Part 3 - Her name dan Anaknya.

8K 408 4
                                    

"Thanks ya, Bran. Sering-seringlah kalau bisa." Alify menunjukkan senyum jahilnya saat memberikan helm kepada Gibran.

"Santuy, asal dibayar." Balas Gibran bercanda.

"Inget ya, gue pasti bantu kalau lo mau nyerang itu polisi."

Gibran tertawa. "Iya iya, nanti kita rencanain kalau kumpul di basecamp. Riel kan namanya? Masih muda juga keliatan."

"Hm. Mumpung masih muda. Gak akan dosa-dosa amat."

Gibran mengangguk lalu kembali menyalakan motornya. "Gue pamit ya."

"Yoi, tiati."

Setelah memastikan Gibran menghilang ditikungan, Alify baru berbalik badan memasuki rumah. Matanya menangkap mobil asing yang terparkir didepan garasinya.

"Tamu? Pasti si tante tante."

Ia buru-buru masuk kedalam rumahnya. Ruang tamu tampak sepi. Namun suara tawa nampak terdengar dari arah ruang TV. Alify semakin melangkahkan kakinya ketika mulai terdengar suara obrolan.

"Kamu mau aku buatkan minuman hangat?"

"Teh manis, boleh?"

Selesai mereka berbicara, Alify dapat melihat sosok wanita yang kemarin ada di ruang inapnya.

"Loh Alify baru pulang? Mau makan?"

Sapaan wanita itu membuat Gunawan ikut melihatnya yang baru saja pulang.

"Gak perlu, mau tidur." Jawabnya dingin lalu melanjutkan berjalan kearah kamar.

"Dasar anak itu, semakin hari semakin jadi saja."

"Mas!" Suara wanita itu terdengar menegur.

"Namanya juga lagi pubertas. Apalagi perempuan, barangkali lagi pms."

Alify masih bisa mendengar pembelaan itu. Hatinya sedikit tersentuh ketika untuk pertama kalinya ia kembali seperti diangkat tinggi-tinggi. Padahal pujian itu bukanlah pujian besar yang mengagung-agungkannya. Tetapi ia merasa ada orang asing yang membelanya.

Alify menggelengkan kepalanya. Tidak. Ia tidak boleh terlena dengan wanita itu. Ia melanjutkan jalannya memasuki kamar dan menutup pintu itu rapat-rapat. Berharap suara-suara diluar tidak terdengar sedikitpun.

***

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Alify mau tak mau terbangun. Ia menatap jam dinding di kamarnya. Pukul 7 malam. Ia tertidur, bahkan seragam pun masih melekat ditubuhnya.

"Alify? Masih tidur?"

"Ayo turun kita makan malam bersama."

Suara wanita itu.

Alify beranjak dari kasurnya. Menatap sebentar penampilannya di cermin. Buruk. Sangat buruk.

Namun, niat mengganti pakaian ia urungkan ketika terselip ide di otaknya.

"Gak ganti ah, siapa tau dia ilfeel sama gue." Ucapnya dengan senyum lebar. Bangga akan idenya.

Ia perlahan mendekati pintu dan membukanya.

"Ya ampun, kamu belum ganti baju?!" Tanyanya seperti terkejut.

"Males ah, sebentar lagi juga mandi." Jawabnya santai lalu berjalan lebih dulu ke ruang makan.

"Alify!" Itu suara Ayahnya yang menegur setelah melihat penampilannya.

"Apa sih, Yah? Marah-marah terus ih!"

"Ganti bajumu atau makan di kamar!"

"Mending makan di kamar lah! Daripada disini, sama Ayah!" Ujarnya tak sopan lalu segera memgambil lauk pauknya.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang