Part 16 - Wedding Day

4.9K 300 3
                                    

Tenda yang dilapisi kain berwarna putih biru itu berterbangan sesuai angin yang menerpa. Lagu penuh romansa mengalun dengan tenang disetiap penjuru gedung.

Malvin merangkul pundak Alify yang tengah menyaksikan keadaan pesta pernikahan orangtua mereka dari balkon yang tersedia di gedung tersebut. Tangannya membawa segelas soda dan ia sodorkan ke adiknya.

Alify menggeleng. Menolak.

"Kenapa sih? Lo kayak ngehindarin gue belakangan ini?"

Alify menggeleng ribut. "Nggak, kok. Perasaan lo aja kali."

"Terus kenapa gak mau dijemput gue lagi? Ada yang ngelarang lo?"

"Gak ada, Vin. Gue gak kenapa-napa kok. Lagian belakangan ini si Rio juga mau anterin gue terus. Santai aja." Jawabnya masih tanpa memalingkan pandandangannya.

Malvin menggusak puncak kepala adiknya. Kebiasaan. "Sana turun. Temen-temen lo udah nyampe tuh."

"Iya bentar, lo duluan aja. Gue mau benerin sesuatu dulu."

Malvin mengernyit heran. "Apaan?"

"Rahasia cewek! Sana pergi!"

Malvin meninggalkan Alify sesuai perintah adiknya itu. Sedangkan Alify menatap punggung Malvin sampai kakaknya itu tidak terlihat lagi.

"Padahal gue lagi berusaha untuk terbiasa tanpa lo, Vin."

***

"Anjir! Alify cakep bener!" Pekikan Dio membuat Rio yang berada disampingnya juga menoleh.

Alify berjalan menghampiri mereka yang tengah duduk memakan makanan yang telah disediakan.

"Udah hunting makanannya?" Tanya Alify ketika menyadari bekas makanan yang berada di meja mereka.

"Sumpah, Fy. Lo beda banget. Iya kan, Mario Maurer?" Ucap Dio mengabaikan pertanyaan Alify.

Rio hanya mengangguk pasrah ketika Dio yang kebiasaan mengubah-ubah nama panjangnya.

"Cantik kan gue?"

"Cantik dong, Fy."

"Rio? Bilang cantik juga dong." Goda Alify melihat Rio yang hanya diam saja.

"Iya, Alif. Cantik."

Alify tersenyum puas. "Btw, nyokap bokap lu datang gak?"

Alify memang mengundang Dio, Rio dan Orangtua Rio saja. Mengingat selama ini hanya mereka yang paling dekat dengannya.

"Datang, tapi nanti nunggu bokap gue pulang kerja."

Alify mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Fy coba lo setiap hari kayak ginu ke sekolah. Sumpah deh gue makin suka sama lo." Ujar Dio masih dengan pandangan takjubnya.

"Ngapain, Njir?! Gue mau sekolah atau mau catwalk dah! Masuk angin gue kalau pake baju begini setiap hari."

"Kan ada jaket Rio yang bisa lo pake."

Rio protes. "Kenapa jaket gue?"

"Ya masa jaket gue? Gue cuma punya dua jaket di rumah, Yo." Balas Dio dengan tampang memelas.

Alify tertawa. "Apa sih kalian bahas yang gak penting! Haha."

"Lagian kalau gue gini nanti satu sekolahan bakal naksir gue kayaknya."

"Bener juga. Nanti saingan gue banyak." Pikir Dio yang membuat Rio gemas ingin mendorongnya hingga terjatuh dari kursi.

"Eh btw, lo gak ngundang pacar lo, Lif?" Tanya Rio saat sadar tidak ada murid di sekolahnya selain mereka.

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang