Alya yang sudah merasa cukup puas dengan tangisannya memilih untuk melepaskan diri perlahan dari dekapan Arka yang sialnya terasa sangat amat nyaman.
Arka membantu Alya menghapus sisa-sisa air mata gadis itu menggunakan jarinya, dengan telapak tangan yang masih menangkup pipi Alya, Arka menatap kedua iris mata gadis di hadapannya dengan lembut.
"Jadi?" tanya Arka.
Laki-laki itu berharap Alya mau memaafkannya, ia tidak ingin Alya menjauh lagi, cukup kali ini.
"G-gue, gue gatau, Ar," jawab Alya dengan suara yang amat pelan. Gadis itu meremas pelan jari-jarinya sendiri.
Alya menghela nafas perlahan kemudian memberanikan diri untuk membalas tatapan mata Arka, "Gue bingung, semuanya terlalu cepet, terlalu tiba-tiba. Lo yang tiba-tiba deketin gue, terus tiba-tiba juga gue dapet kabar kalo lo cuma pengen bales dendam ke gue, semuanya terlalu singkat."
Arka yang mendengar hal itu tentu saja kecewa, ia mengharapkan hubungannya dengan Alya akan kembali seperti dulu, namun, ia juga harus menyadari bahwa semua ini berasal dari kesalahannya sendiri, "Aku tau, maafin aku ya, Al?"
Dan Alya hanya mengangguk pelan menjawab permintaan maaf Arka, Arka yang merasa senang karena sudah menerima maaf dari Alya menarik gadis itu kembali ke dekapannya sambil menggumamkan kata "Aku sayang kamu, love you," dan terimakasih berkali-kali.
Lama mereka berdua dengan posisi Telettubies --berpelukan hingga akhirnya Bunda Arka datang membawa nampan berisi 2 mangkuk bubur ayam untuk Arka dan Alya, "Udahan dulu pelukannya, makan dulu, pacaran juga butuh energi, kan?"
Bunda Arka memang sangat labil dalam urusan makanan.
"Apaansih, Bun," Arka menjawab bundanya dengan nada tak santai sedangkan Alya sekarang sudah merona karena tertangkap basah sedang berpelukan dengan Arka.
"Sewot aja kamu, yaudah Bunda tinggal dulu ya, jangan lupa dihabisin buburnya, cantik," ujar Bunda Arka yang kemudian keluar dari kamar itu setelah sebelumnya mengelus rambut Alya lembut.
•••••
Drrrrttt drrrtt
Deringan ponsel milik Alisya yang berada di nakas menyadarkan ia dari acara melamunnya, gadis itu masih saja memikirkan kejadian tadi.
Menghembuskan nafasnya kasar, ia akhirnya memilih untuk beranjak dan menggapai ponsel yang masih saja berdering itu, dahinya mengerut melihat nomor yang tidak dikenal, ia sibuk memikirkan siapa pemilik nomor tersebut hingga tak sadar bahwa panggilan itu sudah mati digantikan sebuah pesan Whatsapp yang membuatnya terkejut.
Devan.ndra
|Turun! Gue di depanAlisya pun segera bergegas turun ke bawah setelah menggunakan cardigannya, gadis itu tadi hanya mengenakan piyama tidurnya.
"Ngapain kesini malem-malem, Dev?" tanya gadis itu sesampainya ia di hadapan Devan.
Devan yang sedari tadi memainkan ponsel -nya akhirnya mendongak dan menatap Alisya yang tampak sangat lucu dengan piyama beruangnya.
Tanpa sadar senyuman tipis terukir dari bibir indah Devan.
"Ikut gue!"
Devan segera mengalihkan perhatiannya ketika Alisya menatap dirinya lama, tidak dapat dipungkiri, ia sedang salah tingkah saat ini.
"Kemana?" tanya Alisya mengangkat satu alisnya keatas, ada apa dengan Devan? Malam-malam seperti ini, akan dibawa kemana dia?
"Udah ayo ikut aja," ujar Devan lalu menarik lembut tangan Alisya dan membawa gadis itu ke mobilnya.
Setelah 15 menit perjalanan, Devan menghentikan mobilnya di depan warung sate di pinggir jalan, "Lo mau makan, Dev?"
Alisya mengerutkan dahinya bingung, untuk apa Devan datang tiba-tiba lalu membawanya ke warung sate yang terlihat cukup ramai ini.
Sedangkan yang di tanya malah sibuk mematikan mesin mobilnya, lalu melepas seatbelt yang dikenakannya, "Dev, jawab--"
Ucapan Alisya seketika terhenti ketika Devan dengan santainya membuka seatbelt gadis itu menyebabkan terkikisnya jarak di antara mereka.
Alisya menahan nafasnya sejenak ketika Devan berbisik tepat ditelinganya,"Kita. Lo belum makan, kan?"
Devan lalu keluar dari mobilnya meninggalkan Alisya yang masih mematung menetralkan degup jantungnya, gadis itu terlalu sibuk memikirkan degup jantungnya yang semakin menggila hingga ia terkejut ketika pintu disampingnya tiba-tiba terbuka menampakkan uluran tangan Devan, "Ayo, buruan."
Sepasang anak adam itu berjalan memasuki warungnya dengan Devan yang menggenggam tangan Alisya erat, laki-laki itu membawa Alisya masuk agak sedikit kebagian dalam melewati muda-mudi yang sedang menikmati hidangan satenya ataupun yang hanya sekedar mengobrol, Alisya hanya menurut dan mengikuti langkah kaki Devan tanpa mau memprotes.
Tibalah mereka di sebuah meja dengan 4 kursi, namun terlihat sudah terisi 2 orang berbeda jenis disana, "ALISYAAA!!"
.
.
.
.
.
.
.Iya ini pendek banget emang :(
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...