Part 5 - I Have 3 Brother.

7.2K 372 1
                                    

Brakk

Pintu kayu itu terbuka, menampilkan Alify yang datang dengan baju seragam. Nafasnya terasa berat ketika menghampiri temannya yang menatap terkejut kearahnya.

"Gibran mana?!" Tanyanya cepat.

"Baru aja pergi. Dia jadi nyerang, kan?"

Alify mengumpat. "Anjing! Hp dia kemana sih? Gue chat gak dibales-bales!"

Temannya itu menunjukkan ponsel yang tengah di bongkar. "Lagi gue betulin. Katanya gak bisa nyala." Jawabnya polos.

"Anjir Gibran!!!" Alify mengusap wajahnya yang penuh keringat itu.

"Kenapa sih, Fy?"

"Polisi itu, calon kakak tiri gue. Kemaren kita ketemu dan dia bilang bakal nyerahin itu sekarang secara cuma-cuma." Jelas Alify dengan nadanya yang pasrah.

"Gibran bilang gak dia bakal nyerang dimana?"

"Kata dia sih gak jauh dari tempat ditilang kemarin. Cepet deh lo kesana, bisa bahaya ini."

"Oke, makasih ya. Nanti kalau gue butuh bantuan gue bakal telepon ke lo."

Temannya itu hanya mengacungkan jempolnya sebagai balasan.

Alify segera berlari menuju jalan besar untuk mencari angkutan umum yang akan mengantarnya ke lokasi. Hatinya terus-terusan tak tenang. Kata-kata Riel kemarin benar-benar terus menghiasi pikirannya.

Flashback On

"Kamu yang kemarin saya tilang, kan?" Pertanyaan Riel membuat semua yang ada dimeja itu mengarahkan tatapannya kepada Alify.

Alify memberanikan mengangkat wajahnya lalu tersenyum kaku. "I-iya..."

"Oh kamu yang bakal jadi adik saya? Tau gitu saya lepas aja kemarin." Ujarnya dengan senyum yang masih menghiasi.

"Bukannya Alify gak bawa motor ke sekolah?" Tanya Gunawan.

"Dia dibonceng sama temannya, Yah. Tapi temannya itu gak bawa surat lengkap. Jadi Riel tahan dulu."

Ayahnya itu hanya manggut-manggut lalu tersenyum. "Makasih loh, nak. Lain kali kalau lihat Alify tilang aja. Biar anaknya langsung pulang. Gak kelayapan dulu. Beruntung kalau dia punya kakak polisi."

Alify menatap Ayahnya dengan tatapan kesal. "Ayah apaan sih?! Aku gak mau ya kalau kalian nikah. Aku juga gak mau punya kakak!"

"Lagipula untuk apa aku pulang cepet dari sekolah? Di rumah juga kosong, kan? Ayah mana pernah temenin aku."

"Maka dari itu, Ayah ingin menikah lagi biar kamu ada temannya. Nih Cakka, kakak kamu yang kedua lagi nganggur nunggu sidang. Jadi dia bisa temenin kamu."

"Aku gak mau, Yah. Ayah kenapa sih gak pernah dengerin mau aku?!"

Riel dan Sarah yang semakin menyadari bahwa suasana semakin memanas berusaha menengahi.

"Sudah, Mas. Gak apa-apa. Masih ada banyak waktu."

"Iya, Yah. Lagi pula Riel pasti akan jagain Alify sekalipun dia bukan adik Riel."

Riel meletakkan tangannya dipuncak kepala Alify. Mengelus rambut itu seolah menyalurkan ketenangan. Dan benar saja, Alify terdiam berikutnya.

"Tapi nanti kalau kita sudah jadi keluarga, Alify panggil saya Abang ya."

Keterdiaman Alify bukanlah hanya lamunan semata. Perlakuan dan ucapan Riel benar-benar membuatnya nyaman dan merasa terlindungi. Tanpa sadar ia tersenyum tipis. Sangat tipis sampai tak ada yang menyadari.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang