"AKHIRNYA KENYANGG!"
Alya yang baru saja menyelesaikan makannya, menghabiskan 2 box nasi itu akhirnya merasa kenyang dan memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa yang tengah ia duduki saat ini.
Arka yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepala dan membereskan sisa-sisa makan mereka, membuangnya ke tempat sampah yang berada diujung.
Saat jam istirahat tadi Arka memang mengajak Alya ke kantin, namun hanya untuk singgah sebentar mengambil makanan yang sudah dipesan Arka, kemudian Arka kembali menarik Alya menuju rooftop.
Berakhirlah mereka menghabiskan jam istirahat dan makanan mereka di rooftop ini.
"Huffttt, ngantuk banget deh," ucap Alya sambil mengucek matanya pelan yang dengan segera ditepis pelan oleh Arka.
"Jangan, nanti merah."
Setelah mengatakan hal itu, Arka mengarahkan Alya untuk bergeser ke arah ujung sofa, lalu merebahkan kepalanya di paha Alya dan menutup matanya.
Alya yang terkejut hanya bisa memandang Arka yang berada di pangkuannya dengan menahan degupan jantung yang luar biasa.
Teeettttt teeettttt
Suara bel yang menandakan waktu istirahat berakhir itu akhirnya menyadarkan Alya dan membuatnya segera menggoyangkan badan Arka perlahan agar laki-laki itu bangun dari pahanya.
"Ar, bangun udah bel masuk nih," ucap Alya sambil menepuk pelan pipi Arka.
Arka yang merasa terganggu itu akhirnya menggapai tangan Alya yang masih bertengger di pipinya, mengarahkan tangan lembut gadis itu ke arah kepalanya, "Elusin."
Alya membolakan matanya setelah mendengar ucapan Arka, bukannya mengelus seperti apa yang Arka perintahkan, ia malah menepuk pelan kepala laki-laki itu.
"Buruan ih Ar, ntar dihukum kalo telat masuk kelas," ujar Alya yang terlihat semakin cemas memandangi angka yang ada di wallpaper handphone -nya itu.
"Bolos," jawab Arka sambil membenarkan posisinya, merubah posisi menjadi miring menghadap ke perut rata Alya, melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu.
"Arkaaaa, ayolah!" Alya yang merasa geram itu akhirnya menjambak pelan rambut Arka yang membuat laki-laki itu akhirnya mendongak dan menatap wajah Alya.
"Please, Al. Gue ngantuk banget," ucap Arka dengan matanya yang sayu, membuat Alya tidak tega dan menghembuskan nafas pasrahnya.
Arka yang melihat itu kembali menduselkan kepalanya ke perut Alya dan mengarahkan tangan Alya kembali untuk mengelus kepalanya.
Alya akhirnya hanya pasrah menuruti kemauan Arka, sedangkan Arka saat ini sedang merasa sangat nyaman, senyaman saat ia sedang bersama bundanya.
Hal itu lah yang membuat Arka akhirnya cepat menuju ke alam mimpi, disusul Alya yang juga akhirnya dihampiri rasa kantuk. Mereka berdua akhirnya tertidur bersama disana, bersama angin yang bertiup, dan juga bersama perasaan yang tanpa disadari keduanya mulai muncul dalam diri masing-masing.
Entah bagaimana kelanjutan dan jawaban atas perasaan mereka saat ini, hanya author dan tuhan yang tau, wkwk.
•••••
"Al, bangun." Arka menepuk pelan pipi Alya yang masih saja terlelap di sofa yang mereka duduki tadi.
Sudah sejak 15 menit yang lalu Arka mencoba membangunkan gadis itu, tapi tetap saja tidak ada pergerakan dari Alya. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, yang artinya sekolah sudah dibubarkan sejak 2 jam yang lalu.
Untuk masalah teman-teman Alya dan juga Devan, mereka sudah mengetahui bahwa Arka dan Alya sedang membolos di rooftop.
Bahkan, ketika bel pulang tadi Devan mengantarkan tas Arka dan Alya ketika Arka sedang merokok dan Alya tertidur dengan pulasnya.
Arka yang sudah lelah membangunkan gadis di hadapannya ini akhirnya memutuskan untuk menggendong Alya menuju mobil.
3 lantai dilewati Arka dengan sangat mudah, seperti ia hanya berjalan seorang diri. Padahal, Arka tengah membawa Alya dan kedua tas mereka di tubuhnya.
Sampai di mobil, Arka segera mendudukkan Alya di kursi samping kemudi, membenarkan posisi kursi agar tidak membuat gadis itu merasa pegal nantinya.
Tak lupa ia juga memasangkan seatbelt untuk Alya. Saat memasangkan seatbelt, jarak wajah keduanya hanya sejengkal saja, hal itu membuat Arka berhenti sejenak memuja wajah tenang gadis di hadapannya ini, sebelum akhirnya ia tersadar dan memutar langkahnya ke arah kursi kemudi.
Arka melihat sekilas ke arah Alya lagi sebelum akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar tidak mengganggu tidur nyenyak Alya.
•••••
Tokk tokk
Arka mengetuk dengan susah payah pintu rumah Alya, untung saja Devan segera datang dan membuka pintu, sehingga ia tidak harus memberikan effort lagi untuk mengetuk pintu dengan Alya yang berada di gendongannya.
"Eh, Alya kenapa Ar?" tanya Devan khawatir melihat Alya yang hanya diam memejamkan mata di gendongan Arka.
"Tidur," balas Arka santai sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar Alya di lantai 2, ia sudah mengetahui kamar Alya karena ketika menginap kemarin ia melihat kamar Devan dan kamar Alya ternyata bersebelahan.
Devan hanya menghembuskan nafasnya pelan, menatap punggung Arka yang mulai menjauh, dan melanjutkan langkahnya ke arah dapur mengambil air untuk menghilangkan dahaganya.
Cklek
Nuansa monokrom menyambut Arka yang langsung saja melangkah menuju tempat tidur Alya, membaringkan pelan tubuh gadis itu dan melepaskan sepatu juga kaos kaki yang masih melekat di kakinya.
Setelah selesai, Arka kembali memandangi wajah Alya. Entah kenapa, memandangi wajah Alya yang begitu tenang saat tidur itu membuat dirinya ikut tenang.
Tidak ingin terhanyut lama-lama disana, Arka akhirnya mengelus rambut Alya pelan dan keluar dari kamar Alya untuk berpamitan pada Devan karena ia sudah harus kembali ke rumahnya saat ini.
.
.
.
.
.
.See you di next part-!!
To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...