Flashback on
"Sok banget sih tuh cewek!" ucap Salsa yang kesal karena rencananya yang ingin melabrak Alisya gagal.
"Itu adek gue anjing!" sahut Devan mengingat yang dimaki Salsa adalah Alya, adiknya sendiri.
Setelah mengucapkan hal itu, Devan segera berniat menyusul Alya, berlari menjauh dari Salsa, Cintya, Zico, dan juga Arka yang masih mengepalkan tangannya.
Ia terganggu. Terganggu dengan kedatangan Alya.
"Bisa-bisanya tuh cewek gangguin acara kita, ck," ujar Cintya ikut mengompori.
Gadis itu tidak suka melihat kedekatan Devan dan Alya, meskipun ia sudah tau bahwa mereka berdua bersaudara.
"Gue gaakan lepasin gitu aja," ucap Arka tiba-tiba, membuat Zico membolakan matanya menatap Arka.
"Jangan gila deh Ar, dia adeknya Devan, lo mau kita pecah cuma gara-gara masalah ginian?" tegur Zico.
Jangan sampai pertemanan mereka terancam karena hal sepele seperti ini.
Arka yang mendengar hal itu menjadi terdiam, lain hal -nya dengan Salsa yang memutar bola matanya kesal, "Apaan sih Zico!? Biarin aja kali, cewek sok jago itu harus dikasih pelajaran biar tau diri!"
Cintya mengangguk menyetujui ucapan Salsa, "Lagian, selama ini Arka ga bakal lepasin hama dengan mudah, kan?"
Arka yang tadinya terdiam menjadi menampilkan senyum sinisnya saat ini, benar kata Cintya, ia tidak akan mudah melepaskan hama yang mengganggu.
"Gue tau, lo deketin aja dia, bikin dia suka sama lo, dan tinggalin, nanti gue kasih saran skenario yang bisa lo lakuin buat dia," saran Salsa membuat Arka menatapnya penuh arti, menarik.
"Defalya Deynira," ucap Arka tiba-tiba, "Lo target gue selanjutnya."
Salsa dan Cintya yang mendengar hal itu turut menampilkan senyum sinisnya, berbeda dengan Zico yang sudah pasrah, entah apa yang akan terjadi setelah ini.
Flashback off
Kembali lagi pada Alya yang masih terdiam mematung duduk di ranjangnya.
Gadis ini masih merasa syok dengan apa yang baru saja ia dengar.
Jadi selama ini?
Ia diam-diam tertawa miris dalam hati, merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya terperangkap dalam jebakan yang dibuat Arka.
Seharusnya ia menyadari semuanya dari awal, bagaimana mungkin lelaki pembully yang kasar itu tiba-tiba bisa bersikap lembut dan manis padanya.
Ingin rasanya ia mendatangi Arka sekarang juga dan berteriak bahwa ia kecewa, ia sudah terlanjur menaruh harapan dan hati pada lelaki itu, tapi nyatanya?
Air mata yang sudah ia bendung daritadi akhirnya tumpah, Alya tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, ia mengaku kalah, ia terjebak, terjebak dengan permainan Arka.
Ya, gadis itu mencintai Arka.
Seorang Defalya Deynira mengaku jatuh dalam pesona Arka Fasha Aditama.
•••••
"Ar, kayaknya Alya udah siuman deh," ujar Zico mengingatkan Arka bahwa ia sudah meninggalkan Alya terlalu lama.
"Iya, balik sono, ntar kita nyusul," tambah Devan setelah menyeruput habis minuman kalengnya.
Devan dan Zico memang sudah menyelesaikan acara makan mereka sehingga mereka berdua memilih mengobrol bersama Arka sambil menunggu Alisya dan Naissa menghabiskan kudapannya.
"Yaudah, gue balik dulu," ucap Arka lalu mengambil bubur pesanannya dan berlalu dari kantin.
"Semoga berhasil, Ar."
