Part 1 - Hukuman dan Alergi.

12.5K 538 6
                                    

REVISI Ver ✔

***

"Lari woy lari! Alify Alify sini bego!"

Seorang perempuan dengan badan kurus dan rambut merahnya berlari kencang mengikuti arahan teman lelakinya. Tangannya digenggam dan diajak berlari menjauhi musuh yang sedang mengejar mereka.

"Belok! Belok! Sembunyi!"

"Anjir jangan disini! Penuh!"

"Bego! Si Alify cewek ini!"

"Udah sih, gue cari tempan lain!"

Alify melepaskan genggaman tangannya lalu berlari menjauhi teman-temannya yang malah bertengkar. Ia berlari tak tentu arah. Mengikuti nalurinya. Memasuki gang gang sempit dan sesekali melihat keadaan belakangnya.

Ia berhenti sejenak saat menginjakkan kakinya di pos depan komplek rumahnya sendiri. Cukup takjub dengan dirinya sendiri yang bisa berlari sejauh ini sekalipun jarak antara rumah dan sekolah tidak bisa dibilang dekat.

Alify kembali melanjutkan jalannya menuju rumah dengan senyum penuh kemenangan. Iya, hari ini kelompoknya kembali berhasil memancing keributan.

***

"Permisi, Paket!"

Ucapan seseorang dibelakangnya membuat Alify yang baru saja menutupi pagar rumahnya berbalik.

"Atas nama Bapak Gunawan?" Tanya kurir tersebut.

"Saya anaknya."

"Mohon tanda tangannya dulu sebagai tanda penerima." Kurir tersebut menyerahkan ponselnya.

"Ini barangnya ingin saya bantu bawakan atau tidak? Berat soalnya."

"Bawain deh, sampai pintu ya."

Kurir tersebut mengangguk lalu menjalankan tugasnya. Setelah itu ia pamit untuk mengantarkan paket lainnya.

Alify menatap dus yang ukurannya lumayan besar dan berat. Dus itu polos, membuatnya tidak dapat mengetahui isinya. Riwayat pembeli dan penjual pun tak menyertakan jenis barang yang dikirim.

"Buka aja kali ya, paling Ayah beli alat fitness baru."

Alify mendorong paket itu untuk masuk ke rumahnya dengan susah payah. Setelah tiba di ruang tengah, ia langsung membukanya dengan cutter.

"Undangan?"

"Anjing."

Alify langsung mengambil ponselnya dan menelepon tersangka yang membuatnya mengumpat kasar.

"Halo sayang?"

"Maksud Ayah apa?! Nikah lagi tanpa bilang ke aku?!"

"Kamu tau dari mana? Kamu buka paket ayah?"

"Iya, emang kenapa? Aku gak boleh sentuh barang-barang Ayah?"

"Bukan gitu maksud Ayah, nak. Hari ini niatnya Ayah mau mengenalkan kamu dengan beliau. Selama ini dia menemani Ayah semenjak ibumu tiada."

"Aku punyanya Bunda, bukan Ibu!"

"Iya sayang iya. Kamu jangan marah-marah dulu. Ayah jelaskan-"

"Marah?! Ayah bilang aku marah-marah?!"

"Say-"

"Ayah gak tau gimana hampir setiap hari aku kangen Bunda! Ayah juga gak tau gimana cara aku untuk ngalihin pikiran aku biar gak inget Bunda terus?! Dan Ayah gak akan tau gimana rasa menyesal yang terus-terusan muncul padahal ini semua salah ayah!!"

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang