Part 2 - Chairmate dan Ditilang.

8.7K 457 5
                                    

Berita Alify yang harus dirujuk ke rumah sakit telah sampai ke penjuru sekolah. Setengah dari mereka ada yang mampus-mampusin dan setengahnya lagi cuek bodo amat.

Berbeda dengan keadaan kelas Alify yang kini riuh mulai menggosipi si biang troublemaker yang emang jarang banget yang namanya sakit. Belum pernah ada Alify pingsan waktu olahraga atau upacara atau datang ke kelas dengan keadaan pucat. Alify yang mereka kenal memang selalu terlihat kuat dan tak terkalahkan.

"Pantes dia gak pernah mau piket. Setiap bersih-bersih bareng juga dia langsung kabur. Alergi debu toh."

"Ketara banget dia gak pernah bersih-bersih dirumahnya. Anak orang kaya kali ya?"

"Bukannya dia anak Gnw Corp? Nama ujung dia Gunawan kan?"

"Anjir, gue pepet jadiin temen dah kalau dia beneran anak Gnw Corp. Tapi mana mungkinlah anak tajir gayanya begitu. Kurang apa coba hidup dia?"

"Bener. Bukunya aja gak ada yang disampulin. Pulpen aja punya satu, hasil maling pula. Gak mungkinlah dia anak Gnw Corp, malu maluin wkwk."

"Heh! Jangan omongin bebep gue dong! Kasian dia lagi sakit malah lu omongin!" Iya, itu Dio yang tiba-tiba aja ngomong ke geng yang ada sebrang barisannya.

"Rio bantuin dong bela temen sebangku lo, masa lo tega dia dihina gini." Dio meminta pertolongan kepada Rio.

Rio menggedikkan bahunya. "Males ah, kenal dia juga engga."

Bener, Rio sama Alify bahkan belum berkenalan satu sama lain.

***

"Gak mau."

"Aku bilang gak mau ya gak mau!!"

Alify kehabisan kesabarannya ketika Ayahnya itu memaksanya untuk berkenalan dengan calon ibunya. Gunawan nampak masih berusaha menahan amarahnya agar tak meluap mengingat kini mereka sedang berada di ruang rawat inap.

"Mas sudahlah gak apa. Masih banyak waktu juga. Biar Alifynya istirahat dulu." Ujar sang calon yang membuat Alify menatapnya malas.

Cari muka.

"Ayah gak pernah ajarin kamu seperti itu Alify. Jaga sopan santun kamu didepan orang dewasa!" Nampaknya Gunawan tak menggubris ucapan calonnya itu. Ia masih ingin memberikan anaknya sopan santun terhadap lawan bicara.

"Emang Ayah gak pernah ajarin aku. Selama ini kan Ayah gak pernah ada di rumah. Bunda yang selalu ajarin aku ini itu, bukan Ayah." Alify mengatakan itu dengan suara yang lancang. Matanya menatap tajam kearah Ayahnya yang juga sama-sama sedang menatapnya.

"Lalu kamu tidak menerapkan apa kata Bundamu?!"

"Untuk apa? Bunda udah gak ada. Biar aku kayak gini. Biar Bunda tau kalau Ayah gak becus jagain aku selama ini. Dan biar Ayah tau juga seberapa penting sosok Bunda sewaktu hidup."

Gunawan hampir melayangkan tamparannya jika calonnya itu tidak menahan pergelangan tangannya. "Sudah, Mas. Sudah. Alify lagi sakit, jangan buat dia makin sakit karena kamu."

"Biarin, Tante. Biar Tante lihat gimana sifat asli Ayah yang tempramen dan kasar! Tak menghormati atau melindungi wanita! Tidak sayang bahkan tega dengan anaknya sendiri!"

"Batalkan pernikahan kalian. Atau aku tidak akan datang sekalipun yang menikah adalah Ayahku sendiri."

***

Rio menatap bangku disampingnya yang sudah terisi sesosok wanita. Wanita itu tengah tertidur dengan berbantalkan lengannya yang dilipat diatas meja. Dengan pelan -maksud tak ingin mengganggu, Rio menyimpan tasnya dan duduk dikursinya dengan hati-hati.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang