"Eh, pulang sekolah main yuk," seru Naissa pada Alya dan Alisya yang sibuk memainkan ponselnya masing-masing.
Alya yang mendengar itu mendongak, "Boleh," ujarnya yang juga diangguki Alisya, "Tapi, bertiga doang?"
Bukannya apa-apa, semenjak mereka semua berpacaran, kemana pun mereka pergi pasti akan diikuti pawangnya masing-masing.
"Pengennya sih bertiga, tapi lo pada tau sendiri tuh cowok-cowok posesifnya macem apaan," ucap Naissa lesu.
Sebenarnya mereka tidak keberatan jika para pacar mereka itu ikut, tapi terkadang mereka juga merindukan waktu dimana mereka bisa have fun bertiga, quality time.
"Yaudah, ayo kantin!" ajak Alya yang segera diikuti Naissa dan Alisya.
Kelas mereka memang sedang kosong saat ini, jadi mereka memutuskan untuk pergi ke kantin saja, lagipula bel istirahat akan berbunyi 5 menit lagi.
Melewati koridor yang sepi, mereka kemudian sampai di kantin yang cukup sepi juga, hanya terlihat ada beberapa anak laki-laki berandal yang sedang duduk di pojokan sambil merokok.
Kali ini Alya menawarkan diri untuk memesankan makanan, ia pergi ke stand kantin yang menyediakan bakso dan memesan 3 porsi bakso komplit, lalu ia kembali melangkah untuk membeli air mineral dingin di stand lain.
"Kiw, cewek!" goda salah satu laki-laki berpenampilan berandal tadi.
Alya tidak menghiraukan panggilan tersebut, "Ini Pak uangnya."
Saat ingin melangkah kembali ke meja teman-temannya, ia dihadang oleh laki-laki yang menggodanya tadi, "Cantik-cantik budeg ya?"
Menghembuskan nafasnya kasar, Alya dengan cepat menginjak kaki laki-laki itu dengan kuat, "Bacot!"
Alisya dan Naissa pun sebenarnya melihat kejadian itu, tapi mereka yakin Alya bisa menghadapinya, setidaknya menendang selangkangannya mungkin?
"Nih," ujar Alya menyerahkan ketiga botol air mineral dingin yang dibelinya, bersamaan dengan bakso yang ia pesan tadi diantar, "Makasih, Bu."
Brakkk
Baru saja ingin menyuapkan bakso -nya, ketiga gadis itu terkejut dengan sebuah gebrakan kencang.
"APA-APAAN ANJIR!" kaget Naissa.
Ketiganya lalu menoleh menatap kedatangan 2 nenek lampir, satu -nya kemana?
"Heh anak baru! Gausah sok kecakepan deh," ujar Audrey pada Alya, "Pake sok-sok ngancem Salsa."
Alya memutar bola matanya jengah, "Apalagi sih?"
Melihat respon Alya yang terlihat menjengkelkan itu, Audrey dengan segera menjambak rambut Alya kuat-kuat.
Jangan lupakan bel istirahat yang sudah berbunyi sejak tadi, membuat mereka menjadi pusat perhatian seluruh siswa-siswi yang tengah makan di kantin.
"Heh! Gausah jambak-jambak dong, najis banget," seru Naissa sambil mencoba meraih tangan Audrey, namun, ia kalah cepat dengan Cintya yang memegang pergelangan tangannya kuat.
Alisya yang juga berusaha membantu Alya menjadi terkena imbasnya, Audrey dengan ganasnya mencengkeram pergelangan tangannya dan mendorong gadis itu hingga terjatuh.
Namun Alisya tetap berusaha menghentikan aksi gila Audrey, matanya membola melihat Audrey dengan santainya menuang kuah bakso yang masih lumayan panas itu ke arah Alya.
Dengan sigap Alisya lalu menjambak rambut Audrey membuat perempuan itu marah, "Berani-beraninya lo," desisnya pelan.
Ia lalu melayangkan tangannya tepat ke sebelah kanan pipi Alisya dengan sangat keras.
PLAKKK
"AUDREY!"
•••••
Sekarang Alya, Alisya dan Naissa sedang terduduk lemah dengan keadaan tangan dan kaki terikat di gudang belakang sekolah.
Keadaan mereka cukup memprihatinkan dengan beberapa luka-luka di tubuhnya, apalagi Alya yang dahinya sudah berdarah entah karena apa.
Ketiganya sudah tersadar dan saling memandang, "Kita dimana?" tanya Alya yang memang belum hafal betul apa-apa yang ada di sekolah ini.
"Kita di gudang," jawab Naissa, gadis itu pun sedang mengedarkan pandangannya mencari apapun yang dapat membantu mereka.
Mereka ingin melepaskan diri dari ikatan masing-masing dengan cara saling memunggungi, namun baru saja ingin berpindah posisi, tubuh mereka sudah terasa sangat remuk.
Jika tadi kalian mengira bahwa Arka, Zico, ataupun Devan yang meneriakkan nama Audrey, kalian salah besar.
Bukan Arka, Devan, maupun Zico, tetapi Salsa yang tidak ingin Arka mengetahui kejadian ini dan akan membuat ia dan teman-temannya menderita.
Kini Alya, Naissa dan Alisya hanya bisa pasrah dan berdoa, semoga ada seseorang yang melewati gudang terbengkalai ini.
•••••
Berbeda dengan sang korban yang diikat di dalam gudang, para pelaku yang tak lain adalah Salsa, Audrey, dan Cintya kini tengah duduk santai di salah satu kursi yang tersedia sepanjang koridor kelas 12.
Mereka baru saja kembali dari kantin, mengancam semua siswa-siswi disana agar tidak ada yang membocorkan kejadian tadi pada Arka, Devan, dan Zico.
"Kenapa gak kita buang aja sih, Sal?" tanya Audrey pada Salsa.
Tadi sebelum Alya serta kedua temannya itu pingsan, Audrey memang sempat menjambak, menendang dan menampar ketiganya hingga tak sadarkan diri.
"Lo mau mati di tangan Arka?" jawab Salsa sambil memperhatikan kuku-kukunya.
Cintya yang disana hanya menyimak saja, ingin berkomentar tapi takut malah terkena amukan Audrey dan Salsa.
Di tengah perdebatan mereka mengenai kelanjutan keadaan Alya, Alisya, dan Naissa, seseorang tiba-tiba datang menghampiri mereka,
"Butuh bantuan?"
.
.
.
.
.
.
.Kemana pawangnya ini?
Siapa kira-kira yang mau bantuin para mak lampir itu?
See you di next part-!!To be continued,
-N

KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...