-ARKALYA 02-

416 7 1
                                    

"Hai cantik," sapa Salsa sembari mendudukkan dirinya di sebelah seorang siswi yang sedang serius membaca sebuah novel remaja.

"Mau ngapain lo kesini?" ketus siswi tadi tanpa menoleh ke arah Salsa.

"Gue cuma mau lo dateng ke lorong mural, kalo lo gak berani berarti lo harus ngaku kalo lo itu cupu!" ucap Salsa dengan senyum sinis miliknya.

"Oke, gue bakal dateng. Lo pikir gue takut gitu sama cewek centil modelan kayak lo?" Siswi tersebut menaikkan sebelah alisnya dan berjalan mendahului Salsa yang sudah terlihat sangat geram itu.

"Sialan banget tuh cewek," umpat Salsa pelan dan segera berlari menyusul adik kelasnya tadi.

•••••

"Ini kantin sekolah kita Al!"

"Kalo ini taman belakang sekolah, jarang ada anak yang dateng kesini." 

Naissa terus menjelaskan letak-letak sekolah ini sepanjang perjalanan mereka.

"Eh, disini ada spot foto yang bagus gak Nay?" Alya bertanya dengan semangat kepada Naissa.

"Ada!" seru Naissa setelah sebelumnya berlagak seperti sedang berfikir keras dengan jari mengetuk dagunya dan kening mengkerut.

"Dimana!?" tanya Alya tak sabaran.

"Di lorong mural!"

"Wahh pasti lorongnya penuh mural ya, ayok cepetan Nay kita kesana!" Alya lalu dengan cepat menarik tangan Naissa membuat mereka harus berjalan setengah berlari menuju lorong mural yang disebutkan Naissa tadi.

•••••

"Lo yang ngatain Salsa centil dan sok cantik?"

Belum sampai di tujuan mereka, Alya dan Naissa mendengar suara seorang laki-laki dari lorong mural membuat keduanya segera mendekat ke asal suara. Kemudian mereka melihat seorang gadis yang sedang dipojokkan oleh beberapa siswa-siswi yang memakai almamater Osis.

"Emang bener, kan?" ujar gadis disana dengan tenang.

"Astaga!! Itu Alisya!!" pekik Naissa tertahan.

"Alisya?" tanya Alya dengan kening berkerut.

"Iya, dia sahabat gue, temen sebangku lo." Naissa semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Alya, ia takut terjadi sesuatu pada sahabatnya saat netranya menangkap sosok Arka dan beberapa temannya disana

Semua siswa dan siswi di sekolah ini pun tau bagaimana menakutkannya Arka ketika tengah ada di situasi seperti itu.

"Lo masih junior aja belagu, gimana ntar?" Terdengar lagi suara dingin dan datar laki-laki itu membuat Alya dapat menangkap raut ketakutan dari wajah Alisya.

"HEH! APA-APAAN NIH?!!"

Seruan lantang dari Alya yang sudah tidak tahan melihat adegan di depannya itu berhasil membuat Arka yang sedang memojokkan Alisya tadi menoleh dan menghentikan aksinya.

"Alya!?" seru Devan terkejut melihat adiknya yang muncul tiba-tiba itu.

Alya maju melangkahkan kakinya mendekat kearah mereka, "Lo semua ngapain? Bang Devan juga ngapain ikut-ikutan!?" Alya menatap mereka dengan tatapan nyalang.

"Bukan urusan lo ya!" tunjuk Salsa tepat dihadapan wajah Alya yang langsung ditepis gadis itu. "Gausah tunjuk-tunjuk gue! Dan ini urusan gue karena temen gue ada disini!"

Alya berjalan mendekati Alisya dan mendorong kasar bahu siswa yang menyudutkan gadis yang sudah ia anggap temannya itu, ya walaupun kenalan aja belum.

"Lo nggak kenapa-napa, kan?" Alya menyentuh lembut bahu Alisya yang sedikit bergetar, Alya tau bahwa gadis itu sebenarnya ketakutan, tapi ia cukup pandai menyembunyikan dengan ekspresi tenangnya, "Gue gapapa kok."

Alisya tersenyum dan merasa heran kala gadis di depannya itu menyebut dirinya sebagai teman, padahal ia sama sekali tidak mengenal gadis itu.

"Lo semua anak Osis?" tanya Alya melihat almamater yang mereka pakai.

"Kalo iya kenapa, hah?!" Salsa maju dan mendorong bahu Alya hingga gadis itu sedikit terhuyung ke belakang.

"Gausah dorong-dorong adek gue, anjing!" Devan segera memposisikan dirinya disamping Alya.

"Sayang, kamu kok belain dia sih?"

Seorang siswi dengan name tag Cintya Angelista itu bergelayut manja di lengan Devan yang dengan segera ditepis kasar olehnya, "Gue bukan siapa-siapa lo ya!"

"Apaan sih Dev?" Salsa menatap tidak suka pada interaksi Devan dan Alya, sedangkan Alya hanya menatap mereka dengan kesal.

"Lo pada gak punya otak ya? Anak Osis tapi kerjaannya nge- bully orang,"
ujar Alya menatap mereka satu per- satu, tidak terkecuali abangnya yang sudah ia dorong kembali ke tempatnya semula.

Salsa sedikit memajukan tubuhnya ke arah Alya, "Lo siapa sih? Ganggu acara orang aja!"

"Jadi, apa mau lo?" Siswa yang menjadi pemeran utama dalam pembullyan tadi akhirnya membuka suara dan memberikan tatapan intimidasinya pada Alya.

"Gue cuma mau lo sadar, lo tuh anak Osis dan jadi panutan semua anak sekolah. Kalo Osis -nya aja kayak gini, gimana murid yang lain," ujar Alya memutar bola matanya jengah, sedangkan Devan hanya menatap pasrah pada adik dan sahabatnya itu.

"Kayaknya lo belum tau siapa gue, anak baru?" tanya Arka sembari mengangkat sebelah alisnya menatap ke arah Alya.

"Gue emang anak baru disini, dan gue emang gak tau lo siapa. Tapi siapapun lo, lo tetep gak berhak buat ngelakuin hal kayak gitu!" sentak Alya.

"Terus? Gue Arka, Ketua Osis disini. Sekali lagi gue tanya, apa mau lo sekarang?" Arka mulai mendekatkan dirinya pada Alya, berusaha menyudutkan gadis itu yang membuat Devan dan kedua teman Alya semakin was-was menatap kearah mereka.

Alya yang mendengar hal itu bukannya merasa gugup atau takut, ia justru tersenyum sinis, menepuk tangannya 2 kali lalu mendorong dada bidang Arka cukup kuat, "Ketua Osis?! Ketua Osis lo bilang? Ketua Osis macem apaan!? Bangga lo begini?!"

"So?" Arka mengubah tatapannya menjadi tajam dan sedikit menunduk kearah Alya yang tingginya hanya mencapai dagunya saja.

"Gue mau lo semua berhenti nge- bully orang!!!" sentak Alya yang sudah jengah.

"Gila Dev, adek lu serem banget anjir," bisik Zico yang sedari tadi hanya diam dengan wajah cengo menatap Alya.

Setelah lumayan lama berpikir hingga menciptakan keheningan panjang, Arka menatap Alya penuh arti, "Ok, gue bakal berhenti nge- bully orang asal lo mau jadi babu gue selama seminggu." 

Alya dan semua orang disana yang mendengar hal itu sontak membulatkan kedua matanya.

"Gimana?" tanya Arka yang ingin segera mendapat jawaban dari gadis mungil yang ada di hadapannya ini.

"Dih najis, mimpi sana!" Alya yang sudah muak dengan keadaan di sekitarnya akhirnya menginjak kaki Arka dengan kuat kemudian segera menarik Naissa dan Alisya pergi dari tempat itu.

"Menarik."

.
.
.
.
.
.
.

See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang