-ARKALYA 08-

277 7 0
                                    

Drrttt Drrttt

Suara dering handphone itu menyadarkan Arka dari lamunannya. Nama Devan terpampang dengan jelas disana, Arka ingat bahwa ia belum mengabari Devan tentang keadaan Alya. Segera ia menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Halo Dev," ucap Arka membuka percakapan di telfon itu.

"Adek gue masih sama lo, kan?"

Sudah Arka duga, Devan pasti menanyakan Alya. Arka masih berfikir apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya ataukah lebih baik Arka berbohong dulu pada Devan?

"Ar? Lo masih idup kan?" Tanya Devan yang tidak mendapat sautan dari Arka.

"Hah? Oh anu -itu, Alya di rumah sakit Dev."

Setelah Arka mengucapkan hal itu panggilan pun diputus sepihak, Arka menghela nafasnya berat. Namun, panggilan suara yang terputus tadi segera tergantikan dengan pesan masuk dari Devan.

Devan.ndra
|Kirimin lokasinya sekarang!

•••••

"Dimana Alya!?"

Devan datang dengan terburu-buru sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan setelah ia berlarian mengelilingi rumah sakit untuk mencari ruangan dimana adiknya berada.

"Alya udah baikan, dia di dalem lagi istirahat," balas Arka sambil menatap penuh arti pintu ruangan di hadapannya.

"Ceritain semuanya!"

Flashback on

"ALYA AWAS!!"

Arka yang melihat Alya yang sedang dalam bahaya itu segera berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan Alya, namun belum sampai pada tujuannya tubuh Alya sudah terpental lumayan jauh dari tempat asalnya.

"Al, bangun! Lo bisa denger suara gue, kan? Bangun Al!!" Arka terus memanggil nama Alya sambil mengguncang pelan tubuh gadis itu.

Alya sedikit membuka matanya, ia tak sanggup berbicara karena rasa sakit di bagian kepalanya sangat mengganggu, "Ar, s-sakit."

Setelah mengucapkan itu Alya akhirnya kehilangan kesadarannya.

Arka yang mulai panik segera mencari taksi dan membawa Alya ke rumah sakit terdekat.

Arka merasa sangat khawatir, ia tidak tahu, bukan ini yang diharapkannya, "Al, lo bertahan, gue mohon."

Setelah sampai di rumah sakit, Arka segera memanggil petugas yang ada di dekatnya untuk membantunya menangani Alya. Ia berhasil mengantarkan Alya ke ruang UGD. Tubuhnya meluruh, ia tak tahu apa yang ia rasakan saat ini.

"Gak, gue gabisa kayak gini," batin Arka sambil menggelengkan kepalanya.

Flashback off

•••••

"Awsss."

Alya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit, ia melihat ke sekelilingnya sambil mengingat bagaimana dia bisa ada disini.

"Udah siuman?" Tanya seseorang yang membuat Alya menoleh mencari sumber suara tersebut.

"ARKA?!"

Alya segera menutup matanya karena ia baru saja melihat pemandangan yang sangat indah,

Eh,

Tidak-tidak, itu menjijikkan, Arka baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan celana pendeknya, menampilkan bentuk badan Arka yang terlihat sangat indah, upsss.

"Ngapain tutup mata kalo emang mau liat?" Tanya Arka gemas pada Alya yang seakan-akan menutupi wajahnya padahal di jari-jari tangannya terlihat renggang.

"Gue gak ngintip ya!!!" Seru Alya sambil melepaskan tangan yang menutupi wajahnya tadi, beberapa detik kemudian ia tersadar dan mengembalikan tangannya pada posisi semula, dengan sedikit celah di jari tentunya.

"Iyadeh."

Arka mengenakan kaos hitamnya lalu berjalan menuju kursi disamping ranjang Alya.

Alya yang melihat Arka telah mengenakan pakaiannya akhirnya melepaskan tangan yang telah menutupi sebagian besar wajahnya itu.

"Lo udah gapapa kan?" Tanya Arka dengan sedikit raut khawatir yang mungkin tidak disadari oleh Alya.

"Huffttt, lo kalo mau ganti baju di kamar mandi aja dong, disini kan gak cuma lo doang manusianya, mata gue jadi ternodai kan," jawab Alya yang ternyata masih membahas masalah tadi sambil memberikan tatapan sinis pada Arka.

"Halah, lo juga ngintip tadi," ujar Arka meraup wajah Alya dengan gemas, dan melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar, ia akan mencari Devan untuk menggantikannya menjaga Alya, karena ia sudah ada janji dengan teman-temannya untuk balapan malam ini.

Sudah menjadi kebiasaan Arka untuk bermain-main dengan motor kesayangannya di arena balap.

"Eh mau kemana lo?" Tanya Alya yang panik karena melihat Arka berjalan ke arah pintu ruangannya.

Ia tidak ingin ditinggal sendiri di kamar ini, apalagi ini sudah malam, bagaimana jika ada yang muncul dari kolong tempat tidurnya, sangat tidak lucu.

"Nyari abang lo, gue abis ini ada urusan, jadi gue gak bisa jagain lo." Arka pun meneruskan niatnya untuk keluar dan mencari Devan, sedangkan Alya sekarang sedang merapalkan doa apapun itu agar tidak ada hal-hal yang ia takutkan muncul seperti bayangannya.

"Tunggu!"

Jika biasanya Arka yang menghentikan segala kegiatan Alya, sekarang gantian suara Alya yang akhirnya menjeda langkah kaki Arka.

"Gue ga berani sendiri disini," cicit Alya pelan sambil menundukkan pandangannya, memilin-milin selimut yang ada di hadapannya.

Arka yang melihat hal itu akhirnya merasa tidak tega dan memutuskan untuk mengirim pesan pada temannya bahwa ia sedang ada urusan penting saat ini.

Ya, urusan untuk menemani Alya memanglah lebih penting untuk sekarang ini.

"Yaudah, lo tidur!" Titah Arka yang kembali mendaratkan tubuhnya pada kursi kosong disamping brankar Alya.

"Gabisa, belom ngantukk," rengek Alya sambil menatap melas ke arah Arka.

"Ya terus mau apa? Kan lo lagi sakit sekarang, istirahat yang banyak biar cepet sembuh," bujuk Arka menatap Alya dengan teduh, menyiratkan bahwa ia benar-benar tulus mengatakan semua itu.

Sedangkan Alya yang mendengar Arka berucap dengan nada lembut yang sangat jarang ditunjukkan Arka itu hanya bisa mematung dan menatap balik tatapan teduh yang ditujukan untuknya.

"Iyadeh," jawab Alya yang sudah pasrah dan segera memposisikan tubuhnya untuk berbaring, tentu saja dengan bantuan Arka.

"Sekarang lo tidur. Gue gabakal kemana-mana." Tangan Arka mengusap pucuk kepala Alya pelan, mengiringi gadis itu memasuki alam mimpinya.

.
.
.
.
.
.
.

Gimana Arka di part ini?
Udah bikin baper belum Arkanya?
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang