Jam masih menunjukkan pukul 11 siang, namun ketiga sekawan yang masih ber- status pelajar ini dengan santainya malah bermain game dan bersantai di apartemen Arka.
Ya, Arka, Devan, dan Zico memang membolos sekolah hari ini, setelah mengantar pacar mereka masing-masing tadi, dengan segera mereka memutarbalikkan arahnya ke apartemen milik Arka.
Dan disinilah mereka, dengan seragam yang sudah kusut, bungkus makanan yang berserakan di meja, dan jangan lupakan umpatan-umpatan yang keluar dari mulut mereka.
Di tengah permainan mereka, tiba-tiba Arka merasa ada sesuatu yang mengganjal, "Eh, gue kok tiba-tiba kepikiran Alya, ya?"
Devan yang mendengar nama adiknya disebut dengan segera memalingkan wajah ke arah Arka, "Kenapa?"
"Gatau, nggak enak aja perasaan gue," ujar Arka yang kemudian mengheningkan suasana disana.
Lalu ia pun akhirnya memutuskan untuk berdiri dan mengambil kunci mobilnya, "Balik sekolah!"
•••••
Ceklek ceklek
Terdengar suara pintu gudang yang berusaha dibuka membuat Alya, Alisya dan Naissa berpandangan sembari memancarkan tatapan harapnya.
Jujur saja, mereka sudah sangat lelah berada disini, sangat pengap, dan jangan lupakan bahwa mereka belum makan sama sekali sejak tadi.
Semua itu lah yang membuat tubuh mereka terasa sangat lemas, apalagi dengan adanya luka-luka yang diberikan Audrey membuat tubuh mereka seakan hancur remuk.
Ceklekkk
Mereka bertiga dengan serempak menoleh ke arah pintu gudang, menampakkan 3 orang laki-laki yang tengah membawa beberapa tumpukan kardus.
Dengan cepat Naissa segera berteriak meminta tolong karena posisi mereka saat ini yang tertutup tumpukan kardus, "Tolong! Tolongin dong tolong!"
Ketiga laki-laki itu dengan cepat menuju ke sumber suara, alangkah terkejutnya mereka mendapati keadaan Alya, Alisya, dan Naissa yang teramat buruk itu.
"KAK REZA!?"
Alya dan Naissa dengan kompak menyebutkan nama laki-laki yang berada di paling depan dengan tangan yang sudah terulur untuk membuka tali yang mengikat Alya.
Teman-teman Reza pun turut melakukan apa yang Reza lakukan, melepaskan ikatan tali yang mengikat Naissa dan juga Alisya.
"Kalian kok bisa disini?" tanya Reza sambil menyingkirkan tali-tali yang telah dilepas tadi.
"Biasa, mak lampir," jawab Naissa lesu, ia benar-benar haus sekarang.
Reza yang menyadari hal itu dengan segera meminta bantuan salah satu temannya untuk membelikan ketiga gadis ini air mineral, "Beliin air Yon, ntar uangnya gue ganti, eh, sekalian makanan buat nereka, makanannya nanti minta anter ke UKS aja."
Alya, Alisya dan Naissa yang masih sangat lemas itu hanya bisa mengatur nafasnya untuk saat ini, sudah dikatakan bukan bahwa gudang tersebut sangatlah pengap?
"Ada yang sakit?" tanya Reza pada Alya.
Alya yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, bukan berarti tidak sakit, tapi menurutnya tidak penting untuk memberi tahu Reza tentang apa yang ia rasakan.
"Nih," ujar Rion --salah satu teman Reza, sambil menyodorkan tiga botol air mineral dingin.
Dengan cekatan Reza membukakan tutup botol ketiganya dan memberi mereka waktu untuk meraup air sebanyak-banyaknya.
Dari cara mereka minum pun terlihat sekali jika berada di dalam gudang dengan kondisi mengenaskan seperti tadi sangat tidak nyaman.
"Udah?" tanya Reza yang diangguki ketiganya, "Ke UKS yuk!"
Reza kemudian membantu Alya berdiri dengan perlahan, hampir saja ia akan menggendong Alya, namun gadis itu menahannya sehingga saat ini ia hanya membopong Alya seperti biasa.
Begitupun dengan Rion dan juga Agam --teman Reza, yang turut menuntun Alisya dan Naissa dengan perlahan, supaya tidak menyenggol luka-luka yang ada di tubuh mereka.
•••••
Sedangkan di waktu yang bersamaan, Arka, Devan, dan Zico baru saja selesai memarkirkan kendaraan mereka.
Lalu dengan santainya mereka bertiga berjalan melewati lorong-lorong koridor yang terlihat sepi itu.
Namun, langkah mereka tiba-tiba saja terhenti melihat pemandangan tak mengenakkan di hadapannya.
Terlihat tiga pasang punggung tengah saling merangkul dengan pas -nya, dengan lengan si perempuan yang dikalungkan ke leher sang lelaki, juga lengan si lelaki yang melingkar apik di pinggang gadis itu.
Tidak, bukan gadis itu, itu gadisnya!
Melihat hal itu, secara otomatis tangan Arka mengepal dengan kuat, rasa ingin mematahkan lengan yang melingkari pinggang gadisnya semakin membakar suasana di sekitarnya.
Devan dan Zico pun turut melihat pemandangan itu, tak dapat dipungkiri mereka juga merasa marah dan geram melihatnya.
Ketika ke -enam orang itu masuk ke dalam UKS, dengan cepat Arka, Devan dan Zico menyusul mereka.
Jangan sampai ada hal-hal tidak diinginkan terjadi di dalam.
Brakkk
.
.
.
.
.
.
.Salah paham lagi, aye-aye!
Tapi tenang, bukan ini konflik utamanya gais, baru opening aja ini mah.
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Подростковая литература[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...