Part 9 - Hilang?

6.4K 348 14
                                    

Malvin sudah menunggu selama 15 menit didepan rumah Alify. Namun calon adiknya itu tidak kunjung keluar. Ia sudah mencoba menghubungi adiknya itu, namun ponselnya tidak aktif.

Gunawan baru saja keluar dari rumahnya dan langsung disuguhkan Malvin yang duduk diatas motornya. Kakinya melangkah mendekati calon anak tirinya itu.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Jemput Alify, Om." Jawab Malvin berani.

"Sudah pergi. Sana kamu ke sekolah."

Setelah berucap demikian, Gunawan langsung balik badan menuju mobilnya yang terparkir di garasi.

Malvin yang mendengar hal tersebut segera menjalankan motornya dan menuju ke sekolah. Pasti ada yang tidak beres, pikirnya.

Sesesampainya di sekolah, Malvin langsung berjalan menuju kelas Alify yang berada gedung B. Tatapan penuh tanya ditunjukkan para murid kelas 11 saat ia melewati wilayah mereka.

Malvin langsung masuk kedalam kelas Alify saat ia tiba dan menemukan adiknya itu tengah menyembunyikan kepalanya dilipatan tangan yang ditaruh diatas meja. Ia melangkah mendekati bangku Alify yang sudah ditempati Rio dan Dio yang ada didepannya.

"Minggir." Malvin berucap demikian kepada Rio yang duduk disamping adiknya itu.

Rio yang tau Malvin kakak kelasnya segera bangkit dan duduk disamping Dio.

"Siapanya Alif?" Tanya Rio kepada Dio yang dibalas angkatan bahu olehnya.

Malvin menyentuh pundak Alify. "Fy? Tidur?"

Alify menggeleng.

"Terus kenapa lo pergi duluan? Kan gue bilang kita berangkat bareng."

"Gue lupa." Jawab Alify dengan suara yang tertahan.

"Ponsel lo?"

"Lowbat dan ketinggalan." Jawabnya lagi masih dengan posisi yang sama.

Malvin menghembuskan nafasnya. Lalu ia melihat ke teman sekelas Alify yang kini menatapnya semua.

"Siapa yang datang paling awal disini?"

Dio tunjuk tangan. "Waktu gue datang, Alify udah diposisi kayak gitu. Dan di kelas cuma ada dia doang."

"Lo Ketua kelas kan?"

Dio mengangguk.

"Lo juga, temen sebangkunya kan?" Kini Malvin menatap kepada Rio.

"Iya."

"Jagain Alify."

Malvin sudah siap beranjak berdiri sebelum sebuah tangan menahannya.

Alify mengangkat kepalanya dan menatap mata Malvin. "Gue bisa sendiri, gak perlu dijagain."

Semua teman sekelas Alify bisa melihat ada memar dipipi kiri wanita itu. Malvin langsung memegang dagu Alify yang membuatnya mau tak mau harus menengadah.

"Siapa yang lakuin ini ke lo?" Suara Malvin terdengar berat dan dingin.

Alify melepaskan tangan Malvin yang ada di dagunya. "Udahlah, Vin. Ini biasa."

"Bokap lo?"

"Hm."

"Anjing. Harusnya gue tonjok dulu tadi waktu ketemu."

"Udah sana ke kelas. Males gue dijadiin pusat perhatian gini." Alify mendorong Malvin agar pergi dari kelasnya.

"Nanti istirahat bareng gue. Awas kalau kabur."

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang