"Nih!"
Suara yang bersumber dari arah kirinya itu membuat Alisya menoleh, mendapati Devan yang mengulurkan sebuah topi padanya.
Alisya hanya menatap topi itu kebingungan, "Apa?"
"Ck," decak Devan kesal.
Laki-laki itu dengan segera memasangkan topi yang ia ulurkan tadi pada Alisya, membenarkan letak kunciran gadis itu dengan telaten, lalu kembali ke posisinya semula.
Hal itu membuat Alisya terheran sekaligus baper pada Devan yang sedang fokus menatap tiang bendera dihadapannya.
"Makasih," cicit Alisya pelan yang masih terdengar oleh Devan ternyata.
"Hm," balas Devan sebagai respon ucapan terimakasih Alisya tadi.
Di lain sisi, Zico sekarang sedang sibuk mengipasi wajah Naissa dengan tangannya, setelah tadi ia menguncir rambut Naissa yang tergerai berantakan.
"Panas banget ya, Yang?" tanya Zico melihat wajah Naissa yang memerah karena kepanasan.
"Iyanih, panas bangett," rengek Naissa yang membuat Zico memekik gemas.
"Gemesnya Ayang aku, tahan ya Yang, bentar lagi bel istirahat kok," ucap Zico yang hanya dibalas anggukan oleh Naissa.
Gadis itu sekarang benar-benar fokus menahan panasnya sengatan matahari, huffttt, untung ia memakai sunblock tadi.
Sedangkan situasi Arka dan Alya yang berada di tengah-tengah ini terlihat hening, namun segera terpecahkan dengan helaan nafas kasar Alya.
Alya merasa sangat kesal saat ini, tadi ia tidak sempat sarapan karena Devan yang mengancam akan meninggalkannya jika ia lama, disuruh keluar kelas, tidak bisa menghabiskan cikinya, dan sekarang, ia disuruh berdiri di tengah lapangan yang panas ini sambil hormat ke arah bendera.
Benar-benar hari yang sial.
Arka yang memperhatikan hal itu menarik lengan Alya pelan, membuat gadis itu berhadapan dengannya.
"Arka! Mau ngapa--" protes Alya tertahan ketika sebelah tangan Arka menyeka keringat di dahinya dengan lembut, membuat ia tertegun melihat wajah Arka dari dekat.
Arka yang menyadari hal itu segera memegang kedua bahu Alya, dan memutarnya pelan menghadap tiang bendera, masih dengan posisi Alya di hadapannya.
"Gue tau gue ganteng, biasa aja kali ngeliatinnya," ucap Arka tenang.
Tidak, berusaha tenang lebih tepatnya.
"Apasih ge'er," ujar Alya yang ingin berlalu dari posisinya saat ini.
Namun lagi-lagi tangannya dicekal Arka, membuatnya mau tak mau tetap berada di posisi semula.
"Biar lo gak kepanasan," ujar Arka.
Alya sebenarnya sudah menahan rasa sakit di kepalanya sejak tadi, efek tidak sarapan dan sengatan matahari membuat kepalanya terasa berkunang-kunang.
Ttettttt tttettttt
Brukk
Tepat setelah bel istirahat berbunyi, tubuh Alya yang berada di depan Arka ambruk ke arah belakang yang dengan sigap ditahan oleh Arka.
Alya sudah tidak bisa menahan pusing di kepalanya.
Sedangkan semua teman-temannya yang ada disana seketika panik dan menyuruh Arka membawa Alya ke UKS segera.
"Kenapa sih kerjaan lo bikin gue khawatir terus?" ujar Arka dengan pelan sambil berjalan dengan langkah cepat menuju UKS yang hanya tinggal beberapa langkah saja di depannya.
Brakk
Arka yang sudah sampai di depan UKS segera menendang pintu UKS tersebut dengan keras, membuat seluruh penghuni di dalamnya kaget sekaligus takjub melihat Arka yang sedang menggendong seorang perempuan.
"Buruan obatin!" sentak Arka pada dua adik kelasnya yang hanya diam menatap kagum pada Arka.
"Eh i-iya K-kak," ucap salah satu dari mereka lalu menyenggol temannya pelan agar segera memerika keadaan Alya.
"Gimana?" tanya Arka tidak sabaran.
Untuk Devan, Alisya, Zico, dan Naissa tadi sudah diperintahkan Arka untuk langsung ke kantin saja, karena mereka pasti juga kelaparan setelah dijemur ditengah lapangan.
"Kak Alya kayaknya belum sarapan jadi badannya lemes Kak, tapi gaada yang serius kok," ucap adik kelas yang sudah selesai memeriksa keadaan Alya itu.
"Yaudah, lo berdua keluar sana!" sentak Arka pelan membuat keduanya dengan segera pergi keluar ruangan itu.
Setelah mereka pergi, Arka mendudukkan dirinya di kursi samping ranjang Alya dan menggenggam tangannya lembut.
Seperti dejavu, saat dimana Alya harus masuk rumah sakit karena kecelakaan waktu itu.
Setelah 15 menit Arka menunggu Alya yang tak kunjung sadar, ia memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, membeli bubur untuk dimakan Alya saat ia siuman nanti.
Namun, tak lama kemudian, Alya mulai mengerjapkan matanya, mengedarkan pandangannya, mencari jawaban dimana dia berada sekarang.
Cklek
Suara pintu dibuka mengalihkan atensi Alya, sepertinya ada yang baru saja masuk.
Srettt
Kelambu bilik Alya terbuka, menampakkan Salsa dan juga Cintya dengan wajah angkuhnya.
"Heh anak baru! Lo tuh gausah caper deh ke Arka, pake segala pingsan," sentak Salsa pelan.
"Tau tuh, kurang perhatian lo jadinya caper ke Arka?" tambah Cintya.
Alya menatap kedua manusia di hadapannya ini dengan dahi mengkerut, ia baru saja sadar dari pingsannya sudah dihadapkan dua nenek lampir yang entah datang darimana ini.
"Kenapa sih?" tanya Alya dengan suara yang pelan.
"Lo yang kenapa!? Anak baru dateng-dateng udah ngerusuh! Gangguin acara bullying kita, caper lagi sama Arka," jawab Salsa dengan nada marah.
"Gue gaada ya caper sama Arka," bela Alya masih dengan suara lemahnya, tenggorokan gadis itu terasa kering saat ini.
"Halah, palingan lo udah baper sama perlakuannya Arka, hahahaha," ujar Salsa lagi, kali ini ia tertawa sinis sambil menatap remeh ke arah Alya.
"Ck, ck, kasian," tambah Cintya juga dengan tatapan remehnya ke arah Alya.
Alya yang tak mengerti maksud mereka hanya bisa menatap keduanya bingung, "Maksudnya?"
Salsa tertawa kecil sebelum akhirnya ia menarik lengan Alya hingga gadis itu terbangun paksa dari ranjangnya.
Ia sedikit menundukkan arah pandangnya, menunjukkan sebuah ruang percakapan miliknya dan Arka saat awal rencana Arka yang ingin balas dendam pada Alya.
Setelahnya ia menatap tepat kedua mata Alya, "Lo tuh dideketin Arka cuma buat bales dendam karena lo gangguin kita waktu itu, jadi, mulai sekarang, sadar diri ya cantik."
Deggg
Waktu seakan berhenti berputar, Alya merasa dadanya seakan dihantam batu yang amat besar, menimbulkan rasa sesak yang luar biasa.
Salsa menegakkan kembali tubuhnya, mengajak Cintya untuk segera pergi dari ruangan tersebut, namun sebelumnya, kembali ia menatap remeh Alya, "Miris."
.
.
.
.
.
.
.Selamat menikmati konfliknya,
Baru awal ya guys,
Hayo mau hujat yang mana? wkwk
See you di next part-!!To be continued,
-N

KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Fiksi Remaja[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...