Part 41 - Sidang Perdana

2.3K 155 2
                                    

Brandaly Girl adalah cerita fiksi. Jadi segala hal bisa terjadi ya. ^^

***

"Gak usah, Bu. Aku ini di rumah sakit. Mau pamit sama Alify dulu. Baru ke Bandara." Malvin berbicara dengan ibunya di telepon saat ia baru saja turun dari mobilnya.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Tapi ibu tetap antar kamu ke bandara ya?"

"Iya, terserah Ibu kalau itu."

"Vin. Nanti kalau Alify gak mau jangan dulu dipaksa ya."

Malvin terkekeh. "Mana tega aku, Bu. Ibu tau kan gimana sayangnya aku ke Alify?"

"Tau. Tau banget. Bahkan Ibu aja kalah kayaknya."

"Nah. Itu tau." Jawab Malvin dengan nada bercanda.

"Aku tutup ya, aku udah naik lift nih."

Malvin menjauhkan ponselnya dari telinga ketika Sarah mengiyakan permintaannya. Lagipula percuma jika mereka terus melakukan panggilan, toh beberapa menit lagi mereka akan bertemu.

Malvin berjalan menuju kamar Rawat Alify yang berada di pojok rumah sakit. Dari sana ia bisa melihat Cakka yang tengah membaca kertas-kertas ditangannya.

"Pagi, kak.." usil Malvin padahal tangannya menepuk pundak Cakka hingga membuat pria itu terkejut.

"Ya ampun! Bikin kaget!"

"Hehe. Berkas apa itu? Rajin amat." Tanya Malvin kepo.

"Untuk sidang hari ini. Habis mengantar kamu ke Bandara. Kakak sama Ibu langsung ke pengadilan."

"Oh iya.. hari ini ya?"

Cakka mengangguk. "Sana masuk. Mumpung Alify masih ada pawangnya."

"Rio?"

"Hm."

Malvin tertawa. "Ya udah, gue masuk ya."

Malvin membuka pintu rawat Alify. Disana ada Rio yang sedang menyuapi Alify juga Sarah dan Gunawan yang sedang makan berdua di sofa.

"Lo gak sekolah, Yo?" Tanya Malvin.

"Engga, Bang. Izin dulu." Jawab Rio dengan tawa yang bisa Malvin pahami maksudnya.

"Kamu sudah makan, Vin?" Kali ini Sarah yang bertanya.

Malvin mengangguk. "Tadi makan dulu sebelum kesini."

"Gimana keadaan Alify?"

Malvin beralih mendekati Alify dan hendak mengusap rambutnya. Namun adiknya itu segera menghindar dengan mendekatkan diri pada Rio. Seolah Rio bisa menyembunyikan dirinya.

"Itu Malvin, Lif. Coba deh lihat matanya." Ujar Rio menjawab.

Alify menatap mata Malvin. Perlahan tubuhnya kembali pada posisi semula. Sepertinya ia mulai mengingatnya.

"Malvin.." panggil Alify lirih.

"Iya, ini gue Malvin."

Alify membiarkan Malvin mengelus rambutnya kali ini. Tatapannya berubah sendu. "Kenapa lo gak nolongin gue? Kenapa datangnya lama?"

Malvin terkejut dengan pertanyaan Alify. Ia merasa bersalah mendengarnya. Jika Alify bisa berkata demikian, tandanya adiknya itu berharap ia cepat menolongnya.

"Maaf, Fy. Seharusnya gue emang gak ke Bali." Lirih Malvin.

Sarah dan Gunawan yang mendengar percakapan mereka ikut terdiam. Karena bagaimana pun Alify dan Malvin mempunyai hubungan paling dekat di keluarga mereka. Dan saat keduanya berada di situasi seperti ini, rasanya sangat menyakiti hati mereka.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang