"Ngapain sih ikut mulu kayak anak kucing" Omel Pelangi saat Semesta selalu mengekor padanya.
Sepulang sekolah tadi ia ditugaskan oleh bu Gina untuk mengambil kain pesanan untuk kostum tari tradisional yang akan mereka pakai saat Festival akhir bulan ini. Sialnya makhluk menyebalkan seperti Semesta melihatnya keluar dari ruangan Bu Gina dan akhirnya mengekor sampai ke toko kain sekaligus.
Sudah beberapa kali Pelangi mengusirnya tapi Semesta tak menghiraukan. Apa kata-katanya semalam tidak berpengaruh pada Semesta.
“Cari apa mba?" Tanya mbak penjaga toko saat Pelangi memasuki area jualannya.
“Mau ambil pesanan atas nama bu Gina" Jawab Pelangi ramah
"Oh muridnya Bu gina. Tunggu bentar yah Mbak"mbak tadi menarik sebuah kotak yang cukup besar dan menyerahkannya pada Pelangi.
"Semuanya?" Tanya Pelangi ragu. Melihat ukuran kotak itu. Mbak-mbak tadi mengangguk sebagai jawaban.
"Udah di bayar sama Bu Gina kan?" Mbak-mbak itu mengangguk lagi.
Pelang mencoba mengangkat kotak itu yang ternyata isi dan bentuk kotaknya benar-benar sama. Berat sekali. Sekuat tenaga Pelangi mengangkat kotaknya namun ketika Pelangi berhasil mengangkat dengan sekuat tenaga, tiba-tiba saja Mbak-Mbak tadi mengagetkannya membuat kotak yang diangkatnya jatuh begitu saja mengenai kakinya.
"Mba bisa minta izin. Aku mau foto sama pacarnya. Ganteng banget" ucap mbaknya dengan tatapan yang beralih ke Semesta. Kata-kata itupula yang membuat Pelangi menjatuhkan kotaknya begitu saja.
PACAR.
DIH OGAHPelangi meringis merasakan sakit dikakinya. "Oh foto aja mbak. Nggak apa-apa. Dipacarin juga nggak apa-apa" ucapnya membuat Semesta melotot kearahnya. Dengan senang hati Pelangi memotret Semesta dengan mbak-mbak tadi. Terlihat jelas Semesta sedang tidak nyaman dan itu membuat Pelangi senang.
Setelah mengambil foto tanpa mengucapkan apa-apa Semesta mengangkat kotak besar itu dan keluar dari toko kain. Pelangi mengekor padanya dengan raut wajah berseri. Puas dengan wajah kesal Semesta.
Saat duduk dimobil Pelangi sudah siap dengan omelan Semesta yang pasti ia dapatkan namun ternyata salah. Semesta tidak mengatakan apa-apa malah berjongkok disana dan menyentuh lembut kaki Pelangi.
"Apaan sih?"
"Kaki lo nggak apa-apa?" Tanya nya lembut.
"Dih sok peduli. Gue nggak apa-apa”
"Kotaknya berat banget gue nggak yakin lo nggak kenapa-napa" Semesta ingin membuka Sepatu Pelangi namun gadis itu mencegahnya.
"Jangan lebai. Itu cuma kotak berisi kain bukan besi. Kaki gue nggak bakal remuk" Semesta mengalah dan kembali duduk dibalik kemudi tanpa mengucapkan apa-apa lagi ia melajukan mobilnya.
Di perjalanan begitu hening hingga Pelangi berinisiatif untuk memutar musik tapi tidak jadi ketika Semesta bicara padanya.
“Mau diantar kemana? Sekolah atau rumah?”
“Turunin depan aja. Gue bisa pergi sendiri dimanapun gue mau tanpa harus lo antar. Ingat lo bukan sopir atau bodyguard gue yang ikutin gue kemana-mana"
"Bisa nggak sih lo baik sehari aja sama gue?" Tanya Semesta sedikit kesal. Kenapa Pelangi selalu saja melakukan hal semaunya dan tidak mau melihat kebaikan Semesta
"Bukannya udah?"
"Kapan?"
"Beberapa hari yang lalu saat gue berani gandeng tangan lo dilapangan sekolah dan semua orang ngeliatin. Itu adalah saat gue baik sama lo. Dan itu berlaku sekali doang setelahnya nggak akan pernah"
"Gue lupa"
Tentu saja Semesta mengingatnya, hanya ia tidak mau mengakuinya.
"Kata-kata gue semalam kurang jelas kalau gue mau lo itu pergi dari hidup gue. nggak usah ganggu hidup gue lagi karena lo udah berhasil buat gue menderita. Jadi cukup"
"NGGAK"
"JAHAT LO"
"Udah terlanjur juga" ucap Semesta hampir tak terdengar.
Pelangi mencibir kesal, dia sudah kehabisan ide untuk membuat Semesta pergi dari hidupnya.
Seberapa besar pun usahanya untuk membuat Semesta menjauh tapi tak ada yang berhasil.
Apa Pelangi melakukan sebaliknya saja yah?
Beberapa saat kemudian senyum kembali terbit diwajah cantiknya ketika satu ide muncul di kepalanya. Ide yang menurutnya akan membuat Semesta perlahan pergi dari hidupnya.
"Oke. Kalau itu mau lo. Silahkan ngelakuin semua yang lo mau tapi jangan harap gue bakal berubah pikiran dan luluh sama lo"
Semesta mengangkat sebelah alisnya. "Segampang itu?"
Pelangi tersenyum licik menatap Semesta dihadapannya.
"Lo boleh selalu ada di sebelah gue tapi hanya sebagai babu dan hal itu bakal buat lo nyerah"
Tanpa perpikir panjang Semeta langsung mengangguk"Deal. Gue bakal buktiin akan selalu ganggu hidup lo dan gue bakal lihat sampai dimana lo nyerah dengan sikap gue. Jadi supir lo nggak masalah buat gue"
Pelangi terkekeh "Lo yang bakal nyerah hadapin gue nggak mungkin selamanya lo rela jadi supir sekaligus bodyguard gue. Kak Semesta Winata" ucap Pelangi percaya diri. Hal itu membuat Semesta memunculkan smirknya. Baru saja ia direndahkan lagi oleh gadis ini.
"Gue bakal buktiin" ucapnya percaya diri
"Dengan satu syarat. Lo nggak boleh nyentuh gue semaunya. Cukup jadi bodyguard dan supir buat gue. nggak lebih"
"Kok gitu?" nada suara Semesta terdengar tidak terima.
"Terus apa? Lo mau nyentuh gue? ha?"
"Bukan gitu tapi.."
"Tapi apa. Emang dasarnya lo punya niat jahat sama gue"
Semesta menghela nafas jengah "Oke. Gue nggak bakal bersikap kayak gitu lagi. Nggak bakal nyentuh kepala lo atau yang lainnya"
Pelangi tersenyum manis melihat Semesta mengalah "Bagus" pujinya.
"Jadi mulai besok gue yang antar jemput lo"
"Nggak masalah" jawab Pelangi enteng
***
Akhirnya bisa berada disebelahmu walau hanya sebagai bayangan. Selalu berada disekitarmu walau tidak berarti apa-apa
***
Modelan Fahmi Dunianda a.k.a Midun kalau lagi mode ganteng.
Jangan lupa Vote dan Komen
Semoga suka dengan cerita ini.
Terima kasihSalam Niar Aslim
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Novela JuvenilPertemuan pertama bisa mempengaruhi bagaimana penilaian seseorang. Sama halnya lo dan dia. Gue suka dia pokoknya gue maunya dia. Bukan lo karena bagi gue lo itu iblis dan dia adalah malaikat. Hanya satu yang belum bisa gue tentuin. Diantara keduany...