Suasana yang menguar sejak tadi pagi masih tak lepas dari hati Alify. Rasa tak ikhlas masih ada padanya walau kemarin mereka telah menghabiskan waktu bersama.
Rio menggenggam tangan Alify yang duduk disampingnya. Sejak tadi di mobil, Rio terus memperhatikan kekasihnya itu yang terus murung.
Malvin baru selesai mengecek kembali perlengkapannya dengan sang Ibu sebelum pengumuman tentang jam keberangkatannya bersuara.
"Malvin pamit ya, Bu."
Malvin memeluk Ibunya dengan erat, begitupun Sarah yang membalasnya tak kalah erat.
"Hati-hati ya, nak. Jangan terbawa pergaulan disana. Kamu harus bisa jaga diri."
Malvin mengangguk dalam pelukan ibunya. Lalu mereka melepaskan pelukannya. Sarah sedikit berjinjit untuk mencium kening anaknya itu. Matanya juga nampak berkaca-kaca.
Ia sama seperti Alify yang tampak belum ikhlas padahal anak bungsunya itu akan berada di dekat Ayah kandungnya sendiri.
Malvin berpindah menuju Gunawan, Ayah tirinya. "Malvin pamit, Yah." Ujarnya lalu dipeluk sang Ayah.
Gunawan memberikan beberapa wejangan disitu. Begitupun seterusnya, Malvin juga memeluk kedua kakaknya.
"Gue pamit, Bang, kak."
Riel dan Cakka mengangguk.
Kini tiba yang paling terakhir, adik kesayangan Malvin.
"Sini peluk." Ujar Malvin yang langsung membuka tangannya.
Alify langsung memeluk kakaknya itu dengan erat. Ia menenggelamkan kepalanya didada Malvin. Menggumamkan kata-kata yang tak dapat Malvin dengar.
"Jangan nangis, malu sama pacar." Canda Malvin agar adiknya itu sedikit membaik.
Alify melepaskan pelukannya. "Nanti liburan gue kesana pokoknya! Awas kalau kita lost contact! Gue coret dari daftar keluarga!"
Malvin tertawa, tangannya menggusak rambut Alify. "Iya iya."
Pandangan Malvin beralih pada Rio yang berdiri tepat dibelakang Alify. "Jagain adik gue ya, Yo." Pintanya dengan tulus.
Rio mengangguk. "Iya, Bang. Pasti."
Malvin kembali beralih pada Alify, lalu mencium keningnya. "Udah ih! Lo jilat ya?! Kok basah?!" Pekik Alify curiga.
Malvin hanya tertawa. "Dah, gue pamit ya."
Alify mengangguk pelan. "Hm, belajar yang bener."
Malvin melambaikan tangannya ke semua. Sedangkan tangan yang lainnya menarik kopernya.
Gunawan merangkul pundak istrinya ketika melihat wanita itu mengeluarkan air matanya. "Udah, Malvin sudah dewasa. Percaya sama dia."
Sarah hanya menganggukkan kepalanya.
Berbeda dengan Alify, dia lebih dulu merangkul pinggang Rio dan meremas bajunya guna menahan air matanya. Mungkin kalau ia tak bisa menahan, ia sudah berteriak untuk jangan pergi sedari tadi.
Rio jadi teringat adegan semalam, dimana Malvin memintanya untuk ikut mengantarnya ke Bandara. Takut-takut adiknya itu masih belum merelakannya untuk pergi.
Flashback On
"Vin, ada yang mau gue omongin."
Alify membuka suaranya ketika ia telah selesai menghabiskan sate telur puyuhnya.
Malvin yang masih makan gorengan hanya membalas dengan gestur wajah saja.
"Gue udah punya pacar. Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...