-ARKALYA 34-

197 3 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sejak 1 jam yang lalu, tetapi 3 sekawan ini --Arka, Devan, dan Zico masih stay di parkiran.

Bukan tanpa alasan mereka masih berada di parkiran saat sekolah sudah terlihat tak berpenghuni, semenjak kejadian di kantin tadi Alya dan Alisya kompak mendiami Arka dan juga Devan.

Mereka memilih untuk menyibukkan diri di perpustakaan, menyelesaikan tugas yang bahkan tidak dikumpulkan dalam waktu dekat.

Sedangkan Naissa, gadis itu hanya mengikuti apa yang dilakukan sahabatnya saja, walaupun daritadi ia tetap bertukar pesan dengan Zico.

"Ayo balik, otak gapernah dipake mikir aja pake sok-sok an ngerjain semua tugas," ucap Naissa santai sambil menatap kedua temannya.

Alya dan Alisya yang mendengar hal itu dengan kompak menatap Naissa dengan sengit.

"Ayolah, cuma gara-gara suruh-menyuruh doang lo pada sampe diem-dieman gini, gimana kalo selingkuh," Naissa memutar bola matanya jengah, "Udah pada baku bunuh kali lo pada."

Alya yang sudah tidak tahan akhirnya memilih untuk menutup bukunya, "Iya-iya, bawel."

Akhirnya mereka keluar dari perpustakaan, berjalan melewati lorong sekolah yang nampak sangat sepi, hanya ada beberapa anak osis yang terlihat wara-wiri.

Sesampainya di parkiran, Naissa segera menghampiri Zico dan bergelayut manja seperti biasanya, sedangkan Alya dan Alisya malah sibuk membahas masalah nail art.

Arka dan Devan saling menatap, kemudian Arka berdiri dan mulai menggenggam pergelangan tangan Alya lembut, "Pulang, yuk?"

Tidak ada pemberontakan, tapi tatapan sinis yang menghunus itu mampu membuat Arka menciut.

"Udahan marahannya, ntar ada yang lain yang bikin nyaman," ucap Zico diakhiri kekehan kemudian melajukan motornya terlebih dahulu meninggalkan 2 pasang anak adam yang tengah bermasalah ini.

Devan yang mendengar itu buru-buru menyusul Arka menghampiri gadisnya, Devan menarik Alisya entah kemana, sedangkan Arka yang belum melepaskan cekalannya daritadi menarik sedikit Alya agar lebih dekat ke arahnya.

"Udahan ya, marahnya," bujuk Arka sambil mengelus kedua tangan Alya yang digenggamnya.

Alya masih saja membuang muka, "Lo tuh kalo gitu terus jadinya kebiasaan ntar."

"Iya, Al, iya aku salah, maafin ya," ujar Arka kali ini dengan suara yang semakin melirih, "Udahan marahnya, Al."

Melihat Arka yang menatapnya sendu dengan suara yang melirih membuat Alya tidak tega melihatnya, "Yaudah iya, tapi jangan gitu lagi lain kali!"

Arka segera mengangguk-anggukkan kepalanya cepat, "Iya, janji!"

"Yaudah ayo pulang," ajak Alya pada Arka yang masih diam menatapnya, melupakan Devan dan Alisya yang entah apakah sudah menyelesaikan masalahnya atau belum.

Kedua sejoli itu akhirnya bergegas untuk meninggalkan sekolah, meninggalkan Devan dan Alisya juga.

•••••

"Kira-kira mereka udah baikan belom ya?" tanya Naissa yang tengah memakan es krim strawberry -nya pada Zico.

Zico hanya menghendikkan bahunya acuh, ia fokus menatap Naissa yang tampak menggemaskan dengan 1 cup es krim ditangannya.

Tatapan Zico yang semakin intens itu membuat Naissa salah tingkah sendiri, "Ish, Zico udah, jangan diliatin terusss!"

Tangan Zico terangkat mengusak pucuk kepala Naissa pelan, kemudian terkekeh, "Bisa malu? Biasanya juga malu-maluin."

"ZICO, SETAN YA EMANG!" teriak Naissa karena emosi, memangnya ia se- memalukan itu?

Sedangkan Zico malah tergelak melihat wajah Naissa yang memerah karena emosi.

Setelah meredakan tawanya, Zico kembali menatap Naissa yang tampak membuang muka, sepertinya gadis itu tengah merajuk

"Nay," panggil Zico pelan.

Naissa yang masih kesal memilih untuk menghiraukan panggilan Zico, gadis ini tetap membuang muka, menatap jalanan yang sedang penuh kendaraan.

Zico yang merasa diabaikan akhirnya mengambil kedua tangan Naissa, digenggamnya lembut, "Udahan dong Sayang marahnya, aku cuma bercanda tadi."

"Makanya jadi orang jangan ngeselin!" sungut Naissa.

"Iya Sayang, gak lagi deh ngeledekin kamu."

"Yaudah, ayo pulang!" ajak Naissa pada Zico, mood -nya sudah kembali naik sekarang.

Zico yang melihat hanya geleng-geleng kepala dan mengikuti langkah Naissa keluar dari kedai es krim tadi.

•••••

"Ar, ini bukan jalan rumah gue, kan?" tanya Alya dengan suara yang agak nyaring agar dapat terdengar oleh Arka.

Arka menggeleng pelan, "Bukan, aku mau ajak kamu ke satu tempat dulu."

Alya pun hanya mengangguk menyetujui, toh sepertinya jika dirumah ia juga tidak akan melakukan apapun.

Dan Devan? Ah, semoga saja abang dan sahabatnya itu sudah kembali berbaikan, mengingat watak Alisya yang agak keras, pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mereka berdebat.

"Hey! Jangan ngelamun!" seru Arka menyadarkan Alya dari lamunan panjangnya.

Gadis itu melihat sekitarnya dan menemukan sebuah danau yang indah tak jauh dari tempatnya dan Arka berada saat ini, "Udah nyampe? Dari kapan?"

"Dari 5 menit yang lalu, makanya jangan ngelamun mulu. Ngelamunin apasih?" tanya Arka penasaran.

Sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu berusaha turun dari motor Arka, "Gapapa, ayo kesana, Ar!"

Alya menarik lengan Arka pelan menuju danau yang dilihatnya tadi, danau ini benar-benar indah, dengan sebuah ranting besar yang melengkung apik diatasnya.

Saat keduanya mulai melangkah, Arka menyuruh Alya melepas sepatunya, mereka berjalan diatas rerumputan yang sangat lembut.

Jika tadi Alya yang menarik lengan Arka, kini Arka menggenggam lembut tangan Alya, membawanya lebih dekat ke arah danau.

"Duduk sini, Al!" ujar Arka yang sudah mendudukkan diri diatas jaketnya yang digelar sebagai alas, lalu diikuti oleh Alya tentunya.

Lama keadaan menjadi hening, tiba-tiba Arka membuka suaranya,

"Aku mau ngomong sesuatu."

.
.
.
.
.
.
.

Hayo mau ngapain tuch, wkwk.
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang