Last Part - Holiday.

2.7K 155 7
                                    

2k+ words

***

Suara ketukan pintu terdengar beberapa detik sekali disusul dengan suara bel yang ditekan tak sabar membuat Malvin menggeram kesal. Jam telah menunjukkan pukul 11 siang, tapi Malvin masih bergelung dengan selimutnya. Sebuah rutinitas yang ia lakukan sejak ada di Bali dan jauh dari orangtuanya.

"Anjir siapa sih?!!"

Dengan rambut acak-acakan dan pakaiannya yang terlihat sangat kusut -tanda dirinya tertidur dengan nyenyak, Malvin berjalan menuju pintu Apartementnya. Mengintip sebentar di lubang yang menempel di pintunya namun berakhir berdecak karena tidak jelas.

Cklekk

"Hai, Vin. Hehe."

Mata Malvin segar seketika saat melihat adiknya yang berdiri didepan pintu dengan cengiran yang ia rindukan selama ini. Ia masih belum bisa mencerna semuanya bahkan saat Alify yang sudah mengambil alih pegangan pintu dan masuk ke dalam Apartemen Malvin.

"Vin?"

"Koko?"

Malvin menggelengkan kepalanya. Tangannya terulur memegang kedua pipi Alify. "Alify?"

Alify mengangguk antusias.

"Udah sembuh?"

Lagi. Alify mengangguk.

"Ta- tadi bilang apa?" Tanya Malvin memastikan.

"Koko?"

Malvin melepaskan tangannya pada pipi Alify. Ia mengusap wajahnya lalu tertawa disana.

"God, adik gue udah sembuh!!"

"Sini peluk!!"

Malvin sudah merentangkan tangannya lebar-lebar, namun adiknya itu justru berjalan menjauhinya.

"Bau ah, sana mandi dulu."

Setelah berucap demikian Malvin segera menghampiri adiknya yang sudah duduk manis di sofa lalu menggusak rambutnya. Setelah itu ia berjalan ngibrit ke dalam kamarnya untuk mandi dan melayangkan seluruh pertanyaan yang sudah menghampiri benaknya.

***

"Lo kesini sama siapa?" Malvin bertanya ketika dirinya tengah duduk mengeringkan rambut didepan meja belajarnya.

Alify yang saat itu tengah mengeksplor kamar Malvin tak menghentikan aktivitasnya sedikitpun. "Sama Rio."

"Berdua doang?"

Alify mengangguk. "Bisa jadi."

"Alify.. serius!"

Alify tertawa mendengar respon Malvin yang mulai kesal.

"Iya iya.."

"Gue kesini sama yang lain. Ayah, Ibu, Bang Riel, Kak Cakka, Rio dan Mama-Papanya. Banyakan, kan?"

"Terus mereka sekarang dimana? Kok lo kesini sendiri?" Tanya Malvin lagi.

Alify berpindah menjadi duduk di kasur Malvin. "Mereka di Villanya Ayah. Gue disuruh jemput lo kesini, sekalian mau liat juga sih kamar lo gimana. Tapi ternyata gak jauh beda sama di rumah."

Malvin terkekeh. "Ya kan orangnya sama."

"Ya udah gue packing dulu ya. Niatnya kalian berapa hari?"

"Seminggu, Bang Riel gak boleh izin lama." Jawab Alify lalu mulai merebahkan badannya pada kasur Malvin.

"Kalau gue ketiduran bangunin ya." Pesannya.

"Iya. Nanti gue angkut ke mobil."

Pluk

"Bangunin! Jangan digendong!" Marah Alify sambil melemparkan guling Malvin yang ada didekatnya.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang