Brandaly Girl adalah cerita fiksi. Jadi segala hal bisa terjadi ya. ^^
***
Semuanya sudah berkumpul di ruangan Alify. Gunawan, Sarah, Riel -yang segera datang setelah mendapat kabar bahwa adiknya sadar, Cakka -yang sebenarnya memang sudah datang namun ke kantin lebih dulu, dan Malvin -yang baru saja sampai parkiran namun dikabari bahwa adik kesayangannya itu sudah sadar.
Rio masih bertahan disamping Alify yang kini sudah membuka matanya. Tangannya masih digenggam erat tak membiarkannya untuk beranjak sedikit pun. Bahkan Malvin yang sudah mencoba untuk menghampirinya dan mengajak ngobrol tidak ia gubris. Pandangan Alify selalu tertuju pada Rio, begitu juga mulutnya yang terus mengeluarkan kata maaf.
"Maaf, Rio.. maaf.. hiks.." Alify terisak. Begitu pilu bagi yang mendengarnya.
Rio menggeleng. Tangannya terulur untuk mengusap sudut mata Alify yang mengeluarkan air matanya. "Maaf kenapa? Hm?"
Alify menggeleng. Bibirnya bergetar mengeluarkan suara tangisan yang membuat semuanya kebingungan.
Sarah mengusap kening Alify yang penuh peluh. "Kenapa sayang? Kamu gak ada salah kok.."
"Rio.."
"Maaf..."
"Iya, Lif. Gue maafin kok. Udah ya, jangan nangis.." ujar Rio menenangkan.
Namun hasilnya nihil. Alify masih menggelengkan kepalanya dengan air mata yang semakin deras. Tangannya pun masih menggenggam tangan Rio erat-erat seolah menyalurkan sesuatu yang dirasanya.
Rio mencondongkan badannya setelah meminta izin kepada Sarah melalui tatapan. Sarah yang mengangguk membuatnya berani melakukan hal tersebut.
Tangannya kembali mengelus surai rambut Alify. "Kenapa? Sini bilang. Biar kita semua tau." Tanyanya lembut.
Alify menatap mata Rio yang hanya berjarak beberapa senti dengan matanya. Tubuhnya masih terisak sehingga pandangannya sedikit terhalang oleh air mata.
"Dia.. cium gue, Yo.. hiks.."
"Maaf.."
Jika saja Alify sedang tidak lemah seperti ini, mungkin ia sudah bersimpuh di kaki Rio. Ia benar-benar merasa mengkhianati pacarnya sendiri. Bahkan rasanya masih terngiang di otak dan sakitnya masih terasa sampai sekarang.
"Anjing!" Malvin mengumpat keras saat mendengarnya. Tangannya mengepal dan giginya digerutukan saking emosinya dia.
Rio mencoba untuk tenang. Menghadapi Alify yang mentalnya sedang terganggu bukanlah dengan emosi. Ia memendam rasa marahnya dengan menghembuskan nafas dengan keras.
"Rio..." panggil Alify lagi dengan lemah.
"Hm?"
"Lo marah.. maaf, Yo..."
Rio menggeleng. "Gak apa-apa. Yang penting lo selamat sekarang."
Tapi Alify malah menangis semakin keras. Nampaknya kata-kata itu masih belum bisa menenangkan hatinya yang terus merasa bersalah.
"Cium.."
Rio memundurkan wajahnya. Terkejut dengan permintaan Alify. Lebih terkejut lagi ia memintanya didepan keluarganya sendiri.
Rio menoleh, ke arah Gunawan lebih tepatnya. Tatapan matanya seperti meminta tolong atau lebih tepatnya bertanya meminta izin. Namun yang ia dapatkan justru anggukan dari keempat pria itu -Gunawan, Riel, Cakka dan Malvin (karena Sarah ada disebrang Rio).
Sarah mundur diri, berpindah tempat menjadi disamping suaminya. Membiarkan waktu untuk Rio maupun Alify. Jika permintaan Alify itu bisa membuat mentalnya sedikit membaik, ia tidak akan melarangnya.
Rio menatap tepat ke mata Alify. Begitupun Alify yang sejak tadi tidak pernah melepaskan pandangannya pada Rio.
Cup
Rio mengecup bibir Alify dengan cepat. Hanya beberapa detik lamanya.
"Dah." Ucap Rio seperti berbisik.
Alify menggeleng. "Bukan gitu, Yo.. hiks, dia bukan kecup.. dia isep bibir gue..hiks.."
"Maaf Yo.. maaf.."
Jika Malvin melampiaskan amarahnya dengan keluar kamar Alify dan membanting pintunya dengan keras-keras, maka Rio punya caranya sendiri.
Dia kembali menempelkan bibirnya pada bibir Alify. Tapi kali ini tangannya yang tidak Alify genggam, berpindah ke belakang leher Alify. Seolah menahannya agar tidak bergerak.
Ciuman mereka terjadi cukup dalam dan lama kali ini. Bibir Rio dengan tak sopan menghisap setiap sudut bibir Alify. Lidahnya juga tak kalah diam, seolah ia yang bertugas untuk membersihkan sisa ciuman orang sebelumnya hingga murni hanya bekas Rio yang tersisa.
Sarah memberi kode kepada suami dan anaknya untuk pergi keluar dari ruangan itu. Biarkan Rio yang membantu Alify untuk menenangkan mentalnya yang terguncang dengan cara mereka sendiri. Bagaimana pun Sarah sudah menaruh kepercayaan padanya.
"Ibu mah, lagi seru." Celetuk Cakka yang disetujui Riel namun mendapat pukulan dari Gunawan. Mereka telah berhasil keluar kamar.
"Kamu ini! Nanti yang ada Rio canggung kalau ketemu kita! Udah biarin, lagian Rio cowok baik-baik kok." Marah Sarah lalu memilih duduk dikursi tunggu yang ada di luar ruangan Alify.
Kembali ke dalam ruangan.
Rio melepaskan ciumannya. Ia menatap mata Alify, lalu turun ke bibirnya yang basah. Ia seka sedikit cairan yang ada disudut bibir itu. Rio tersenyum melihat bibir Alify yang sedikit bengkak dan berwarna merah.
"Udah ya. Udah gue hapus." Ucap Rio dengan deep voicenya.
Alify mengangguk. Tak berniat membalas ucapan Rio dengan suaranya.
"Sekarang lo tidur ya, biar cepet sembuh."
Rio menepuk-nepuk puncak kepala Alify, masih dengan posisi wajah mereka yang berdekatan. Alify perlahan menutup matanya. Mencoba terlelap dengan perasaan tenang yang Rio berikan.
***
"Bu, Yah, aku balik ke kantor ya. Tadi cuma izin bentar soalnya." Ujar Riel sambil pamit mencium tangan orangtuanya.
"Iya. Nanti kalau ketemu Malvin suruh pulang ya. Dia tadi katanya mau packing untuk besok."
Riel mengangguk. Lalu pergi menjauhi ruangan Alify. Ia masuk kedalam lift menuju basement dimana mobilnya terparkir disana.
"Halo?" Riel mengangkat panggilan yang masuk tepat saat ia membuka pintu mobilnya.
"Bang, kamu dimana?"
"Lagi di parkiran. Baru aja mau balik kantor. Kenapa?"
"Ini loh adikmu datang kesini langsung nyerang tahanan kemarin. Kamu cepat kesini ya. Dia kayak kesetanan soalnya."
Riel terkejut bukan main. "Aduh, iya iya saya langsung kesana. Maaf ya ngerepotin. Pisahin dulu aja mereka."
"Iya, bang. Ini lagi berusaha dipisahin kok. Kasihan, Bang. Si tahanan sampai babak belur."
"Iya saya ngebut nih. Makasih ya."
"Iya bang, sama-sama."
Riel menggelengkan kepalanya lalu segera mengemudikannya dengan kecepatan tinggi. Untung jalanan cukup lowong karena bukan jam pulang kerja. Sehingga ia tidak butuh waktu lama untuk sampai kantornya.
"Malvin.. Malvin.. Cari masalah terus kamu! Hhh.."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...