"Bagus banget pemandangannya dari sini," ucap Alya kagum melihat lampu jalanan yang terlihat sangat indah.
Gadis itu sudah menghabiskan jus jeruk dan semua gorengan yang di beli tadi, sekarang ia hanya fokus pada pemandangan lalu lintas yang terlihat apik dari atas.
"Eh, eh, kok berhenti?"
Tepat saat gerbong yang ditumpangi Arka dan Alya itu berada di paling atas, tiba-tiba bianglala tersebut berhenti membuat Alya panik seketika.
"Ada penumpang lain," jawab Arka yang menatap lekat wajah Alya, netranya merekam segala ekspresi yang Alya keluarkan sejak tadi.
Saat Alya sedang dalam posisi badan yang memutar ke belakang untuk melihat pemandangan dari arah lain, tiba-tiba terasa ada suatu benda asing yang hinggap di lehernya.
Alya akhirnya menoleh dan menemukan Arka dengan jarak yang lumayan dekat dengannya, lalu ia menunduk, menatap sebuah kalung dengan bandul bulan sabit yang sangat indah, akhirnya ia kembali mendongak menatap Arka seolah bertanya apa maksud pemberian Arka ini.
Arka yang peka langsung saja kembali ke duduknya dan menatap mata Alya lekat sembari tersenyum manis, "Kalungnya cantik, gue keinget lo, dan gue rasa gue udah bener-bener sayang sama lo."
Alya yang mendengar itu menangkup kedua pipinya yang bersemu, entah kenapa atmosfer di sekitarnya berubah menjadi panas, padahal angin sedang berhembus lumayan kencang malam ini.
"Hahaha, lucu banget sih, nih pake," ujar Arka sambil mengacak pelan rambut Alya, lalu memberikan jaket yang daritadi ia gunakan agar bisa melindungi gadis itu dari angin yang berhembus kencang.
Tanpa sadar gerbong bianglala yang mereka tumpangi sudah berada dibawah, dan pintunya pun sudah terbuka menandakan mereka bisa segera turun dari wahana itu.
"Mau kemana lagi?" tanya Arka sambil membenarkan letak jaketnya di tubuh Alya. Sedangkan Alya hanya mengendikkan bahunya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Arka tadi.
"Yaudah pulang aja ya?" tawar Arka.
"Tapi, laper Arrr," rengek Alya. Memang sedari tadi gadis itu sudah menahan lapar, gorengan saja tidak cukup memuaskan untuk Alya yang notabene -nya adalah pecinta makanan.
"Yaudah, ntar mampir cari makan," jawab Arka yang sudah menggenggam lembut tangan Alya, mengajak gadis itu keluar dari pasar malam dan menuju motornya.
•••••
"BANG DEVANNN!"
"Jangan teriak-teriak," peringat Arka pada Alya.
Sedangkan gadis itu hanya mengendikkan bahunya acuh, melenggang menuju kamarnya. Ia sudah merasa sangat lengket dan gerah.
"Eh, ada lo Ar?" tanya Devan yang baru saja datang dari kamarnya. Ia sempat berpapasan juga dengan Alya tadi.
Arka hanya berdehem menjawab Devan, ia terlihat menatap layar ponselnya dengan raut wajah serius.
Devan yang melihat itu pun turut mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
"Alvin," singkat Arka.
"Kenapa lagi tuh bocah?" tanya Devan sambil membuka bungkusan sate di depannya, oleh-oleh dari acara date Arka dan Alya tadi.
"Dia ngincer adek lo," jawab Arka yang masih saja menampilkan wajah seriusnya, membuat Devan yang ingin melahap sate di tangannya jadi ter -urung, "Maksudnya?"
"Dia suka sama adek lo," jawab Arka lagi memperjelas kalimatnya tadi.
"Terus? Mau lo apain?" Kembali Devan bertanya, namun kali ini sudah dengan daging sate yang ada di dalam mulutnya.
"Gue nggak akan biarin punya gue direbut orang lain," ujar Arka yang sudah mengeraskan rahangnya.
"Lagi ngomongin apaan? Serius banget," ucap Alya yang baru saja datang dengan piyama biru laut -nya.
Ia duduk di antara Devan dan Arka, menyomot satu tusuk sate dan melahapnya sekaligus, ia sudah benar-benar kelaparan sejak tadi.
"Buka punya lo sendiri sana," ujar Devan kesal.
Sedangkan Arka yang melihat tingkah Alya menjadi tersenyum tipis, entah meluruh kemana emosi dan raut mengerikannya tadi.
Melihat Devan dan Alya yang masih saja bergaduh karena setusuk sate itu, akhirnya Arka membuka bungkusan lainnya, mengambil satu tusuk sate dan mengarahkannya ke depan mulut Alya yang sudah ingin mengomel kembali.
Alya yang sadar akhirnya menolehkan kepalanya ke Arka, mendapati raut datarnya dan jangan lupakan tangan laki-laki itu yang sudah berada di depan mulutnya.
"Makan!" perintah Arka yang menyadarkan Alya hingga gadis itu dengan cepat melahap sate -nya, membuat bibir -nya menjadi penuh bumbu kacang sekarang.
Arka yang melihat itu segera meraih selembar tisu di hadapannya, menarik pelan dagu Alya agar menghadap ke arahnya, dan dengan telaten ia membersihkan noda bumbu tadi yang ada di sekitar bibir Alya.
Sedangkan Alya yang diperlakukan seperti itu sekarang hanya bisa menghentikan kunyahan -nya, berusaha menormalkan detak jantungnya.
Entah kenapa di dekat Arka jantungnya selalu berdetak 2 kali lebih kencang.
"EKHEM, CANG KACANG KUACI PERMEN, NYAMOK NIH NYAMOK," teriak Devan sambil berjalan ke kamarnya, menunjukkan aksi protesnya melihat ke -uwu an Arka dan Alya.
•••••
"Makasih ya Zico," ucap Naissa memberikan helm milik Zico.
Naissa dan Zico akhirnya sampai di depan rumah Naissa setelah tadi Zico mengajaknya berkeliling, mengitari jalanan yang padat.
"Tunggu Nay," tahan Zico mencekal pergelangan tangan Naissa yang akan melangkah masuk ke dalam rumahnya.
"Kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Naissa.
"Tadi lo bilang kalo lo selalu deg-deg an setiap sama gue kan?" tanya Zico yang dijawab anggukan oleh gadis di hadapannya.
"Gue juga Nay, gue gatau sejak kapan gue suka sama lo. Tapi, gue rasa, gue sayang sama lo," ucap Zico mengeluarkan seluruh isi hatinya.
"Nay, lomaugakjadipacargue?" lanjut Zico dengan cepat.
Naissa yang mendengar semua itu sekarang hanya berdiri mematung, matanya terpaku menatap netra Zico yang sedang menatapnya dalam.
"Gatau Zico," ucap Naissa yang membuat Zico membolakan matanya. Apakah ia akan mendapat penolakan?
"Gue gatau lo ngomong apaan," lanjut Naissa membuat Zico membolakan matanya untuk yang kedua kalinya. Ada-ada saja gadis di hadapannya ini.
"Nay, tadi gue nanya, lo mau nggak jadi pacar gue? Naissa mau nggak jadi pacar Zico?"
.
.
.
.
.
.
.Wauw Wauw, udah ada yang gercep nih.
Oiya, mau ngasih tau buat kalian yang baca, disini aku sengaja nggak kasih visualisasi dari tokoh-tokoh nya, karena aku pengennya kalian bisa berimajinasi sendiri tentang Arka, Alya dan yang lainnya.
Karena jujur aja, kadang ketika aku sendiri baca cerita terus visual cast -nya kurang srek jadi agak kurang ngena gitu loh, wkwk jadi curhat.
Jadi aku mutusin buat nggak kasih visualisasi cast -nya biar kalian bebas berimajinasi.
Thank you buat yang udah baca cerita ini!!
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...