○I love you 😘
○Najis jijik, Lif.
○Ragu gue kalau yang ilang itu otak lo bukan suara lo..○Hahaha
○Gue kira lu bakal baper○Cih!
○Wkwk, yaudah sana lanjut main.
Maaf ganggu 😗○Sekali lagi pake emot itu, gue coret lo dari daftar kelompok.
---
Alify tertawa tanpa suara melihat obrolannya dan Rio yang tampil di layar ponselnya. Andai saja suaranya ada, mungkin ia sudah tertawa terbahak-bahak sampai semua orang yang ada di rumah inj mendengarnya. Alay memang.
Ketukan pintu di kamarnya membuat Alify mengalihkan pandangan dari ponselnya. Pintu kamarnya yang memang tidak tertutup, memunculkan Malvin yang datang dengan buku ditangannya.
Alify membenarkan posisinya ketika Malvin jalan mendekat.
"Gue belajar disini ya, sekalian jagain lo." Izinnya walau sudah meletakkan buku diatas karpet yang ada dibawah kasur Alify.
Alify tak menjawab, namun kepalanya mengangguk.
Keduanya sama-sama terdiam canggung. Padahal sebelum kesini, Malvin sudah menyiapkan beberapa topik untuk dijadikan bahan obrolan dengan adiknya itu. Namun ketika melihat kondisi Alify yang tak bisa mengeluarkan suara membuat niatnya diurungkan.
"Gue bakal diem aja kok. Biar lo gak perlu ngomong. Ibu udah cerita kalau suara lo hilang."
Alify memilih diam kali ini. Ia membiarkan Malvin yang- terserah akan berbicara apa lagi. Suasananya sangat canggung untuk Alify yang seharusnya bisa koar-koar jika bersama Malvin.
"Tapi gue tetep mau minta maaf sama kejadian kemarin. Gue yang salah. Gak percaya sama adik sendiri. Seharusnya sih, lo pantes marah ke gue. Tapi guenya yang gak siap didiemin sama lo."
"Jangan diemin gue ya, Fy?"
Alify mengangguk. Walau mulutnya tampak enggan membuka sedikitpun. Padahal ia masih bisa berbisik untuk sekedar menjawab satu kalimat.
Malvin tersenyum, lalu kembali memposisikan diri menghadap buku latihan Ujian Nasional miliknya. Bagaimanapun ia sudah berjanji jika ia tidak akan mengganggu Alify lagi.
Sebuah sticky note berwarna hijau tiba-tiba menempel pada halaman yang tengah ia baca. Malvin menolehkan kepalanya kearah Alify yang ternyata telah pindah hingga berada dibelakangnya.
Malvin tersenyum ketika melihat tulisan itu yang hanya berisikan satu kata.
Semangat !!!
Ia mengangguk mengiyakan dan memindahkan sticky note itu ke halaman depan.
"Makasih. Gue pasti semangat untuk ujian nasional besok."
"Lo juga cepet sembuh ya. Makan yang banyak dan istirahat yang bener. Ini semua pasti salah gue yang buat lo begini."
Alify menggeleng. Alisnya mengerut memperlihatkan bahwa ia marah atau kesal. Ia menggeleng dengan tegas.
"Iya iya, sana tidur lagi. Gue jagain disini."
Alify menurut. Walaupun sebenarnya ia ingin sekali beranjak dari tempat tidur, tapi ia urungkan ketika Malvin menyuruhnya untuk berbaring. Padahal kepalanya sudah pusing karena tertidur cukup lama.
Alify memilih untuk kembali memainkan ponselnya. Selagi menemani Malvin yang sedang belajar dan menunggu Ayah dan Mamanya yang kungjung belum pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...