Alify berada dititik terendah tubuhnya. Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Sarah langsung memeluknya erat. Begitu juga Gunawan yang langsung berjalan dan ikut memeluknya. Bahkan saat Sarah sudah melepaskan, Gunawan masih memeluk anaknya dan membisikkan kata maaf berkali-kali. Sesekali ia mengecup puncak kepala anaknya dan semakin membawa putri tunggalnya itu kedalam dekapannya.
"Maafin Ayah, nak. Maafkan Ayah." Rapal Gunawan disela isak tangis Alify yang kembali membanjiri.
Sarah menatap Malvin yang justru terdiam dengan pandangan sendu dan penuh penyesalah. Ia yakin jika telah terjadi sesuatu diantara Alify dan Malvin.
"Malvin, ikut Bunda ke kamar."
Setelah berucap demikian, Sarah langsung berjalan menuju kamarnya yang tak jauh dari kamar Alify. Ia langsung duduk di kursi yang tersedia dikamarnya.
"Duduk." Perintahnya menyuruh Malvin duduk tak jauh darinya.
"Kamu apain, Alify?" Tanyanya to the point dengan nada yang tajam.
Malvin terdiam. Ia malah menundukkan kepalanya, memandang tangannya yang bertautan diatas kedua paha.
"Jawab, Malvin."
"Maaf, Bu. Maafin Malvin." Ujarnya pelan.
"Kamu gak salah sama Ibu. Kamu salahnya sama Alify. Cepet jelasin kamu apain Alify sampai dia kayak gitu?"
Malvin pun menjelaskan semua. Dari awal mereka bertengkar di pesta pernikahan sang ibu hingga saat ini. Termasuk dengan apa yang ia lihat tadi pagi.
Plakk
"Kamu pantes dapat tamparan karena sudah tega ngatain adik kamu sendiri murahan." Ujar Sarah walau nadanya terkesan datar.
"Maafin Malvin, Bu. Malvin terlalu denger teman-teman Malvin kalau mereka liat Alify berdua doang di rumah Rio. Malvin juga gak sengaja liat Alify ciuman di parkiran sama Rio tadi pagi. Makanya Malvin makin terbawa emosi dan gelap mata."
Sarah menggelengkan kepalanya tak percaya. "Selama ini tuh, kamu orang yang paling dekat sama Alify. Riel aja bilang kalau Alify itu tipe anak yang susah didekati, tapi kalau sekalinya nyaman, dia akan setia. Dan sekarang kamu sudah ngecewain dia. Bahkan sampai dia seperti itu."
"Lagian mana ada orang ciuman di parkiran sekolah? Jangan bilang Alify masih pakai helm?"
Malvin menganggukkan kepalanya.
"Ya ampun, Malvin!! Gimana bisa orang ciuman pakai helm? Apalagi kalau helm yang Alify pakai itu helm bogo kuningnya? Ngedeketin muka aja udah kepentok kacanya!!!" Ujar Sarah gemas yang membuat Malvin semakin tersadar.
"Bu.. Aku udah salah paham sama Alify. Aku udah kelewatan sama dia. Aku yang seharusnya gak pantes jadi Kakak." Ujar Malvin dengan kepala tertunduk.
Sarah mengelus rambut anaknya. "Sana minta maaf ke Alify. Kamu minta maaf sungguh-sungguh. Ini semua cuma salah paham dan masalah sepele. Kamu aja yang terlalu dibesar-besarkan."
"Apalagi Senin besok kamu mulai ujian nasional. Emang kamu bisa fokus kalau ternyata kamu menyimpan dendam sama adik kamu sendiri?!"
Malvin menggeleng. "Ayo ke kamar Alify."
"Kamu duluan, gih. Ibu mau buatin Alify teh hangat dulu. Dia pasti kelelahan habis nangis."
"Ya-"
"SARAH!!" Teriakan Gunawan memotong ucapan Malvin dan langsung membuat Sarah maupun Malvin menghampiri sumber suara.
"Kenapa, Mas? Loh?! Ya ampun Alify kenapa??" Tanyanya panik saat melihat Alify yang sudah terkulai lemas dipelukan Gunawan dengan darah yang keluar dari hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...