Tokk tokk
"Al, cepetan bangun!"
Devan mengetuk 2 kali pintu kamar adiknya karena jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi yang artinya mereka harus segera bersiap ke sekolah.
Alya pun segera membuka matanya karena mengingat hari ini adalah hari Senin, hari dimana ia tidak boleh terlambat karena ia harus datang sebelum murid yang lain dan mempersiapkan peralatan untuk berjaga-jaga di samping lapangan, jangan lupakan bahwa ia adalah seorang anggota PMR.
Setelah mengecek kembali penampilannya, Alya pun akhirnya turun ke bawah dan menuju ke meja makan. Disana tentu sudah ada Devan dan juga Arka yang nampaknya sudah menyelesaikan sarapannya.
"Tumben udah pada siap pagi-pagi?" tanya Alya setelah mendaratkan tubuhnya pada satu kursi kosong di sebelah Arka.
"Lo berangkat bareng gue," ucap Arka yang baru saja kembali setelah mencuci tangannya.
"Yaudah deh berangkat sekarang aja, lo udah kan sarapannya, ntar gue sarapan di sekolah aja," ucap Alya sambil membenarkan kunciran rambutnya yang sedikit berantakan.
"Bawa aja Al rotinya, ntar sarapan di jalan, ga keburu kalo di sekolah nanti." Devan yang sudah menyiapkan roti selai untuk Alya akhirnya menempatkan roti -nya ke dalam kotak makan berwarna abu-abu milik gadis itu.
"Lah Bang, makan di jalan mah kebawa angin dong ntar rotinya, kayak gatau Arka kalo bawa motor aja sih."
"Gue bawa mobil," sanggah Arka.
"Lah kok tiba-tiba jadi mobil?" tanya Alya yang sudah menggenggam kotak bekal ditangannya dengan heran. Kemarin laki-laki itu masih mengendarai motornya sampai ke rumah, kenapa tiba-tiba berubah menjadi mobil?
"Tadi pagi dianter supir, lagian biar lo ga kepanasan juga. Udah yuk berangkat, bawa rotinya jangan lupa. Dev, duluan ya!"
Arka menghampiri Devan dan melakukan tos ala-ala mereka itu kemudian menarik lembut pergelangan tangan Alya menuju mobilnya.
"Ati-ati!"
•••••
Setelah sampai di sekolah, Arka langsung memarkirkan mobilnya di parkiran khusus yang berada di samping sekolah. Arka keluar dari mobilnya, menggenggam tangan Alya dan mengajaknya memasuki area gedung sekolah.
"Ar, lepasin deh, malu diliatin tuh!" Alya yang merasa menjadi pusat perhatian itu akhirnya menggoyangkan tangannya yang sedang digenggam oleh Arka sambil menunjukkan wajah memelasnya.
"Kenapa?"
"Lo gak nyadar fans lo bejibun? Mana ganas-ganas lagi, ntar yang ada gue diterkam kalo tau lo gandeng-gandeng gue gini." Alya tau, ia pasti akan menjadi bahan pembicaraan hangat dan bully-an dikalangan fans Arka yang sangat menumpuk itu.
Bukannya takut, ia hanya merasa malas saja jika harus meladeni hal-hal yang sangat amat tidak penting seperti itu.
"Kalo ada yang macem-macem sama lo bilang ke gue," ucap Arka sambil menghentikan langkahnya dan menyampingkan badannya sedikit menatap ke arah Alya, "Ini perintah. Jadi gue ga nerima bantahan."
Setelah mengatakan hal itu Arka melepaskan genggaman tangan mereka dan memindahkan tangannya untuk merengkuh pinggang Alya, merapatkan tubuh gadis itu dengan tubuhnya.
Alya yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menahan debaran jantung dan rasa malunya, sehingga ia memilih untuk terus menunduk menghindari berbagai macam tatapan yang diberikan padanya.
"Mukanya kenapa merah?"
Alya yang mendengar hal itu dengan cepat menangkup pipi chubby miliknya dengan kedua tangannya kemudian memilih untuk meninggalkan Arka, berlari kecil menuju kelasnya yang sudah tinggal beberapa langkah itu
Arka yang sudah memastikan Alya memasuki kelasnya menggelengkan kepalanya, terkekeh pelan, dan akhirnya memutar balikkan langkah ke arah ruang kelasnya.
•••••
Upacara yang rutin dilaksanakan pada hari Senin itu akhirnya selesai juga, Alya menghela nafasnya lega karena tidak ada murid yang pingsan dan hanya sedikit yang melipir untuk meredakan sakitnya.
"Ssshh, dingin!"
Alya yang sedang duduk santai di koridor depan kelasnya itu terkejut ketika tiba-tiba merasakan sebuah benda yang sangat dingin menyentuh pipinya.
"Nih minum," ucap Arka yang ternyata menempelkan sebotol air mineral dingin ke pipi Alya. Lelaki itu tadi membolos upacara dan memilih untuk bermain handphone di kantin, lalu akhirnya memutuskan untuk membelikan Alya air mineral dingin mengingat gadis itu harus berdiri tegap berjaga-jaga sepanjang upacara.
Alya menerima air itu dan langsung menenggaknya hingga tersisa setengah, Arka yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya sambil merapikan sedikit kunciran rambut Alya yang berantakan.
"Makasih Ar, udah sana masuk kelas, bentar lagi jam pelajaran dimulai, jangan bolos mulu kerjaan lo!"
"Hm," jawab Arka sembari tangannya bergerak jahil menarik pelan rambut Alya yang sudah ia rapikan tadi dan berlari menuju arah kelasnya.
"Ish, Arka!"
•••••
"Al, kantin kuy!" Naissa dan Alisya yang baru saja datang dari toilet itu serempak mengajak Alya untuk pergi ke kantin, memberi makan cacing-cacing diperut mereka yang sudah memberontak sejak tadi.
"Yuk!"
Naissa segera mengapit lengan Alya di sebelah kanannya, karena tangan kirinya sudah diisi dengan lengan Alisya.
Namun, langkah mereka yang ingin keluar dari ruang kelas itu seketika terhenti melihat 3 lelaki yang menjadi pujaan seluruh siswi sekolah ini tengah bersedekap dada dan bersandar di depan kelas mereka.
"Kantin bareng."
Arka segera mengambil tangan Alya yang menganggur, menggenggamnya dan menarik pelan Alya ke arah kantin, meninggalkan sahabat-sahabat mereka yang melongo menatap kepergian mereka.
"Kenapa jadi bengong gini sih, yuk susulin Arka sama Alya," ucap Zico sambil merangkul pundak Devan dan mendorong pelan bahu Naissa dan Alisya agar segera berjalan ke arah kantin.
Sesampainya di kantin, mereka celingukan mencari keberadaan Alya dan Arka, entah dimana kedua orang itu.
"Ayo cari tempat duduk," ujar Devan yang mengabaikan keberadaan Arka dan Alya, dan tanpa sadar menarik tangan Alisya ikut bersamanya.
Zico yang melihat hal itu segera menggapai lengan baju Naissa yang masih saja celingukan disana, "Jangan kayak anak ilang deh."
Tanpa disadari, kedua gadis yang tiba-tiba ditarik pergi itu merasa tidak hanya tubuhnya yang tertarik, sepertinya debaran jantung kedua gadis itu dapat menjelaskan apalagi yang ikut tertarik oleh kedua pria yang sedang mengobrol santai dihadapan mereka ini.
.
.
.
.
.
.
.Kenapa jadi merambat gini penyakit jantungnya, wkwk.
See you di next part-!!To be continued,
-N

KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Fiksi Remaja[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...