tidak ada lagi. Entah obat apa yang sudah Fero masukkan kedalam minuman gadis itu.
Meskipun pusing, lemah tak berdaya namun Pelangi masih sempat berfikir untuk melakukan satu hal. Dia perlahan merogoh ponselnya dan segera mengklik nama paling atas di kontaknya "Bintang Bagaskara" Pelangi ingin menelpon Bintang tapi pasti Fero akan mendengarnya jadi Pelangi dengan memaksakan penglihatannya yang tidak fokus seperti melihat semua huruf menjadi dua. Pelangi mengetik pesan singkat pada Bintang bahwa dirinya sedang di culik. Dengan susah payah Pelangi memastikan bahwa pesannya benar-benar terkirim.
Pelangi menoleh dan mendapati Fero memberinya syal merah, perlahan mendekatkan benda itu di hidung Pelangi. Satu kalimat yang sempat Pelangi dengar sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya.
"Maafin gue Pelangi" Ucap Fero dengan suara baritonnya
"Fero sialan" Umpat Pelangi dalam hati. Karena dia sedang tidak bisa berteriak sekarang. Mulutnya disumpal dengan kuat, begitupun tangan dan kakinya. Pelangi berusaha melepaskan ikatannya namun tidak berhasil dan malahan terasa semakin perih karena kulit tangannya mulai mengelupas karena gesekan tali yang kasar. Sesekali Pelangi meringis kesakitan namun terus berusaha bagaimana caranya agar bisa kabur dari ruangan gelap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen FictionPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...