-ARKALYA 32-

200 5 0
                                    

Bisikan dan sorotan menyambut kedatangan Arka dan Alya di lorong sekolah, bagaimana tidak? Kemarin mereka menyaksikan bagaimana Alya menolak mentah-mentah ungkapan perasaan Arka, bahkan fakta bahwa Arka hanya mendekati Alya untuk balas dendam sudah menyebar luas.

Arka yang mendapati gadisnya gelisah dengan segera menatap puluhan siswa-siswi yang sibuk bergosip itu dengan tatapan tajamnya.

Ia menarik tubuh Alya mendekat, melingkarkan tangannya pada pinggang ramping gadis itu.

Alya yang terkejut segera mendongak menatap Arka yang juga menatapnya dengan senyum yang menenangkan.

"ALYAAAA!!"

Teriakan menggelegar yang berasal dari Naissa itu mampu memutus pandangan Arka dan Alya.

Naissa dengan gesitnya sudah berada di hadapan Alya dan merebut paksa gadis itu dari kukungan Arka, "Al, lo gapapa, kan? Ada yang lecet gak?"

Alya hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Naissa, temannya ini memang sangat berisik, kadang menyebalkan, tapi, yah begitulah.

"Gue gapapa, Nay," jawab Alya tenang.

Arka yang rangkulannya terlepas hanya bisa mendengus pelan, dengan segera ia menarik kembali Alya ke dalam rengkuhannya.

"Ish Arka! Gue tuh masih pengen peluk--"

"Sstt, mendingan kamu sama aku aja udah, duluan Ar, Al," ujar Zico yang tiba-tiba datang dan memotong protesan Naissa, membawa gadis cerewet itu bersamanya setelah melihat tatapan tajam Arka.

Alya yang melihat itu kembali berdecak pelan, ada-ada saja temannya.

"Mau langsung ke kelas?" tanya Arka kembali menatap Alya yang hanya dijawab dengan anggukan oleh gadis itu.

Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan mereka masih dengan lengan kekar Arka yang melingkar apik di pinggang ramping milik Alya.

Suara bisikan-bisikan yang membicarakan mereka berdua terdengar semakin keras, Alya semakin risih dibuatnya.

Arka yang melihat itu segera mengedarkan pandangannya kembali dan menatap satu per- satu murid-murid yang sedang membicarakan dirinya dan Alya, membuat semua terdiam seketika.

Alya yang sudah tidak mendengar bisikan apapun sedikit mendongak menatap Arka yang lebih tinggi darinya, "Kok hening?"

"Capek mungkin," jawab Arka singkat.

Sekarang mereka berdua sudah sampai di depan kelas Alya, Arka mengusap pelan rambut Alya dengan senyum tulus yang jarang --bahkan tidak pernah diperlihatkannya, membuat seluruh atensi terpusat pada laki-laki itu.

"Aku ke kelas dulu, ya?"

Alya hanya mengangguk lalu kemudian Arka berlalu menuju kelasnya.

"ALYAAAA!"

Teriakan membahana Naissa terdengar lagi di telinganya, "Jangan teriak-teriak, bego."

"Ih, Alya kasar, pasti ajaran Arka," gerutu Naissa pelan.

Alya hanya menghela nafasnya perlahan kemudian berlalu menuju tempat duduknya.

"Hai, Lis!" sapa -nya pada Alisya yang sedang menunduk memainkan handphone -nya.

Alisya lalu mendongak dan mendapati Alya sudah duduk di sebelahnya, ia mengedarkan pandangan namun tidak menemukan sahabatnya satu lagi.

"Naissa kemana?" tanya Alisya pada Alya.

Alya hanya mengendikkan bahunya tanda tidak tahu, baru saja gadis itu berbicara dengannya, eh, tiba-tiba menghilang, "Ke toilet mungkin."

Alisya hanya mengangguk lalu suasana kembali hening, Alisya yang kembali memainkan handphone -nya, dan Alya yang membuka novel barunya.

"Al," cicit Alisya pelan.

Karena suasana yang hening, Alya masih bisa mendengar cicitan Alisya tadi, ia menengok menatap Alisya dengan raut bertanya.

"Gue minta maaf," ucap Alisya sambil menundukkan kembali kepalanya.

Alya yang mendengar permintaan maaf Alisya dibuat bingung, mengapa gadis ini meminta maaf padanya? Seingatnya mereka belum pernah bertengkar sama sekali.

"Minta maaf buat apaan, Lis?" tanya Alya setelah memusatkan perhatiannya penuh pada Alisya.

Helaan nafas pelan terdengar dari Alisya, gadis itu mendongak perlahan lalu mengambil kedua tangan Alya, "Gue minta maaf, Al. Gara-gara gue lo jadi ngerasa sakit hati kemarin."

"Astaga, itu bukan salah lo, Lis. Lagian Arka udah minta maaf kok, kita udah baikan," ucap Alya menjawab permintaan maaf Alisya.

Ia merasa tak perlu memaafkan Alisya karena memang gadis itu tidak bersalah padanya.

"Iya, gue udah dikasih tau Devan kemarin," ujar Alisya santai yang tanpa ia sadari menimbulkan kecurigaan besar dari Alya.

Dengan tatapan yang dibuat mengintimidasi, Alya mengulang perkataan Alisya, "Dikasih tau Bang Devan? Lo deket sama Abang gue?"

Alisya yang tersadar seketika gugup sendiri, gadis itu kelabakan bingung harus menjawab seperti apa.

"Lo bener deket sama Abang gue, Lis?" tanya Alya sekali lagi.

"Iya, lagi deket dia ama Devan," jawab Naissa yang tiba-tiba datang.

"Darimana aja lo? Tiba-tiba ngilang," tanya Alisya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Plakk

Naissa dengan santainya duduk diatas meja milik Alya dan Alisya, membuat Alya segera menggeplak pelan paha gadis itu.

"ADOH AL," teriak Naissa lebay.

Sedangkan Alya masih saja memelototi Naissa mengisyaratkan agar gadis itu segera turun dari meja miliknya.

Naissa yang ditatap seperti itu hanya menyengir pelan, "Abis dari toilet, kebelet banget tadi, langsung lari."

"Eh, lo ngalihin pembicaraan ya? Kan tadi lagi bahas lo yang deket sama Devan," cerocos Naissa yang menciptakan ringisan di wajah Alisya.

Belum sempat Alisya menjawab, Fano, laki-laki yang menjabat sebagai ketua kelas itu mengatakan jika Bu Retno --guru bahasa Indonesia mereka akan segera memasuki ruang kelas.

"Lo utang penjelasan sama gue," tekan Alya yang membuat Alisya menghela nafasnya perlahan.

.
.
.
.
.
.
.

Hwehwehwe,

Arka -nya mulai meresahkan ya bund.
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang