After Epilog

722 56 6
                                    

Alify merasakan dingin yang menerpa perutnya. Kepalanya mendongak kearah monitor yang masih menampilkan layar hitam dengan beberapa baris kalimat. Disampingnya ada Rio yang setia menggenggam tangannya namun dengan tatapan yang terarah sama.

Sang dokter menempelkan sebuah alat pada perut Alify yang diberi gel sebelumnya. Ia memutarnya mencari sesuatu hingga berhenti didaerah yang hampir mendekati kemaluannya. Dokter itu mengatur settingan alat tersebut hingga menampilkan bulatan berwarna hitam yang tak tau maksudnya.

"Nih, sudah ada kantungnya." Ujar sang dokter yang membuat Alify dan Rio sama-sama mengernyit heran.

"Yang mana dokter?" Tanya Rio.

"Ini, masih kecil ukurannya." Tunjuk sang dokter pada satu objek berbentuk lonjong yang besarnya tak seberapa.

"Memang masih kecil, tapi kantungnya sudah jadi. Kalau dihitung dari hari terakhir haid, usianya sudah 6 minggu ya."

Alify mengangguk. "Boleh diprint fotonya dok?"

Sang dokter terkekeh lalu mengangguk. "Boleh dong."

"Sudah selesai, boleh dirapihkan pakaiannya."

Rio membantu Alify merapihkan pakaiannya hingga istrinya itu beranjak kembali ke meja sang dokter.

"Dua minggu lagi kesini ya. Dan seterusnya dicek satu bulan sekali. Tapi kalau ada apa-apa langsung hubungi saya."

"Iya dok." Jawab Rio dan Alify kompak.

"Alify ada keluhan? Seperti mual atau apa?"

Alify mengangguk. "Mual setiap pagi, dok. Kadang tengah malam juga sampai kebangun."

"Kalau kram perut?"

"Engga sih kalau itu. Cuma mual aja."

Sang dokter mengangguk sambil menuliskan sesuatu diatas kertasnya.

"Kalau makan gimana? Tetap lancar?"

"Lancar kalau gak mual, dok."

"Suka saya paksa kalau dia mual terus. Yang penting harus masuk makanan setiap hari." Timbal Rio.

Sang dokter menatap Rio sambil memberikan jempolnya. "Bagus. Suami memang harus begitu, tegas."

"Dia juga gak suka buah-buahan, dok. Apa itu bahaya untuk anak kami nanti?"

"Waduh, kok bisa gak suka buah? Buah-buahan itu enak loh." Komentar sang dokter.

"Buah-buahan punya peran penting dalam nutrisi khususnya vitamin. Biasanya ibu hamil kan banyak berubah. Kadang apa yang gak dia suka jadi dia suka, begitupun sebaliknya. Saran saya dicoba sedikit-sedikit ya, siapa tau nanti suka. Diingat saja kamu lakuin ini untuk anakmu sendiri. Ya?"

Alify menampilkan senyumannya. "Saya usahakan ya, dok."

"PR nih untuk mas Rio. Janjiin sesuatu Mas biar Alify mau makan buah." Goda sang dokter yang membuat ketiganya tertawa.

"Ini resepnya. Saya kasih tambahan vitamin bukan berarti gak perlu makan buah ya! Buah-buahan harus tetap dikonsumsi. Untuk sekarang kondisinya masih normal semua. Jika ada apa-apa segera kemari atau hubungi rumah sakit."

"Alify juga jika merasakan hal yang tidak enak segera kasih tau orang terdekat. Jangan dipendam ya. Emosi kamu sangat berpengaruh untuk bayinya. Harus seneng terus."

"Iya dokter, makasih ya." Alify dan Rio bergantian menjabat tangan sang dokter.

"Kami pergi dulu dokter."

"Iya, sampai jumpa dua minggu lagi ya."

Alify dan Rio mengangguk kompak sebelum benar-benar keluar dari ruangan periksa. Keduanya lalu jalan beriringan dengan tangan Rio yang memeluk pinggang Alify dengan posesif.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang