"A-alya?"
Dengan cepat Arka berlari dan merengkuh gadis itu dalam pelukannya, mengabaikan kue yang hampir oleng jatuh ke tanah.
Alya memegang erat kue yang ia bawa, untung saja tidak sampai jatuh, "Pelan-pelan kali, Kak."
Arka mendongak menatap Alya, merasa asing dengan panggilan "Kakak" dari gadis itu.
"Sejak kapan kamu panggil aku Kakak?" tanya Arka yang kini sudah berdiri tegap di hadapan Alya.
"Kata Mama tadi Alya diajak kerumah Arka buat surprise, eh, ternyata Kak Arka lebih tua dari Alya, yaudah Alya panggil pake Kakak deh," jawab gadis itu enteng.
Pandangan aneh yang ditujukan Arka pada Alya dengan cepat dibuyarkan bundanya, "Tiup dulu lilinnya, Ar. Kasian Alya itu."
Menutup matanya perlahan, Arka merapalkan banyak doa dalam hatinya.
Membuka mata sedikit sekedar mengintip wajah cantik Alya, Arka kembali berdoa dalam hatinya, ia ingin bahagia selalu bersama orang terdekatnya, Alya -nya.
Setelah itu Arka meniup satu per- satu lilin yang mengitari kue tersebut, mengundang sorakan dan tepuk tangan semua yang ada disana.
Kini tatapan laki-laki itu terpaku pada gadis di hadapannya, Naissa yang memahami situasi, dengan segera mengambil kue di tangan Alya.
"Makasih udah mau bangun dan ada disini sekarang, Sayang," ujar Arka lembut sambil menatap Alya, "I love you."
"Hah?" beo Alya pelan.
Arka yang melihat itu menjadi terheran, mengapa bukan rona merah yang menghiasi wajah Alya saat ini, hanya raut bingung yang tercetak jelas di wajah gadis itu
Merasa sedikit kalut, Arka dengan cepat menarik tangan Alya menuju kamarnya, entah kenapa ia tiba-tiba merasa cemas.
Seluruh anggota keluarga serta teman-teman mereka yang masih berada di lantai bawah sengaja memberikan ruang untuk Arka dan Alya berbicara.
"Emm, Kak, k-kita ngapain disini?" tanya Alya pelan sambil memperhatikan pergerakan Arka yang tengah menutup pintu, "Kan ulang tahunnya dibawah."
"Sayang?" panggil Arka pelan.
Alya semakin menajamkan kerutan di dahinya, "Kakak kenapa sih? Ngelantur ya?"
"K-kamu nggak inget sama aku?" tanya Arka dengan sedikit gemetar. Begitu besarnya efek Alya pada Arka.
"Kata Mama sih aku amnesia gitu," jawab Alya santai, "Emang kenapa Kak?"
Degg
Seketika kaki Arka berubah tekstur menjadi seperti jelly, matanya mulai memerah memancarkan ketakutan yang amat besar.
Alya yang melihat hal itu semakin mendekatkan diri pada Arka, "Kakak kenapa?"
Arka mendudukkan dirinya di sofa sebelahnya, laki-laki itu sedang menahan sesuatu yang ingin memberontak dari dalam tubuhnya.
Ia ingin menangis meraung-raung saat ini, ia ingin melampiaskan dengan membanting semua barang disini, ia ingin memukul apapun yang bisa menghilangkan sesak di dadanya.
Tapi, dengan adanya Alya disini, tidak mungkin ia melakukan semua itu.
Arka mendongak berusaha menghalau air matanya yang sudah meluncur deras, "Sayang jangan gini," cicit Arka pelan.
Alya yang melihat hal itu menyipitkan matanya, lalu terbitlah senyum geli dari bibir gadis itu.
Ia duduk disamping Arka, meraih kedua tangan laki-laki itu untuk menghadapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...