Part 34 - mencari

1.9K 124 3
                                    

Rio telah sampai di Lapangan Puspa hanya dengan waktu tempuh lima menit dari rumah sakit. Ia segera memarkirkan motornya dan membuka helmnya. Mengecek ke keadaan sekitar yang sepi, barang kali ada jejak Alify disana, namun nihil.

Lapangan itu sebesar lapangan bola yang berisi rerumputan disetiap sudut dan tanah merah dibagian tengahnya. Di arah utara dan barat hanya berupa kebun pepohonan. Di arah timurnya ada rumah warga yang tak terurus lalu sekolah yang katanya adalah SMK Bima.

Suasanya sangat sepi, bak tak ada orang disekitar situ. Rio lebih dulu untuk mengecek disekeliling lapangan. Memeriksa barang kali ada jejak yang tersisa, namun yang ia temukan hanya jejak mobil yang tercetak di tanah.

"Lo dimana sih, Lif??" Tanya Rio pada dirinya sendiri. Ia hampir frustasi mengingat bagaimana kemungkinan buruk yang akan dilakukan orang itu pada pacarnya.

Rio kembali pada motornya. Ia bersandar disana, mengistirahatkan dirinya sejenak. Dalam hati ia tak henti-hentinya untuk merapalkan doa agar mendapat petunjuk keberadaan pacarnya itu.

Takk!

Sebuah dahan pohon tiba-tiba jatuh ditengah jalan tak jauh dari motor Rio yang terparkir. Hal itu membuat acara berdoa Rio buyar seketika.

Tanpa ragu, ia mengambil dahan itu dan membuangnya di tempat sampah besar yang ada disana. Dengan maksud karena dahan yang patah cukup besar dan menghalangi jalan yang kemungkinan masih suka dilewati warga meski terbilang jarang.

"Eh?"

"Tas Alif!!" Pekik Rio terkejut.

Rio mengambil tas yang ada di tempat sampah itu. Ia membersihkannya sejenak untuk memisahkannya dari kotoran-kotoran yang ada disana.

"Terima kasih, Tuhan. Doaku kau dengar dan kabulkan."

Tak bisa digambarkan bagaimana perasaan Rio saat ini. Disisi lain ia senang karena ia merasa diberi petunjuk, namun disisi lain lagi ia merasa cemas karena kemungkinan besar Alify memang sengaja disembunyikan oleh orang itu.

Rio segera membawa tas itu mendekati motornya. Lalu ia terduduk diatas rerumputan dan menggeledah semua barang didalamnya.

"Hah?" Rio sedikit terkejut ketika melihat barang yang ada di tas Alify. Barang itu bukan peralatan sekolah seperti yang sering ia bawa pada umumnya.

"Rio!"

Rio mendongak. Disana ada Ayah Alify yang baru turun dari mobilnya dan langsung menghampirinya.

"Itu tas Alify, kan?" Tanyanya dengan nada yang Rio yakin itu adalah nada penuh ke khawatiran.

Rio mengangguk. "Tadi Rio temuin di tempat sampah, Om."

"Om, lihat deh isinya." Ujar Rio seraya mempersilahkan Gunawan untuk ikut menengok kedalam.

"Kenapa banyak sekali plastik?" Tanya Gunawan seraya mengambil plastik-plastik itu satu persatu.

"Eh, ada surat?"

Rio mengambil surat itu.

Kalian harus akui kalau gue pintar. Siapapun yang nemuin tas ini di tempat tersembunyi atau tempat sampah, tandanya gue lagi dalam kondisi bahaya karena kalau gue lagi diposisi tidak terancam gue akan membuang surat yang gue tulis siang tadi.
Gue diculik (kemungkinan besar) karena gue dengan nekat nerima ajakan si bgst, Arka. Dia adalah murid SMK Bima yang selalu cari masalah sama kelompok gue.
Jadi siapapun lo, anda atau kamu yang nemuin ini. Please, tolong gue!
Gue udah pake gps di beberapa tubuh gue yang semoga aja gak terjamah atau ketahuan.
Kalian bisa lacak gue pakai link-link dibawah ini.
[Link]
[Link]
Bantuan kalian sangat gue tunggu.

-Alify

Gunawan dengan segera mengunjungi link tersebut melalui ponselnya. Dan tampilan itu seketika berubah menjadi sebuah peta dimana didalamnya terdapat sebuah pinned yang tampak terus bergerak.

"Ayo, Yo. Ikut Om." Ujar Gunawan membuat Rio sedikit kebingungan.

"Motor Rio?"

"Udah disini aja, nanti Om suruh orang yang ambil."

Rio mengangguk lalu ikut masuk kedalam mobil Gunawan yang harganya cukup fantastis itu. Tapi ini bukan saatnya untuk mengagumi kemehawan mobil yang sedang ia naiki.

Mata Rio terus memperhatikan pergerakam Alify yang ada di ponsel.

"Posisi Alify sudah jauh banget." Gumam Rio ketika melihat letak Alify yang terus bergerak menjauhi posisi mereka.

Gunawan hanya melihat sekilas kearah ponselnya yang tersimpan di dashboard. Lalu ia mempercepat laju mobilnya menuju posisi Alify.

Ponsel Rio tiba-tiba berbunyi menandakan ada panggilan masuk dari Riel. "Halo, bang? Kearah utara!" Ujar Rio sebelum Riel membuka suaranya.

"Bener? Tadi abang liat mobil Ayah ke arah Utara soalnya."

"Iya, ini gue sama Ayah lo. Alify ternyata udah masang gps di tubuhnya. Dia ninggalin surat di tasnya. Nanti gue kirim link ke lo."

"Oke-oke, gue tunggu. Gue langsung puter balik berarti ya?"

"Iya, bang. Awas lo hati-hati."

Setelah mengucapkan salam penutup, Rio mematikan ponselnya. Ia kembali berfokus pada gps Alify yang masih terus bergerak. Bahkan kini sudah melalui batas kota.

Gunawan yang melihat hal itu langsung mengaktifkan sesuatu di mobilnya.

"Siap, tuan?"

"Kerahkan semua personil untuk cari putri saya ke arah utara luar kota. Saya akan membagikan hasil lacak gps kepada kalian."

"Siap, tuan! Perintah dilaksanakan!"

Dan untuk pertama kalinya Rio merasa ia masih kurang untuk menjadi bagian dari pelindung Alify.

***

"Ibu??"

Cakka langsung berteriak ketika ia baru saja sampai dirumahnya.

"Cakka? Ayo nak kita langsung cari Alify!!" Ujar Sarah dengan nada setengah panik.

Cakka menggeleng, "kita lebih baik melaporkan ke polisi agar polisi bisa ikut bantu. Ayah, bang Riel dan Rio sudah mengetahui letak Alify karena Alify sengaja memakai gps."

"Ibu tenang ya, kita berdoa saja dari sini." Ujar Cakka.

"Kalau gitu, ayo kita ke kantor polisi sekarang! Semakin banyak yang mencari Alify, semakin cepat juga dia ditemukan!"

Cakka mengangguk. "Iya, bu. Ayo kita ke kantor Polisi. Ibu tenang ya, kita berdoa saja."

Cakka segera menuntun Ibunya untuk keluar rumah dan masuk ke mobilnya. Ibunya kali ini benar-benar dilanda kekhawatiran berlebih serta emosi yang menguasainya. Selama ia hidup dengan Ibunya, baru kali ini melihat Ibunya sekacau ini.

"Kka, pokoknya kalau Alify kenapa-napa, Ibu benar-benar gak akan tinggal diam. Ibu akan tuntut mereka sampai mereka jera." Ujar Sarah dengan mata yang menatap nyalang ke arah jalanan.

"Makanya, kita serahin ini semua ke polisi, ya? Biar mereka dihukum sebagaimana pasal yang berlaku."

Sarah menggeleng tegas. "Gak! Ibu gak mau kalau sesuai hukum. Ibu mau hukumannya setimpal."

"Negara kita itu negara hukum, bu. Semua harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalau Ibu langgar, nanti Ibu dapat hukuman juga."

"Apalagi anak Ibu ada yang Polisi dan Pengacara. Kita berdua pasti mengerti hukum. Sangat." Jelas Cakka.

"Kita berdoa aja ya, semoga Alify engga kenapa-napa dan cepat ditemukan." Lanjut Cakka masih dengan suara tenangnya walau khawatirnya sama seperti yang lainnya.

***


Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang