Part 8 - Senang dan kecewa.

6.3K 349 9
                                    

Besoknya, mereka benar-benar melakukan rencana mereka. Malvin menjemput Alify didepan rumahnya. Ia menatap Alify yang sudah siap memakai seragam sekolah dengan senyum yang merekah kala melihatnya datang.

"Cerah banget itu muka." Ujar Malvin sambil memberikan helmnya.

"Iya dong, harus seneng. Mau bolos, kan?"

Malvin ikut tertawa. "Eh, Bokap lo belum berangkat?"

"Belum, lagi sarapan. Ayo cepet berangkat, nanti dia keburu keluar rumah." Ujar Alify sambil naik ke motor Malvin.

"Pegangan. Nanti kita ganti baju di apart gue aja."

Malvin langsung menjalankan motornya menuju apartement dia yang ternyata tak jauh dari sekolah. Hanya sekitar dua kilometer setelah sekolah.

"Lo tadi otw dari mana emangnya?" Tanya Alify ketika mereka tengah jalan beriringan menuju lift.

"Rumah Ibu."

"Bisa masuk emangnya? Kita kan pulang tengah malem?"

"Bisa lah! Riel kan nungguin di ruang tamu. Ibu juga belum tidur. Jadi ya tinggal jawab aja 'biasa' kalau ditanya. Habis itu masuk kamar."

Alify tertawa. "Untung semalem Ayah udah tidur. Emang sih gue juga sempat nutupin guling gue pake selimut. Biar dikira Ayah gue udah tidur."

"Gak dikunci emang?"

"Ada kunci cadangan."

Kini giliran Malvin yang tertawa dan tangannya terulur untuk menggusak puncak kepala Alify. "Pinter emang."

Mereka akhirnya berhenti dilantai 9 dan Malvin membuka pintu Apartnya itu.

"Lo ganti di kamar mandi. Kamar mandinya ada disana." Malvin menunjukkan kamar mandi yang ada tepat disebelah kamarnya. Sementara dirinya memasuki kamar untuk mengganti pakaiannya sendiri.

Alify melihat sekeliling apartemen Malvin yang bersih dan sederhana. Tidak ada barang-barang pajangan atau sekedar koleksi. Semuanya nampak polos dan tidak multifungsi.

Alify segera masuk ke kamar mandi setelah selesai melihat suasana apart Malvin itu. Dan benar sesuai dugaannya. Kamar mandinya bersih, bahkan lantainya kering. Tak ingin ambil pusing, Ia segera mengganti bajunya agar hari tidak terlalu siang.

***

Motor Malvin sudah terjajar rapih diparkiran. Keduanya turun dari motor dan melepas helmnya.

"Pantai?" Tanya Alify ketika melihat air laut yang berwarna biru itu tepat ada didepan matanya.

Malvin mengangguk. "Ayo cari tempat."

Ia berjalan lebih dulu membuat mau tak mau Alify harus mengekorinya. Malvin mengajaknya untuk duduk disalah satu tempat yang sudah disediakan. Hanya beratap payung besar khas pantai.

"Ngapain sih ke pantai? Panas tau."

Malvin tertawa. "Gak apa dong. Panas-panas gini cuma bule yang ada di pantai."

Benar sih, ada beberapa warga asing yang pakai bikini atau bertelanjang dada untuk pria yang sedang berjemur. Alify mendengus melihatnya. "Dasar cowok!"

Keduanya terdiam cukup lama menikmati air laut yang membentang luas. Alify sebenarnya tidak tau dimana mereka berada sekarang. Tapi sesuai perjanjian mereka kemarin, memang Malvin yang menentukan tempatnya.

"Sebenernya pantai ini punya kisah untuk gue pribadi." Malvin mulai membuka suaranya setelah mereka terdiam cukup lama.

"Disini, Ayah ngajak gue ketemuan dua tahun yang lalu."

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang