Gunawan menelan ludahnya ketika Alify menyuruhnya untuk berhenti tepat didepan pemakaman. Ia tidak bodoh untuk menerka maksud dan tujuan anaknya itu membawa mereka kesini.
"Ayo turun!" Alify membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu.
Sarah yang melihat calon suaminya itu terdiam dan tampak berkeringat mencoba menyentuh tangannya.
Ia menatap ke anaknya yang masih terduduk dibelakang. "Kalian keluar duluan ya." Ujarnya dengan senyuman.
Setelah dirasa ketiga anaknya sudah turun, Sarah mulai membuka suaranya. "Mungkin sudah waktunya aku dikenalkan, Mas. Kamu gak perlu takut. Gak ada yang perlu ditakutkan disini."
Gunawan menunduk. "Maaf kalau nanti kamu sakit hati."
Sarah menggeleng. "Aku paham bagaimana rasa dari seseorang yang dipisah maut dan dipisah perceraian."
"Ayo, turun. Lihat, Alify sudah masuk ke area pemakaman."
Sarah menggandeng lengan calon suaminya itu. Ia sesekali meremas tangan Gunawan, bermaksud menguatkan bahwa ia terus berada disisinya.
"Bunda, Alify datang. Sama Ayah dan Calon-calonnya."
Perkataan Alify semakin menohok untuk Gunawan. Jika ia boleh memilih, ia ingin pergi dari situ. Pertahanannya sangat tipis kali ini.
Malvin berjongkok disamping Alify yang menunduk memainkan buket bunga yang telah diletakkannya. Ia ikut menaburkan bunga dan mencabut rerumputan.
"Yang bersihin tempat Bunda ini namanya, Malvin. Dia baik banget sama aku. Kalau yang berdiri disana namanya Riel sama Cakka. Mereka polisi dan Pengacara loh, Bun. Hebat kan kakak-kakak aku?"
"Ada Ayah juga sama Tante Sarah. Tapi aku yakin Ayah pasti gak akan kuat kalau harus bicara dihadapan Bunda gini."
Alify mendongak, menatap Ayahnya dan Sarah yang sudah ada didepannya. "Maafin aku ya, Yah, Tante. Tapi aku fikir kapan lagi aku bisa kenalin kalian?"
"Gak apa, sayang." Balas Sarah masih dengan kelembutannya.
Alify ikut tersenyum dibuatnya. "Bunda bisa lihat kan gimana Tante Sarah? Tante Sarah bentar lagi akan jadi ibu aku. Kata Ayah sih, kita tetap punya ruang sendiri dihati Ayah. Hebat ya, Ayah hatinya pasti besar banget bisa punya banyak ruang untuk anggota keluarganya."
Alify terdiam sejenak. Berusaha menahan air matanya sebelum akan tumpah. Ia tidak ingin kelemahannya terlihat.
"Aku udah restuin Ayah sama Tante Sarah."
"Aku juga akan panggil tante Sarah 'Ibu' setelah kalian resmi."
Malvin mengelus pundak Alify ketika adiknya itu menunduk lebih dalam untuk menyembunyikan tangaisannya. Ia membisikkan kata-kata penenang agar isakan Alify sedikut mereda.
Gunawan? Jangan ditanya. Ia juga sudah menangis.
"Maaf. Maafin Ayah, Bun."
Sarah mengelus punggung calon suaminya itu. Ini kali pertamanya melihat Gunawan menangis setelah mereka menjalin hubungan hampir setahun.
"Ayah gak nempatin janji, Ayah ke Bunda. Ayah jarang ngunjungin, Bunda. Bahkan Ayah gak tau kalau anak kita masih sering kesini. Maaf.. hiks."
"Mas.." Sarah terus menenangkan Gunawan yang masih terisak. Matanya juga ikut berkaca-kaca, terbawa kesedihan keluarga calon suaminya itu.
Gunawan berusaha meredakan tangisnya sebelum melanjutkan ucapannya kembali. Ia mengelus nisan istrinya itu dengan sayang. Tangan kirinya menggenggam tangan Sarah dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...