Part 11 - Hide

5.9K 323 7
                                    

Rio memberhentikan motornya tepat di garasi rumahnya. Alify turun lebih dulu dan membuka helm yang sebelumnya Rio ambil di motor Malvin.

Matanya menatap rumah Rio yang sederhana namun asri. Dari luar saja Alify bisa lihat kalau rumah ini tipe-tipe rumah yang penuh kehangatan didalamnya. Sama seperti rumahnya dulu.

"Ayo masuk." Rio berjalan lebih dulu memasuki rumahnya.

"Ma! Rio pulang nih." Ujarnya dengan suara yang agak berteriak.

"Oh? Sudah datang?"

Seorang wanita paruh baya itu menghampiri Rio dan Alify yang baru memasuki rumah Rio. Ia menyambut mereka dengan senyuman yang hangat meskipun ada apron lusuh yang melekat di tubuhnya.

"Sore, Tante." Ujar Alify sambil menyalami tangan Mama Rio.

"Aduh, panggil Mama aja. Kamu cantik banget, kayak barbie. Mau maunya temenan sama Rio yang dekil gitu."

Rio hampir memberikan tatapan protesnya jika saja suara Alify yang tertawa pelan tidak masuk ke telinganya.

"Rio anak Mama, loh!" Ujarnya sambil berjalan menuju kamarnya.

"Denger aja kamu, sana ganti baju!" Usir Mama Rio.

"Aduh tante lupa lagi masak. Kamu duduk dulu gih, nanti kita makan bareng ya." Ujar Mama Rio sambil mengelus tangan Alify dengan lembut sebelum berjalan cepat menuju dapurnya.

Alify menatap sekeliling ruang tamu Rio yang rata-rata penuh bingkai foto dan beberapa koleksi pribadi. Ada juga beberapa tanaman hidup yang sengaja disimpan didalam, membuat suasana rumah semakin asri dan sejuk.

Alify menyimpan tas nya di kursi tamu Rio lalu berjalan ragu menuju dapur -arah dimana Mama Rio pergi meninggalkannya.

"Tan- eh Mama mau aku bantu? Tapi aku gak bisa masak sih." Alify tersenyum malu menyadari dirinya yang bodoh dalam berbasa-basi.

Mama Rio juga ikut tertawa mendengarnya.

"Sini-sini. Nanti Mama ajarin dikit-dikit."

Alify mendekati Mama Rio lalu melaksanakan apa yang disuruh beliau.

"Potong-potong wortel sama kentang ini ya. Tapi dikupas dulu luarnya pakai alat ini. Tau kan caranya?"

Alify menggeleng.

Mama Rio hanya tersenyum lalu mencontohkannya sedikit. "Oh, paham."

Setelah itu keduanya larut dalam pekerjaan masing-masing. Mama Rio yang sibuk memasukkan berbagai bumbu dalam masakannya sedangkan Alify sibuk mengupas wortel dan kentang.

"Memangnya kamu di rumah tidak pernah bantu-bantu masak, Fy?" Mama Rio membuka obrolan mereka.

Alify menggeleng. "Gak pernah, Ma. Bunda gak pernah masak. Bibi yang masak selama ini, tapi bibi udah berenti sejak aku masuk semester 2."

"Oh ya? Kenapa?"

"Kalau Bunda emang sakit dari sejak nikah sama Ayah. Makanya waktu ngelahirin aku makin parah. Jadi selama ini aku makan masakan bibi. Tapi gak lagi semenjak aku semester 2. Paling beli atau makan di kantin."

"Terus Bundamu gimana keadaannya sekarang?"

Alify tersenyum membuat obrolan mereka memiliki jeda beberapa detik.

"Sehat, soalnya sudah jadi bidadari surga."

Mama Rio refleks membalikkan badannya dan menghampiri Alify. "Maaf sayang, pasti itu berat untuk kamu." Ujarnya sambil memeluk Alify.

Alify menggeleng. "Gak apa, Ma. Udah lama juga, ngapain berlarut-larut, kan? Nanti yang ada Bunda malah kepikiran."

Mama Rio melepaskan pelukannya lalu kembali menuju kompornya yang masih menggoreng. "Sudah berapa lama, sayang?"

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang