-ARKALYA 19-

207 5 0
                                    

"Makasih Dev, ga perlu mampir kan?"
ucap Alisya yang baru saja turun dari motor Devan setelah dari mall tadi.

Devan hanya menganggukkan kepala menjawab Alisya, hari sudah malam, akan sangat terlihat tidak etis jika ia mampir ke rumah Alisya yang tampak sangat sepi itu.

"Eh iya, nih helm -nya," ujar Alisya lagi.

Gadis itu terlihat sangat kesusahan membuka pengait helm -nya, membuat Devan yang melihatnya menjadi gemas sendiri, apalagi anak rambut gadis itu juga berterbangan menutupi sebagian wajahnya.

"Ribet," batin Devan.

Akhirnya ia mengulurkan tangannya, menarik lengan Alisya agar mendekat ke arahnya.

"Eh, eh, mau ngapain lo?" tanya Alisya ketika Devan menariknya terlalu dekat, membuat keduanya hanya berjarak sejengkal saja.

"Ck,"

Devan hanya berdecak pelan menjawab Alisya, tangannya terulur menggapai pengait helm gadis itu.

Klik

Setelah pengait helmnya terbuka, Devan melepaskan helm -nya dari kepala Alisya, menahan lengan gadis itu agar tidak kembali mundur. Ia merapikan anak rambut Alisya yang berterbangan tadi, tanpa sadar hal itu membuat kupu-kupu di perut Alisya yang gantian berterbangan.

"Udah sana, masuk!" perintah Devan yang hanya bisa diangguki oleh Alisya.

Setelah memastikan Alisya benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Devan memutuskan untuk langsung kembali ke rumahnya.

•••••

"Arka mau pulanggg!"

Rengekan Alya membuat Arka yang baru saja keluar dari kamar mandi itu menoleh, memberikan seluruh atensinya pada gadis yang sedang berguling-guling di ranjangnya.

Entah apa yang gadis itu lakukan, Arka yang melihatnya saja merasa pusing. Akhirnya ia mendekati Alya yang masih berguling-guling itu, menghentikan aktivitasnya dan menarik pelan kedua tangan Alya, membuat gadis itu terduduk di pinggiran ranjangnya.

"Ayo pulang," ucap Arka yang segera dihadiahi pukulan pelan Alya di lengannya, "Gitu kek daritadi!"

Setelah mengatakan hal itu, Alya beranjak mengambil tas sekolahnya, berjalan dengan langkah yang terburu-buru dan mendahului Arka keluar dari kamar laki-laki itu.

Sedangkan Arka hanya menggeleng pelan, mengambil kunci motornya dan menyusul Alya yang sudah berteriak di lantai bawah.

"ARKA BURUAN!"

•••••

"Lo suka sama gue Nay?" tanya Zico setelah ia tadi sempat mematung mencerna jawaban Naissa.

"Hah? Siapa bilang?" jawab Naissa yang sudah kembali sibuk menghabiskan sisa popcorn -nya tadi.

"Lah, tadi lo bilang deg-deg an kalo deket-deket gue," ucap Zico mengingatkan Naissa akan pernyataannya tadi.

Naissa yang mendengar hal itu malah membalas Zico dengan tatapan tanya, "Hah? Apasih Zico? Ya jelaslah Nay deg-deg an, kan masih idup! Aneh deh."

Sedangkan Zico yang mendengar jawaban Naissa tadi kembali menyeluruhkan bahunya, ia kira perasaannya pada gadis itu benar-benar terbalaskan, namun ternyata, aish.

"Emang kalo suka sama orang tuh deg-deg an -nya gimana?" tanya Naissa kembali yang membuat perhatian Zico teralihkan.

"Deg-deg an -nya berlebihan Nay, gak kayak biasanya," jawab Zico lirih.

Laki-laki itu masih merasa patah hati karena Naissa ternyata tidak merasakan hal yang sama dengannya.

"Oh, berarti lo bener kalo gitu, soalnya jantung gue deg-deg an kayak abis lari marathon tau, berarti Nay suka sama Zico dong kalo gitu? Udah ah yuk pulang!"

Rentetan kata-kata panjang yang keluar dari mulut Naissa berhasil membungkam Zico kembali, berhasil membuat laki-laki itu kembali membatu, berusaha mencerna segala perkataan Naissa. Jadi perasaannya terbalaskan kan?

"ZICO MASIH MAU DISINI? AYO IH!"

"Haish, untung sayang," gumam Zico.

•••••

"Arka buruan jalan!"

Kembali lagi pada pasangan utama kita, terlihat Alya yang sibuk mengomel pada Arka karena sudah 10 menit mereka berada diatas motor namun tidak segera dijalankan oleh Arka.

"Pegangan dulu makanya," balas Arka santai sambil mengetikkan beberapa kata di kolom chat Whatssapp -nya.

"Ih, buru Arka! Udah ditungguin Bang Devan pasti," ucap Alya frustasi.

Arka yang sudah menyelesaikan ketikannya itu menyimpan ponselnya di saku, memutar sedikit tubuhnya ke belakang, meraih kedua tangan Alya yang sibuk menarik-narik jaketnya, dan melingkarkan kedua tangan Alya pada perut berotot -nya.

Alya yang berada di boncengan Arka akhirnya diam, mau ia protes sekuat apapun ia pasti akan kalah dari laki-laki yang tengah ia peluk saat ini.

Akhirnya motor Arka pun melaju, keluar dari gerbang rumah dan membelah jalanan yang masih saja padat walau sudah malam.

"ARKA INI BUKAN ARAH RUMAH GUE, MAU KEMANA LAGI?!"

Di tengah perjalanan, Alya menyadari bahwa jalan yang dilewatinya saat ini berbeda dengan jalan menuju area rumahnya.

"ARKA IH!"

Alya menggerutu kesal dan hanya bisa berdoa supaya ia tidak diculik lagi, mengingat waktu itu ia tidak diberi makan saat diculik ia jadi enggan untuk diculik lagi.

Diam-diam Arka melirik segala yang dilakukan Alya melalui spion -nya, ia tersenyum tipis melihat Alya yang memejamkan matanya sambil berkomat-kamit entah apa itu.

Setelah 10 menit perjalanan, Arka akhirnya menepikan motornya di sebuah pasar malam yang sangat ramai, penuh dengan lampu kelap-kelip dan jangan lupakan banyak stand yang menjual makanan dan pernak-pernik lucu disana.

"Buruan turun," ucap Arka yang dengan segera dituruti oleh Alya, tatapan mata gadis itu yang tadinya menyorot Arka kesal tergantikan dengan binar-binar yang memperlihatkan bahwa ia sangat menyukai tempat ini.

"Ayo Ar, mau makannn!"

Arka hanya pasrah membiarkan dirinya tertarik menuju stand makanan, ia jadi teringat, sejak dirumahnya tadi ia tidak memberikan asupan apapun pada Alya.

"Ar, mau beli itu," tunjuk Alya pada satu stand yang menjual berbagai macam gorengan tusuk.

"Mau beli berapa?" tanya Arka menggiring pelan Alya menuju antrian yang cukup ramai disana.

"Berapa ya? 1 aja deh, eh, tapi ntar gak kenyang, 3 deh 3," jawab Alya yang membuat Arka gemas, apa maunya gadis itu sebenarnya. Sudah beberapa antrian berlalu, tapi Alya masih saja sibuk memikirkan harus berapa tusuk gorengan yang ia beli.

Hingga tiba-tiba Arka sudah berada di sampingnya sambil membawa plastik berisi 5 tusuk gorengan dan 2 gelas jus jeruk.

"Lah, kapan belinya?" heran Alya.

"Tadi," jawab Arka kemudian menarik pelan tangan Alya, menggenggam dan menariknya menuju sebuah wahana permainan yang berbentuk lingkaran, berputar ke atas, sangat tinggi.

"Kita naik bianglala ini Ar?" tanya Alya yang hanya dijawab anggukan oleh Arka.

"Gue sekalian pengen ngasih sesuatu sama lo."

.
.
.
.
.
.
.

Mau ngasih apa tuh?
Jangan bosen-bosen baca ya, wkwk.
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang