Alify dan Malvin berjalan beriringan dibelakang Riel. Keduanya benar-benar diantar oleh Riel ke kelas masing-masing. Namun sebelum pulang, Riel mampir ke ruang BK terlebih dahulu.
"Oh, kau sudah datang? Masuk masuk." Ucap guru BK yang berbadan sedikit lebih berisi itu.
"Selamat pagi, Bu." Ucap Riel sambil menyalaminya.
Guru itu menepuk pundak Riel. "Kamu sudah sukses saja, Nak. Duduk duduk, kita obrolkan adik-adik kamu ini. Sangat bertolak belakang sekali dengan sikapmu disini ya?" Tanyanya diikuti tawa.
Riel diajak duduk di sofa yang memang tersedia disana. Sofa empuk yang membuat Alify hampir tertidur bila ia dipanggil ke ruangan ini.
"Malvin sudah kelas 12, sebentar lagi akan banyak ujian yang datang. Belakangan ini sih dia sudah jarang bolos. Setiap hari pasti masuk tapi ya gitu, pasti tidur di kelas. Kadang dari pagi sampai istirahat. Kalau boleh, kamu kontrol dia setiap malam. Agar tidak tidur lagi di jam pelajaran ya?"
Riel mengangguk. "Kalau Alify, Bu?"
Guru itu mengehela nafas sejenak. "Saya cukup terkejut ketika mengetahui Alify adik kamu juga."
"Masih calon sih, Bu. Dia calon adik tiri saya."
Guru itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Lalu mulai bercerita.
"Saya ingat sekali, waktu itu saya yang menyeleksi Alify untuk masuk ke SMA ini. Nilai rapornya saat SMP benar-benar nyaris sempurna. Bahkan nilai UNnya pun dia dapat yang tertinggi. Namun saat masuk SMA, dia menjadi salah satu murid yang kurang. Dia tidak pernah berada di ranking atas maupun tengah paralel."
"Saya bertanya kepada bibinya saat itu yang mengambil rapornya disemester pertama. Dan bibinya bilang, Ibunya meninggal saat hari terakhir Ujian Nasional. Dari situ saya paham."
Riel terdiam mendengarkan kisah dibalik perilaku Alify yang sangat buruk. Alify ternyata hanya ingin mencari perhatian karena sudah tidak ada yang memperhatikannya lagi. Atau bahkan adiknya itu hanya tidak memiliki tujuan lagi untuk siapa prestasinya nanti ditujukan.
"Mulai akhir semester 1, Alify membolos. Kesini kesini mulai cari masalah. Ikut gabung dengan para lelaki dan cari masalah dengan sekolah lain. Mereka pernah berada di kantor polisi akibat tawuran."
Riel membulatkan matanya terkejut. Adiknya sebengal itu?!
"Tapi Ibu yakin, Alify pasti bisa kembali seperti dahulu. Sekarang, Alify hanya sedang mencari. Ibu harap keluarga barunya dapat membantunya untuk menemukan apa yang dia cari selama ini."
"Iya, Bu. Riel pasti akan memberi perhatian lebih ke Alify."
Guru itu menganggukkan kepalanya. "Alify memang nakal. Tapi senakalnya dia, dia masih peduli dengan teman-temannya. Dia tidak pernah menindas orang kecil. Bahkan dia sangat menghargai tanaman dan binatang."
"Alify lembut. Seperti wanita pada umumnya. Dia sekarang hanya sedang membeku. Pasti akan mencair suatu saat nanti."
"Kamu harus sabar, Riel. Dan jangan terbawa emosi. Buat Alify nyaman. Dia pasti akan menyayangimu kelak."
***
Bel istirahat menjadi suara yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Saat itu pula, Dio menyunggingkan senyumnya. Ia memutar bangkunya, menghadap Alify yang sedang membereskan buku-bukunya.
"Sayang.."
Alify dan Rio kompak menoleh.
"Katanya mau kasih ciuman?" Dio berkata demikian disertai tangan yang menengadah.
Alify menatapnya malas. Lalu menarik tangan dia dan menciumnya ditelapak tangan. "Udah."
Dio menatap lengannya. Matanya berbinar dan senyumnya mengembang lebar. Tangan sebelahnya memegang dada. Seolah baru mendapatkan sengatan listrik.
"Alay." Cibir Rio yang pastinya tidak didengar Dio. Pria itu masih dimabuk oleh ciuman Alify yang hanya ditelapak tangannya itu.
"Iri? Mau lagi lu?" Alify bertanya kepada Rio.
"Gak deh, makasih." Ujarnya lalu pergi meninggalkan kelas.
Alify hanya tersenyum miring menatap wajah Rio yang memerah, menahan malu. Rio pasti hanya beralibi agar tidak ketahuan.
"Dasar cowok jaman sekarang. Tsundere."
***
Alify sampai di rumahnya dengan diantar oleh Malvin. Tadi selepas bel pulang berbunyi, Malvin menunggunya di parkiran dan menawarkan untuk mengantarnya pulang.
Motor Malvin yang memang seperti motor Dilan itu memang mencuri perhatian. Selain dari suara knalpot yang bising, Alify yang duduk diboncengan membuat beberapa wanita mulai berbisik untuk menggibahinya.
Untung Alify kebal. Dia selalu siap memasang wajah 'senggol bacok' jika ada yang menggangguinya.
"Kayaknya ada Ibu lo juga. Mau masuk?" Tawar Alify ketika melihat mobil Ayahnya dan sepatu wanita di depan pintu.
"Engga deh, gue tinggal di apart Papa selama ini." Tolak Malvin.
Alify mengangguk memgerti. "Berarti lo gak setuju dong sama pernikahan Ibu lo sama Bokap gue?"
"Boleh minta kontak lo?"
Alify menyodorkan ponselnya yang langsung diterima Malvin. "Nih udah, nanti gue save nomor lu."
"Oke! Gue masuk dulu ya. Lo hati-hati."
Malvin mengangguk lalu mulai menjalankan motornya sebelum mengklakson tanda ia pamit.
Bertepatan dengan itu, Sarah dan Ayahnya keluar dari rumah. Keduanya menatap Alify yang sedang berjalan menghampiri mereka.
"Baru pulang, Alify? Ada makanan ya di kulkas. Kalau kamu lapar tinggal masukkan ke microwave." Ujar Sarah dengan ramah.
"Iya." Jawab Alify sambil jalan berlalu melewati mereka.
"Bukannya salam dan terimakasih, malah nyelonong aja gak sopan!"
"Mas..." Tegur Sarah.
Alify menulikan pendengarannya ketika Ayahnya berbicara demikian. Kedua tangannya ia kepalkan dimasing-masing tubuhnya. Menahan emosi yang sering kali memuncak karena kalimat pedas penuh tekanan itu.
"Kalau bukan karena Bunda yang minta gue bertahan, gue pasti udah kabur ninggalin Ayah."
"Tapi percuma sih, gue gak ada juga Ayah tetep bahagia. Haha."
Alify menertawakan kisahnya sendiri. Miris sekali.
***
Malvin
Malvin
○Ini gue, Alify.
○Lo ada rencana untuk batalin pernikahan Bokap gue?○Belum sih
○Sebenernya gue bodo amat Nyokap mau nikah lagi atau engga
○Yang penting gue tinggal sama bokap○Hm..
○Andai gue punya sodara
dari Bunda juga
○Gue makin gak betah di rumah○Emang Bunda lo gak punya kakak atau adik?
○Bunda anak tunggal
○Nenek sama Kakek ada di Kalimantan
○Pengen nyusul Bunda aja kalau kayak gini...○Heh! Masa bonek lemah wkwk
○Sana siap-siap. Kita main malem○Kemana?
○Basecamp temen-temen gue
○Emang gapapa gue ikut?
○Gapapa, mereka santuy semua kok.
○Oke deh, gue siap-siap sekarang.
○15 menit lagi gue otw
○Oke.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brandaly Girl
General Fiction[SUDAH DIREVISI] Terdapat beberapa kata kasar dan kissing didalam cerita ini. Mohon bijak dalam membaca. -------- Alify harus menerima ketika Ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang wanita yang memiliki tiga putra yang mana ketiganya akan men...