-ARKALYA 50-

226 4 1
                                        

"ALYA!"
"A-ALVIN!?"

Ya, tanpa disangka, Alvin lah yang tiba-tiba datang menghadang peluru yang akan mengarah ke Alya.

Namun Salsa dengan sigap menembakkan peluru keduanya, tepat di perut Alya.

Arka yang tadi mendobrak pintu gudang itu dengan segera berlari ke arah Alya, "Sayang?"

Melihat Alya yang terlihat sudah setengah sadar, Arka dengan sigap melepas jaket yang dikenakannya, mengikatnya pada perut Alya yang mengeluarkan darah terus-menerus.

"Sayang liat aku, jangan tutup mata kamu, ya?" ujar Arka pada Alya.

Ia kalut, jauh lebih kalut daripada sebelumnya.

Perasaan cemas, takut, marah semakin menjadi dalam dirinya.

Tiba-tiba Gio dan Dandi datang, dengan segera menyuruh Arka untuk membawa Alya ke mobil, sedangkan mereka berdua dibantu Aldo dan Zico menggotong tubuh Alvin yang juga tergeletak tak sadarkan diri.

Devan sudah diajak untuk ikut mengantar Alya ke rumah sakit, tapi laki-laki itu memilih untuk mengurus Reza, Salsa, dan Audrey saja disini

Ketiganya kini menelan salivanya susah payah, berhadapan dengan Devan membuat ketiganya lemas seketika.

•••••

Di dalam mobil, Arka tak henti-hentinya mencium puncak kepala Arka, "Bertahan, Sayang."

Posisinya sekarang adalah Gio di bangku kemudi, Dandi di sebelahnya, juga Arka di bangku tengah sembari memangku Alya, jangan lupakan Alvin yang juga ditempatkan di sampingnya.

Kedua laki-laki paruh baya yang melihat hal itu hanya menatap keduanya penuh arti.

Sesampainya di rumah sakit, Arka menggendong tubuh Alya dan berlari ke arah suster yang sudah siap membawa brangkar.

Bagaikan scene drama, mereka berlari-larian agar cepat mencapai UGD, tangan Arka tak lepas dari jari-jari lentik Alya.

Matanya sudah memerah, berkaca-kaca, siap menumpahkan bendungan air mata yang tertahan.

Takut.

Hanya itu yang menguasai tubuh Arka saat ini, ia bahkan melupakan pelakunya, di otaknya sekarang hanya dipenuhi pemikiran-pemikiran takut jika terjadi sesuatu pada gadisnya.

"Maaf, mohon Mas -nya menunggu diluar," ujar salah satu suster disana kemudian menutup pintu berwarna putih itu.

"ARRGHHH!"

Bugh bugh bugh

Arka meninju dinding samping pintu UGD tadi, ia terduduk, mendongakkan kepalanya dengan niatan menghalau air matanya.

Tapi tetap saja air mata itu mengalir dengan sendirinya.

Tangannya sudah dipenuhi darah saat ini, namun ia tidak mengindahkan hal itu, bahkan tidak ada rasa sakit sama sekali rasanya.

"Arka!" seru Gio yang baru saja datang bersama Dandi, mereka tampak habis berlari.

"Gimana Alya?" tanya Dandi pada Arka.

Yang ditanya menatap pintu putih di sebelahnya, "Belum tau Pa, A-Arka takut."

Mendengar itu, Dandi mengulurkan tangannya pada Arka dan memeluk laki-laki itu dengan lembut, "Tenang, Alya pasti baik-baik aja."

Arka mengangguk, "Maafin Arka yang belum bisa maksimal jagain Alya, Pa."

Dandi menepuk bahu Arka, menatap tegas laki-laki itu, "Bukan salah kamu, ini sudah takdir."

Gio menatap putranya bangga, putra kecilnya sudah tumbuh dewasa. Putra kecilnya yang dulu menangis karena tidak diberi susu kini menangis karena seorang perempuan.

"Alvin gimana, Yah?" tanya Arka.

"Masih di periksa," jawab Gio, "Mungkin lanjut operasi juga dia."

Cklek

Terlihat dokter yang menangani Alya tadi muncul membuat Arka dengan sigap berdiri dan menanyakan keadaan Alya, "Pacar saya baik-baik aja, kan, Dok?"

"Ada kabar baik dan buruk yang ingin saya sampaikan," ujar dokter tadi dengan memberi sedikit jeda, "Kabar baiknya, operasi berhasil, pelurunya berhasil terangkat."

Mendengar hal itu cukup membuat Arka sedikit lega, namun, "Kabar buruknya adalah,"

"Pasien dinyatakan koma."

Deg

Dada Arka bergemuruh mendengar kabar tersebut, begitupun dengan Dandi dan Gio.

Dengan cepat, Arka menerobos ruangan Alya, menghampiri gadis manis yang tampak lemah dan pucat dengan selang-selang menghiasi tubuhnya.

"Sayang, kamu d-denger aku, kan?" ujar Arka sesenggukan, "Bangun Sayang, buka mata kamu!"

Arka mengecup dahi Alya berkali-kali, dan berbisik pelan, "Happy sweet seventeen Defalya Deynira, i love you, and sorry."

Ya, hari ini adalah bertepatan dengan hari ulang tahun Alya, hari ulang tahunnya yang ke- 17.

Saking cemas dan paniknya, mereka semua melupakan tanggal bersejarah ini, saat dimana seorang putri cantik hadir dan hidup di dunia.

Ralat, tidak semua, Arka bahkan sudah menyiapkan sesuatu di apartemennya saat membolos tadi, namun, karena berbagai kejadian yang tidak mengenakkan hari ini, Alya belum bisa melihatnya.

Jujur saja Arka masih merasa sangat bersalah, ia merasa bersalah saat dengan kejamnya ia menarik pergelangan tangan Alya kasar, juga perasaan bersalah karena belum sempat menjelaskan siapa itu Leony pada Alya.

Tangannya terkepal, ia bangkit dan mengecup dahi Alya lembut sebelum melangkah keluar dari ruangan itu untuk menyelesaikan urusan yang belum selesai.

Arka menitipkan Alya pada kedua orang tuanya dan Alya yang ternyata juga sudah sampai di rumah sakit.

Tepukan pelan dari Dandi membuatnya mengangguk, ia tahu Dandi mengingatkan agar dirinya tidak melewati batas.

"Bawa mereka ke rooftop!"

.
.
.
.
.
.
.

Hadiah sweet seventeen buat Alya!Alvin? Kok bisa tiba-tiba ada?
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang