Part 23 - pcrn.

2.9K 157 9
                                    

18+

Agak..

***

"Makasih, Rio."

Cup

Alify benar-benar mencium Rio lagi.

Iya. Lagi. Karena lagi lagi dia menciumnya tepat di bibir.

"Lif. Sekali lagi lo kayak gini, gue gak yakin masih bisa nahan." Ujar Rio dengan suara yang berat.

Bukannya melepaskan kalungannya pada leher Rio, Alify justru semakin menggoda. Ia menggigit sedikit bibirnya dengan sebelah alis yang ia mainkan.

"Gue gak keberatan?" Tantangnya.

"Oke."

Tangan Rio kini berpindah menjadi dibelakang tengkuk Alify. Ia mulai mendorong tengkuk wanita didepannya itu untuk mendekat kearah wajahnya.

"Gak ada kesempatan lagi untuk nolak." Ucap Rio sebelum bibirnya meraup bibir Alify.

Suasana didalam mobil itu seketika menjadi panas walau AC mobil telah dinyalakan. Tak ada yang memikirkan apa yang akan terjadi setelah kedua insan itu memilih untuk berbagi salivanya. Mereka tak berfikir sejauh itu hingga mengabaikan waktu bahkan perasaan keduanya.

Ini semua dimulai dari main-main dan godaan. Tak ada rasa apapun selain sayang sesama manusia. Tapi tentunya Tuhan tidak akan membuat Hamba-Nya tersesat. Bisa saja Ia memberikan benih cinta diantara mereka saat itu juga.

***

Alify memalingkan wajahnya ketika tangan Rio malah menggenggam tangannya dibawah meja.

Kegiatan belajar mengajar telah dilakukan kembali setelah libur pasca Ujian Nasional yang dilakukan kakak kelas mereka. Hal itu membuat siswa-siswi harus kembali bangun pagi untuk pergi ke sekolah walau kasur di rumah masih meraung-raung minta kembali ditemani.

"Malu?" Rio berbisik ketika menyadari semburat merah yang muncul di pipi teman sebangkunya itu.

"Diem lu!"

Rio terkekeh. Salah satu jarinya malah mengelus punggung tangan Alify. Membuat sang empu semakin tersipu.

"Haha, anjir gemes gua." Gumam Rio yang dibalas delikan tajam oleh Alify.

Alify melepaskan tautan tangan mereka. "Diem anjing!"

"Kasar."

Rio memilih kembali melanjutkan mencatatnya daripada kembali menggoda Alify. Namun senyumnya masih belum hilang sejak itu.

Hubungan keduanya memang menjadi lebih dekat sejak kejadian di mobil itu. Walau tidak sepenuhnya hubungan mereka berubah, tapi aura-aura cinta sudah sedikit menguar. Contohnya, Rio yang selalu mengantar jemput Alify. Jangan lupa juga saat malam minggu.

Jika kalian pikir Rio menikung temannya, re: Dio. Kalian salah. Dio sudah berkata untuk berhenti mengejar cinta Alify setelah merasa kalah telak dengan kekayaan yang dimiliki gadis itu. Dio hanya seorang murid kurang mampu yang masih bisa bersekolah bermodalkan beasiswa. Sangat jauh dibandingkan Alify yang orang terkaya nomor 10 di Indonesia.

Jam istirahat berbunyi menandakan waktu belajar mengajar harus berhenti.

"Baik, anak-anak. Pelajaran hari ini cukup sampai sini, kita lanjut minggu depan." Ujar sang Guru yang setelah itu meninggalkan kelas mereka.

"Gue ke kelas Gibran ya." Pamit Alify yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Rio ataupun Dio.

Setelah mengangguk, Rio beranjak dari kursinya lalu merangkul Dio yang juga baru bangkit. "Ayo ke kantin. Gue traktir."

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang