Part 19 - Confess?

4.9K 326 3
                                    

Alify membuka matanya ketika ia merasa tidak nyaman akan tidurnya. Sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat. Seolah ia akan terjaga bila dirinya bergerak.

"Ayah?" Alify memanggil walau suaranya serak, bahkan nyaris tiada.

"Yah..." Ia masih berusaha memanggil. Namun kini sambil menggerakkan tangan Ayahnya.

Gunawan mengulet sejenak sebelum menyadari sorot mata yang menatapnya.

"Alify? Sudah sadar, nak?"

Alify hanya mengangguk menjawab. Tangan Gunawan terulur menyentuh kening anaknya yang sudah tak terlalu panas. Ia juga menyeka keringat yang membanjiri daerah tersebut.

"Ayah ngapain disini? Gak tidur sama Ibu?"

Gunawan tersenyum, tangannya berubah menjadi mengelus rambut anaknya. "Ayah sudah izin sama Ibu untuk nemenin kamu malam ini, dan Ibu gak keberatan. Lagipula kita sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua dan sedekat ini."

Alify masih terdiam. Ia hanya menatap lekat Ayahnya yang hanya berjarak lumayan dekat dengan wajahnya. Pada waktu ini, Alify baru sadar jika Ayahnya tetap tampan walau usianys sudah tak muda. Pantas saja jika Sarah masih menginginkannya disamping Gunawan adalah pria mapan.

"Maafin Ayah ya, sayang."

Raut wajah keduanya berubah sendu. Gunawan kembali membelai anaknya, namun kini di pipi. Ia mengecup kening anaknya sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Ayah bukan Ayah yang baik buat kamu. Sampai-sampai kamu memendam emosimu sendiri."

"Kamu pasti gak ada teman untuk berbagi, kan?"

Alify mengangguk. Ia mengiyakan ucapan Ayahnya dengan mata yang sudah berlinang.

"Ayah tau, nak. Ayah tau. Maaf Ayah sudah menutup mata dan telinga selama ini."

"Aku juga minta maaf-" Ujar Alify dengan suara yang serak. Membuat Gunawan membungkam mulutnya dengan jarinya.

"Jangan dilanjut lagi. Kasihan suaramu."

Alify memilih menurut. Kemudian ia menunjuk secangkir air yang berada di nakas samping Ayahnya berada. Gunawan mengikuti arah tangan Alify yang menunjuk sesuatu.

"Minum?"

Alify mengangguk.

"Mau yang hangat?"

"Boleh." Jawab Alify, namun kini tanpa suara.

"Sebentar ya."

Gunawan beranjak keluar dari kamar Alify. Ia menuruni tangga menuju dapur dengan kondisi rumah yang cukup gelap. Maklum, ini sudah tengah malam. Saat Gunawan melihat ke jam dinding pun waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Gunawan menyalakan lampu dapur. Ia mengambil gelas dan menyalakan dispenser sehingga mengeluarkan air yang panas. Setelah cukup, ia mengambil teh celup yang selalu disimpan diatas meja bar oleh istrinya.

"Gula dimana ya.."

"Di toples kedua, Mas."

Gunawan hampir meloncat saat mendengar suara Sarah yang muncul dari belakangnya.

"Ya Tuhan, aku hampir jantungan. Kamu kok kebangun? Aku berisik ya?"

Sarah menggeleng. "Tadi kebetulan habis dari kamar mandi. Terus gak sengaja dengan orang yang nyalain saklar lampu. Ya aku takutnya maling, kan?"

Gunawan tertawa. "Betul juga."

"Kamu mau buat teh? Kebangun juga?"

"Engga, ini untuk Alify. Suaranya serak, bahkan nyaris habis. Dia bilang haus, jadi aku inisiatif aja buat teh manis."

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang