Sarah duduk disamping Cakka yang terbalut dengan setelan jas rapihnya. Ia sangat berwibawa sebagaimana pengacara muda pada umumnya. Disampingnya lagi ada Alify selaku saksi sekaligus korban yang akan menyatakan kronologis kejadian yang sebenarnya.
Hari ini akan menjadi sidang terakhir atas laporannya. Ditengah sana ada Arka yang sudah memakai rompi tahanan dengan kepala yang menunduk. Dibelakangnya terdapat beberapa saksi dan keluarga yang menyaksikan jalannya sidang tersebut.
Tak hanya keluarga Arka dan rekan-rekan sekolahnya yang datang kali ini, tapi Rio serta Gunawan dan Riel turut hadir untuk menyemangati mereka.
Ah, mengenai kondisi Alify. Gadis itu sangat membaik dan berkembang pesat. Ia sudah tidak ketakutan lagi jika bertemu dengan lelaki, hanya saja entah mengapa ingatannya yang lalu seperti hilang. Alify kini menjadi Alify yang lebih feminim. Tidak seperti preman yang mereka kenal sebelumnya.
"Saya mohon maaf." Suara itu keluar dari mulut Arka yang dapat didengar oleh seluruh saksi mata disana karena terhubung dengan microphon.
"Saya menyesal telah melakukan hal tersebut. Semua terbalut oleh dendam dan emosi. Dan saya membenarkan apa yang dikatakan oleh korban berikut bukti-buktinya." Lanjutnya.
Alify dan Sarah sama-sama merasa iba terhadap Arka yang kini terlihat lemah. Namanya juga naluri wanita, mereka hanyalah makhluk tersensitif yang Tuhan ciptakan.
Setelah hakim mengetuk palunya, Ibu Arka menangis histeris. Ia bahkan sampai berteriak memaki-maki Sarah yang telah melaporkan anaknya. Bahkan sudah ingin berjalan mendekati Sarah maupun Alify yang hanya terpisahkan pembatas diantara mereka.
Arka dijatuhi hukuman tiga tahun penjara atas kejahatannya. Begitupun kedua temannya yang ikut membantu mereka. Meskipun hukuman itu tak ada apa-apanya dengan yang diderita Alify. Selanjutnya Arka akan dibawa ke sel anak yang ada disana.
Bukan hanya Arka, SMK BIMA juga terkena imbasnya. Mereka mendapatkan blacklist dari pemerintah kota dan juga turun akreditasi yang semula B menjadi C.
Alify menghela nafasnya. Ia berjalan menuju Rio, Ayahnya dan Riel berada setelah bersalam-salaman dengan para petunjuk hukum disana.
"Mau minum?" Tanya Rio sambil menyodorkan sebotol air mineral yang langsung diterima Alify.
"Kamu gak apa-apa Fy, Arka ditahan cuma tiga tahun?" Gunawan bertanya karena baginya hukuman itu tak sebanding dengan apa yang sudah dirasakan anaknya.
"Gak apa-apa, Yah. Lagian kasihan kalau terlalu lama ditahan. Dia disana berkumpul sama orang jahat, nanti malah semakin jahat karena mereka berbagi ilmu."
Gunawan mengangguk. "Benar juga."
Tak lama Sarah dan Cakka menghampiri mereka juga. Sarah melihat jam yang melingkar ditangannya, sudah menunjukkan pukul satu siang.
"Kita makan, yuk?" Ajaknya.
Yang lain mengangguk menurut. Kemudian mereka berenam keluar dari ruang sidang serta kantor pengadilan itu. Memasuki mobil yang bisa mengangkut mereka semua.
Posisi di mobil sejak berangkat sama seperti saat ini. Dimana Sarah dan Gunawan di depan, Riel dan Cakka di tengah, serta Rio dan Alify yang paling belakang.
Alify menyenderkan tubuhnya pada Rio. Hal biasa bagi mereka karena sejak Alify sakit, Rio hampir setiap hari berkunjung ke rumah mereka. Ditambah Alify yang selalu mengekorinya kemana-mana -kecuali kamar mandi tentunya.
"Bu, aku kontrol kapan lagi?" Tanya Alify.
"Lusa, sayang. Sebentar lagi kamu sembuh dan tanganmu bisa coba normal lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
Художественная проза[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...