-ARKALYA 39-

197 3 0
                                    

Saat ini Alya tengah berkutat di dapur memasak makan malam untuknya dan Arka.

Devan? Laki-laki itu sudah ngacir duluan tadi menghindari omelan Alya dengan dalih ingin pdkt dengan Alisya.

"Sini, makan!" ketus Alya pada Arka yang tengah duduk di kursi mini bar.

Arka melangkahkan kakinya gontai ke arah meja makan, menatap Alya yang sepertinya masih marah karena masalah game tadi.

Ia tau ia salah, bermain tidak tau waktu, jujur saja, melihat tatapan tajam dan mendengar omelan Alya membuatnya takut.

Entah kenapa, Arka yang dingin, kasar, dan cuek itu bisa ciut nyalinya saat berhadapan dengan Alya.

"Nih, makan, abisin!" seru Alya sambil menyodorkan piring yang sudah terisi nasi dan lauk pauk itu pada Arka.

Mereka pun melewati acara makan malam itu dengan keadaan hening, dan sedikit mencekam menurut Arka.

Setelah selesai Alya mengambil piring kotor miliknya dan Arka, membereskan sisa-sisa makanan mereka, "Tunggu di kamar aku sana!" titah Alya yang segera dituruti Arka.

Manis sekali laki-laki itu.

Alya kemudian menyusul Arka ke lantai atas, di kamarnya.

Ia membuka knop pintu pelan dan menemukan Arka sedang memainkan handphone -nya yang mati sambil menunduk.

Huh, kalau gini kan jadinya gabisa nerusin ngomel.

Melangkahkan kakinya mendekat ke arah sofa yang di duduki Arka, Alya kemudian menarik tangan Arka pelan agar laki-laki itu memperbaiki posisi duduknya.

"Maafin Sayang, janji ga main game lagi," cicit Arka.

Alya hanya merespon dengan menaikkan satu alisnya, Arka yang melihat itu kembali menunduk.

"Sini!" seru Alya sambil merentangkan tangannya, posisinya kini berdiri tepat di antara kaki Arka yang sedang duduk di sofa.

Melihat Arka yang menunduk seperti itu membuatnya tidak tega, apalagi berjanji untuk tidak bermain game, bukan itu mau Alya.

Arka pun mendongak dan dengan segera menyambar pelukan Alya, ia menenggelamkan wajahnya pada perut rata milik Alya.

Tangan Alya tak tinggal diam, tangannya mulai naik dan mengelus rambut Arka lembut, membuat Arka semakin merasa nyaman dalam dekapannya.

Tak lama Alya melepaskan pelukan mereka, memposisikan wajahnya tepat di depan wajah Arka dengan lututnya sebagai tumpuan.

"Dengerin sini, aku nggak suruh kamu berhenti maen game Sayang, aku cuma pengen kamu inget waktu," tutur Alya lembut sambil mengelus pelan pipi Arka, "Kamu kalo udah ketemu game jadi nggak inget apa-apa soalnya."

Arka yang mendengar itu kembali menundukkan kepalanya, kini ia terlihat seperti seorang anak kecil yang tengah dimarahi ibunya.

"Arka," panggil Alya pelan, "Jangan nunduk! Paham sama apa yang aku omongin tadi?"

Anggukan kecil diterima Alya sebagai jawaban, gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, "Udah aku maafin, jangan nunduk terus, Ar!"

"Tapi kamu keliatan masih marah," jawab Arka.

Alya menggelengkan kepalanya pelan, kemudian ia naik dan berbaring di atas sofa tersebut tepat di belakang Arka yang masih terduduk.

Memegang bahu Arka pelan, Alya kemudian menarik lengan Arka untuk ikut berbaring bersama dengannya, "Udah ya, jangan gitu mukanya, jelek!"

Sekali lagi Arka hanya mengangguk, kemudian memilih untuk menenggelamkan kepalanya pada leher Alya, aroma manis dari kulit halus itu menyeruak memberi kenyamanan lebih pada Arka.

"Yaudah, kamu istirahat dulu, nanti mau pulang jam berapa?" tanya Alya.

"Jam sembilan aja, tadi udah izin bunda kok," jawab Arka dengan suara yang sedikit teredam.

Setelah itu keduanya sama-sama hening, menikmati kenyamanan yang diberikan satu sama lain, hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9.

Cklek

"Heh! Pulang sana!" tegur Devan membuat Arka dan Alya terlonjak kaget, "Biasa aja dong, anjing!"

Keduanya lalu bangkit dan berjalan menuju keluar kamar, sedangkan Devan sepertinya juga sudah memasuki kamarnya sendiri.

"Yaudah, aku pulang dulu ya," ujar Arka yang sudah berada diatas motornya.

Cup

Arka mencium kening Alya lembut, "Langsung masuk sana, udah malem!"

Alya pun segera berbalik dan memasuki rumahnya karena ingin menyembunyikan pipinya yang terasa panas.

•••••

"Bang, gue berangkat bareng lo, dong," pinta Alya yang tengah mengikat tali sepatunya.

Dahi Devan mengkerut, tumben sekali, padahal hari ini ia ingin menjemput Alisya terlebih dahulu, "Arka kemana?"

"Gatau, ada urusan katanya," jawab Alya seraya mengendikkan bahunya acuh.

Devan hanya mengangguk mengerti, lalu mulai beranjak ke arah garasi rumahnya, "Yaudah, ayo!"

Suasana di mobil Devan kali ini sangat amat damai, Alya sedang sibuk memainkan handphone -nya, sedangkan Devan bersenandung pelan mengikuti lagu yang terpasang di airpods nya.

"Lah, ini mau kemana dulu, Bang?" tanya Alya ketika melihat jalanan ke arah sekolahnya berubah.

"Jemput Alisya," singkat Devan.

Alya pun hanya mengangguk acuh sambil men- scroll Instagram -nya. Sesampainya dirumah Alisya, Alya berpindah ke bangku belakang dengan inisiatif sendiri.

Ia tau mereka berdua sedang masa pendekatan, jadi sebagai adik yang baik, ia memberi kesempatan pada abang laknatnya itu untuk berduaan di depan.

Tiba-tiba notifikasi muncul di layar handphone -nya, Alya membuka kolom chat tersebut dan menemukan sebuah video. Tanpa pikir panjang ia segera membuka video yang sudah terunduh itu.

"Arka? Salsa?"

.
.
.
.
.
.
.

Nahloh nahloh
Kenapa tuh Arka sama Salsa?
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang