Alify menyandarkan tubuhnya pada tubuh Rio seutuhnya. Ia saat ini tengah berkumpul di kediaman Gibran. Setelah sekian lama sejak ia masuk sekolah, untuk pertama kalinya ia kembali kumpul bersama kelompoknya. Sekalipun rasa takut itu masih ada, selama Rio disampingnya ia rasa tidak masalah.
Sebagai tanda kembalinya Alify, mereka kembali merayakan acara kecil-kecilan. Gibran sudah meminta bibi yang bekerja di rumahnya untuk memasak nasi liwet khas sunda dengan segala lauk-pauknya. Mungkin ini akan menjadi kali pertama Alify kembali merasakan masakan khas sunda itu. "Maklum, orang kaya." kalau kata teman-temannya.
"Rio, Aaaa..." Alify mengarahkan jeruk yang sudah ia kupas ke mulut Rio.
Rio dengan senang hati membuka mulutnya lebar-lebar. Menerima suapan sang kekasih dengan suka rela.
"Heh! Pacaran mulu!" Tegur Juna yang tak sengaja melihat kemesraan sepasang kekasih itu.
"Sirik aja!" Balas Alify dengan sewot.
"Iyalah! Gue jomblo anjir!"
"Makanya pacaran! Gak laku ya?"
Juna memasang wajah terkejutnya, namun senyum tak dapat ia sembunyikan. "Berani lu sama gua??"
Alify merapatkan duduknya dengan Rio kala Juna mendekatnya. Celaka, ia pasti akan diapa-apakan oleh teman terjahilnya itu.
"Jangan mendekat!!"
Namun Juna masih mendekati Alify. Alify bahkan sudah berpindah ke sisi Rio yang lain agar terhindar dari serangan Juna. Tangannya memeluk Rio dengan erat. Menyembunyikan separuh tubuhnya agar tertutupi Rio.
"Jangan Junaa! Gak mau! Gak mau!!"
"AAAAAAA"
Alify berteriak ketika Juna sudah menarik kakinya. Entah apa yang akan pria itu lakukan, tapi Alify yang berteriak tepat disamping telinga Rio sukses membuat Rio kesakitan.
"JUNAA AMPUN JUNAAA!"
"Lif... jangan teriak di kuping gue dong!" Teguran Rio tak diindahkan.
"Rio tolong! Hahahah."
"Udah Jun, sakit badan gue sama Alif, anjir!" Ujar Rio menengahi acara Juna yang masih berusaha menyeret kaki Alify.
"Mending lo bantuin aja biar anak ini kita ceburin ke kolam." Juna kembali menjahili Alify membuat gadis itu semakin panik.
Alify semakin panik, ia memasang wajah menangisnya untuk memohon ampunan dari Juna. "Gak mau!! Gue gak bawa baju ganti huhu..."
"Lepas please.. huhu.."
"Ah cengeng." Juna melepaskan tangannya.
Alify segera membenarkan letak duduknya tepat ketika kakinya terlepas dari tarikan Juna. Ia mengatur nafasnya yang terengah. Sekujur tubuhnya sudah dipenuhi keringat, bahkan wajahnya pun memerah.
"Ampun heheh..."
Juna memutar matanya malas. "Awas aja lu ledekin gue jomblo lagi, gue seret ke kolam ikan tau rasa!"
Alify segera menaikkan dua jarinya dengan wajahnya yang menampilkan cengiran. "Peace..."
Setelah melihat Alify meminta ampun itu, Juna segera kembali menolong kawannya yang lain. Memang hanya Rio dan Alify yang terlihat bersantai ditengah kawan-kawan Alify yang tengah sibuk menyiapkan. Lagipula mereka melarang Alify yang tangannya belum sembuh total.
"Makanya jangan nyenggol status orang. Capek sendiri kan?"
Alify menampilkan cengirannya pada Rio. "Aku bercanda. Seru tau jailin Juna, jarang liat dia marah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...