"Pagi fwendz," sapa Naissa yang baru saja datang dengan wajah cerianya.
Ia sedang berbunga-bunga sekarang, tadi pagi ia dijemput Zico di rumahnya, laki-laki itu mengenalkan diri sebagai pacar Naissa pada kedua orang tua gadis itu.
"Happy banget keknya Nay," ujar Alya sambil mengunyah ciki -nya. Ia baru saja datang dari kantin bersama Alisya.
"Gue udah pacaran sama Zico, hehe."
Alya dan Alisya yang mendengar hal itu dengan refleks memusatkan perhatiannya pada Naissa. Mereka berdua akhirnya saling berpandangan dan menatap Naissa dengan pandangan menuntut, "Ceritain semuanya!"
Naissa akhirnya menghela nafas panjang sebelum ia menceritakan rentetan kisah panjang dari awal ia memiliki perasaan pada Zico hingga tadi saat ia dijemput Zico ke rumahnya.
Sedangkan Alya dan Alisya hanya menyimak sambil menghabiskan ciki mereka.
Teettttt tteeetttt ttteeeett
Bunyi bel yang menandakan waktu pembelajaran dimulai itu membuat Naissa mengakhiri kisah panjangnya, dan berakhir mendapat tagihan pajak jadian dari Alya dan Alisya.
•••••
"Psst psstt!"
Arka yang tengah sibuk mencoret-coret buku tulisnya menoleh ke arah Zico setelah lelaki itu mengeluarkan bunyi pst pst tadi. Ia hanya mengangkat alisnya bertanya pada Zico.
"Gue bosen, bolos yuk," ucap Zico yang dihadiahi geplakan pelan dari Devan.
"Lo udah se- bego ini bolos terus, kapan pinternya," ujar Devan agak nyelekit.
"Sekali-sekali Dev, bosen banget gue sumpah," ucap Zico lagi.
Kelas mereka saat ini sedang ada pelajaran matematika dengan seorang guru wanita bertubuh gempal yang menurut Zico sangat membosankan.
Jika biasanya guru matematika itu ber- nuansa killer, tidak dengan guru satu ini. Ia hanya menjelaskan sedikit tulisan yang sangat tidak bisa dibaca karena terlalu kecil di papan tulis itu.
Setelahnya ia akan mengomel panjang entah tentang apapun itu.
Di tengah-tengah keributan Devan dan Zico yang dilakukan dengan bisik-bisik, Arka tiba-tiba mengangkat tangan kanannya membuat guru yang mengajar tadi menghentikan ocehannya.
"Ya, kenapa Arka?" tanya Bu Tuti, guru yang dimaksud tadi.
"Saya izin keluar kelas Bu, ada tugas Osis," ucap Arka membuat Devan dan Zico membulatkan matanya menghadap Arka.
Sejujurnya Arka sangat jarang mengurusi masalah Osis, semua diurus oleh wakilnya. Salahkan saja para gadis yang heboh memilih dirinya menjadi ketua Osis, padahal ia sama sekali tidak berminat.
"Yaudah, silahkan keluar," jawab Bu Tuti mengizinkan Arka.
"Kalian mau kemana?" lanjut Bu Tuti yang melihat Devan dan Zico turut berjalan meninggalkan bangkunya.
"Arka butuh asisten Bu!" teriak Zico sambil lari karena takut diomeli Bu Tuti, sedangkan Devan hanya berjalan santai tanpa menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan.
"Murid siapa sih itu?" ucap Bu Tuti geleng-geleng kepala melihat kelakuan Zico dan Devan.
•••••
Kraukk kraukk
"Heh, kalian jangan berisik!" peringat Naissa pada Alya dan Alisya yang sibuk mengunyah sisa ciki mereka tadi dengan suara yang lumayan kencang.
Jika kelas Arka tadi sedang jam matematika dengan guru yang membosankan, lain hal nya dengan kelas Alya yang sedang ada jam fisika dengan guru yang super galak.
Guru laki-laki ber- rambut kanan kiri dan botak di tengah itu sangat amat menyeramkan jika mengamuk.
Dan suara Naissa yang memperingatkan kedua temannya tadi masuk dengan jelas ke dalam gendang telinganya, membuat guru yang sering disapa Pak Jaja itu menghentikan acara mengajarnya.
"Yang di belakang kenapa ribut?" tanya Pak Jaja sambil menunjuk ke arah Naissa, Alya, dan Alisya dengan sebuah spidol papan.
"Ini nih Pak, Alya sama Alisya daritadi makan ciki berisik banget," adu Naissa.
"Enak aja, lo tuh kekencengan ngomongnya," balas Alisya yang disetujui Alya, gadis itu hanya bisa mengangguk karena di mulutnya masih sibuk mengunyah.
Sedangkan Pak Jaja yang pusing mendengarkan perdebatan mereka akhirnya menyuruh mereka keluar untuk pergi ke tengah lapangan sampai jam istirahat.
Mereka bertiga akhirnya pasrah dan memilih untuk langsung keluar dari kelas, jangan lupakan Alya yang membawa serta ciki dan minuman botol di genggamannya.
Pak Jaja hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak jaman now.
•••••
"Arka, Zico, Devan! Ngapain kalian di kantin saat jam pelajaran!?" bentakan dengan suara yang lumayan memekakkan telinga itu membuat sang empu yang dipanggil namanya menoleh, memperhatikan seorang guru dengan tinggi yang kurang dengan penggaris kayu di tangannya.
"Laper," jawab Arka santai.
Namun, jawaban santai Arka tersebut semakin membuat guru tadi berkacak pinggang dan kembali mengeluarkan teriakan maha dahsyatnya, "KALIAN SEMUA BERDIRI, HORMAT BENDERA DI LAPANGAN!"
Zico akhirnya berdiri sambil menarik kedua temannya agar tidak mendengarkan suara yang merusak gendang telinganya itu lagi, "SIAP BU!"
Lalu mereka bertiga mengikuti langkah guru tadi menuju ke arah lapangan yang tidak jauh jaraknya dari kantin.
Sesampainya di lapangan, "HEY ITU NGAPAIN NONGKRONG DI TENGAH LAPANGAN, INI BUKAN ANGKRINGAN!"
"Astaga, kuping gue," gumam Zico dengan pelan tentunya.
Sedangkan Arka dan Devan memusatkan netranya pada kedua gadis yang sedang duduk di tengah lapangan yang panas sambil memakan ciki-ciki nya dengan hikmat.
"Eh Ayang gue lagi dihukum juga," ucap Zico setelah ia mendongakkan kepalanya menatap objek yang diteriaki guru didepannya ini.
"Disuruh Pak Jaja ke tengah lapangan Bu," jawab Alya yang masih saja mengunyah ciki nya itu.
"Terus ngapain jadi makan ciki!?" sentak guru tadi.
"Laper," jawab Alisya.
Sedangkan Naissa yang berdiri di sebelah mereka hanya bisa menatap kedua temannya pasrah, memang sudah hilang kewarasannya.
"BERDIRI DAN HORMAT KE ARAH BENDERA! KALIAN JUGA!" perintah guru tadi membuat Alya, Alisya, dan Naissa segera memposisikan diri mereka. Dan Arka, Devan, juga Zico yang turut memposisikan diri mereka disamping gadisnya masing-masing.
Ralat, hanya Zico yang bisa menyebut gadisnya untuk saat ini.
.
.
.
.
.
.
.Mau kasih spoiler dikit,
Next part udah masuk konflik.
Semoga aman jantungnya, wkwk.
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...