•••••
Cklek
Suara pintu UKS yang terbuka menyita atensi Alya, namun tetap tidak bisa membuatnya menoleh sekedar melihat siapa yang datang.
Srettt
"Alya? Lo udah siuman? Ada yang sakit?" tanya Arka beruntun.
Sedangkan yang ditanya sekarang hanya menatap pada satu objek lurus dengan pandangan mata datar.
Arka yang tidak dijawab pertanyaannya itu jadi merasa ada yang salah dengan Alya, ia berdiri berhadapan dengan gadis itu, sedikit membungkukkan badannya dan menatap Alya tepat di matanya.
Deggg
Apa ini?
Arka tidak melihat sorot mata Alya yang seperti biasanya, ia menangkap sorot kesedihan dan kekecewaan yang terpampang jelas ketika kedua netra mereka bertubrukan.
"Al, kenapa? Jangan bikin gue takut," kalut Arka. Ia merasa cemas, entah mengapa. Ia tidak suka Alya yang diam seperti ini.
Lama menunggu jawaban Alya, Arka menegakkan tubuhnya kembali dan mengambil semangkuk bubur yang ia beli dari kantin tadi.
"Al, nih makan, gue udah beliin lo bubur, lo pingsan karena belum sarapan tadi," ujar Arka sambil menyodorkan semangkuk bubur itu kehadapan Alya.
Namun gadis itu tetap saja bergeming, Arka semakin merasa cemas sekaligus kalut, ada apa dengan Alya?
Apakah terjadi sesuatu saat ia meninggalkan gadis ini dengan waktu yang cukup lama tadi?
Sepertinya iya.
Tapi ia tak berniat untuk menanyakan apapun saat ini, yang terpenting adalah Alya harus mengisi perutnya terlebih dahulu, gadis itu pasti merasa lemas sekarang.
"Aaaaaa,"
Arka yang daritadi menunggu Alya mengambil mangkok bubur dari tangannya akhirnya memilih untuk menyendokkan bubur itu secukupnya dan mengarahkannya tepat pada bibir Alya yang terkunci rapat.
"Makan, Al!" peringat Arka dengan nada yang pelan.
"Lo gapapa mau diemin gue, tapi seenggaknya lo makan dulu, lo bisa sakit nanti," bujuk Arka dengan sabar.
"Makan ya? Nih aa--"
Prangggg
Arka menatap terkejut pada Alya yang menepis tangannya dengan kuat, membuat mangkok buburnya pecah dan buburnya sendiri meluber kemana-mana.
"Alya!" sentak Arka pelan. Ia tak suka melihat Alya menjadi kasar seperti ini. Ada apa sebenarnya? Pertanyaan itu seolah tak ada habisnya memenuhi pikiran Arka.
"Stop Ar, stop pura-pura peduli sama gue, gue gak butuh," ujar Alya dengan nada dinginnya, menatap Arka tajam, lalu meninggalkan laki-laki itu yang sekarang mematung mendengar ucapan Alya.
Sok peduli?
Apa yang dibicarakan oleh gadis itu?
Arka yang tersadar segera berlari keluar menyusul Alya yang ternyata sudah berada di tengah lapangan menuju arah kantin, di arah tujuan Alya melangkah, ia dapat melihat Devan, Alisya, Zico dan Naissa yang menatap mereka bingung.
Sepertinya tidak ada cara lain lagi.
Arka menatap Devan penuh arti yang juga dibalas oleh lelaki itu, lalu tanpa aba-aba Arka berteriak membuat seluruh atensi murid-murid disana teralihkan padanya, Zico menatap was-was Arka dari tempatnya. Sedangkan Devan? Ia hanya mengawasi saja, memperhatikan apa yang akan dilakukan laki-laki itu.
"DEFALYA DEYNIRA, GUE CINTA SAMA LO!"
.
.
.
.
.
.
.Mau bilang apa ke Arka?
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...