Part 17 - Berkepanjangan

4.8K 317 7
                                    

Warning! Terdapat kata-kata kasar, diharap pembaca bijak dalam memilihnya.

"Aku berangkat duluan." Pamit Alify yang langsung meminum susunya dan bergegas pergi keluar untuk berangkat sekolah.

"Gak bareng Malvin, Fy?" Tanya Sarah sambil menerima Alify yang sedang mencium tangannya.

"Engga, aku dijemput Rio. Dah~"

Setelah Gunawan dan Sarah menikah, keduanya sepakat tinggal di rumah baru yang dibeli Gunawan dengan banyak kamar didalamnya. Sesuai janjinya juga, Alify memanggil Sarah dengan sebutan Ibu. Semuanya perlahan berubah menjadi lebih baik.

Namun yang tak berubah adalah hubungan antara Malvin dan Alify. Hubungan mereka tak membaik sejak hari pernikahan itu. Malvin yang masih enggan cerita dan Alify yang terlalu malas untuk bertanya duluan.

Selang 5 menit Alify pergi, Malvin menyusul. "Aku berangkat sekarang." Pamitnya dan bergegas pergi setelah menyalami kedua orangtua dan kakaknya.

"Hati-hati, Nak. Jangan ngebut, bentar lagi Ujian Nasional." Pesan Sarah yang hanya diangguki Malvin.

Malvin segera mengendarai motornya menuju sekolah. Sesampainya diparkiran, ia melihat Alify dan Rio yang ternyata masih berada disana.

Keduanya berhadapan dengan tangan Rio yang berada didagu Alify dan wajahnya yang sedikit dimiringkan. Mata Rio pun terlihat terpejam. Kepala Alify yang membelakanginya tampak mendongak. Membuat Malvin menyimpulkan apa yang dilihatnya dengan opini sendiri.

"Mereka ciuman? Di sekolah? Cih, gimana gak murahan."

***

Alify baru saja turun dari motor Rio dan melepas helmnya untuk disimpan di motor. Namun, ia kesulitan membuka pengait yang berada dibawah dagunya itu.

"Yo, kok susah ya?"

Rio yang baru saja melepas helmnya menatap heran. "Susah apa?"

"Ini, pengait helmnya gak bisa dibuka. Macet ya?"

Rio menundukkan kepalanya dan melihat kearah pengait helm yang berada dibawah dagu Alify. "Pantes udah berkarat. Helm siapa sih yang lo pake? Butut amat."

Plakk

"Diem lu, bantuin buru!"

Rio yang masih mengelus tangannya yang terkena pukulan jadi mendengus kesal. "Udah mukul, tapi masih minta bantuan. Lihat ke atas lo!"

Alify menuruti Rio dengan mendongakkan kepalanya agar Rio dengan mudah melepaskan pengait helmnya. Rio pun otomatis memiringkan kepalanya dan mencoba melepaskan pengait helm tersebut dengan serius.

"Lama banget! Gue pegel nih!" Keluh Alify.

"Gatau diri banget lu. Bentar lagi ini, lagi gue paksa."

"Nah, akhirnya.."

Alify langsung melepaskan helmnya dan menghembuskan nafas lega. "Helm kuning sialan."

"Helm siapa sih? Masa anak holkay pake helm butut?"

"Helmnya si Gibran."

"Dih? Anak orang terkaya ke 10 minjem helm orang?! Masuk artikel bagus nih."

Bugh

"Anjing!" Rio meringis sambil mengusap bahunya yang baru saja ditonjok oleh Alify yang kini sudah pergi meninggalkannya duluan.

"Gatau terima kasih banget ini Tuan Putri."

***

Malvin

Brandaly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang