Drrttt drrttt
Deringan telepon genggam di nakas samping tempat tidurnya membuat Alya terpaksa harus membuka mata, Alya menggapai benda elektronik itu dan segera menggeser icon berwarna hijau, menjawab panggilan yang masuk tanpa melihat siapa nama pemanggilnya.
"Gue udah di depan."
Ucapan seseorang di seberang sana itu membuat Alya membelalakkan matanya, menatap layar handphone -nya yang menampilkan nama "ARKA".
Alya kembali menatap jam yang ada di nakasnya itu dan seketika ia langsung mematikan panggilan yang tersambung dengan Arka lalu beranjak menuju kamar mandi.
Setelah 15 menit, ia akhirnya turun dan langsung menuju pintu depan, tetapi, deringan notifikasi dari handphone -nya membuat Alya refleks mengeceknya sambil berjalan.
Pesan dari Devan yang berisi bahwa ia sudah menyiapkan kotak bekal untuk sarapan Alya membuat gadis itu memutuskan untuk berbalik ke arah meja makan.
Brakk
"Arghhhh!"
Alya yang terduduk karena menabrak sesuatu itu mengerang sambil mengelus pantatnya pelan. Tiba-tiba ada tangan yang terulur dihadapannya membuat Alya mendongak mencari sumbernya.
Alya yang melihat Arka di hadapannya segera menggapai uluran tangannya dan berusaha berdiri.
"Lo ngapain sih berdiri disitu?" ucap Alya sambil memberi tatapan sinis pada Arka.
"Lo lama." Arka segera memberikan kotak bekal yang dimaksud Devan tadi pada Alya, lalu dengan segera menarik tangan Alya menuju mobilnya.
"Lo kok jadi sering bawa mobil?" tanya Alya penasaran. Pasalnya ia sudah jarang sekali melihat motor laki-laki itu.
"Karena sering bawa lo," jawab Arka yang fokus melihat ke arah jalanan, "Sarapan," lanjut Arka.
Alya segera membuka kotak bekalnya yang berisi 2 potong roti dengan selai kacang itu dan menghabiskannya. Ia sudah menawarkan pada Arka sebelumnya, tapi ternyata lelaki itu alergi dengan kacang.
•••••
"Kok gerbangnya dibuka?" tanya Alya yang melihat gerbang sekolahnya terbuka padahal jam sudah menunjukkan pukul 8.
Arka hanya diam tidak menjawab dan memilih untuk melajukan mobilnya ke arah parkiran sekolah.
Setelah keduanya turun, Arka kembali menautkan tangannya ke tangan Alya, Alya yang sudah mulai terbiasa diperlakukan seperti itu akhirnya hanya pasrah dan mengikuti langkah Arka.
"Loh Ar, ini kan bukan ke arah kelas gue," ucap Alya sambil menahan tangan Arka membuat langkah keduanya terhenti sejenak.
"Kantin, gue laper," jawab Arka singkat.
Mereka akhirnya melanjutkan langkahnya menuju kantin, dengan Alya yang mendengus kesal di tempatnya.
Banyak murid berlalu-lalang membuat Alya semakin heran, ada acara apa sekolahnya ini. Tapi setelah melihat banner besar yang terpasang, ia pun mengangguk mengerti melihat tulisan classmeeting disana.
"ALYAA!"
Teriakan yang berasal dari Naissa dan Alisya itu berhasil membuat Alya sekaligus Arka menoleh ke belakang.
"Lo darimana aja sih Al?" tanya Alisya.
"Tau ih, mana kemaren pas kita ke kantin lu nya gaada, malah enak-enakan bolos di rooftop, nyeh," lanjut Naissa.
"Salahin Arka tuh!" ucap Alya sambil mengangkat dagunya dan mengarahkannya ke arah Arka.
Namun, tatapan kedua sahabatnya itu tidak tertuju pada wajah tampan Arka, melainkan pada tautan tangan Arka dan Alya.
"Emmm, yaudah deh Al, kita mau ke lapangan dulu, kelas kita tanding nih, byee!" Naissa segera menarik tangan Alisya setelah menyadari bahwa ia mendapat tatapan tajam dari Arka yang seolah mengusir mereka berdua.
Sedangkan Alya yang mendengar bahwa kelasnya akan bertanding itu segera melangkahkan kakinya berniat menyusul kedua sahabatnya.
Tapi, ia melupakan tautan tangannya dengan Arka hingga membuat ia kembali tertarik mundur, "Ish, Arka!"
Arka hanya menatap Alya dengan sebelah alis dinaikkan.
"Gue mau ke lapangan liatin anak kelas gue Ar," rengek Alya.
"Ga penting." Arka kembali menarik tangan Alya menuju tujuan utamanya tadi, kantin. Alya akhirnya lagi-lagi hanya bisa menghembuskan nafas pasrah dan mengikuti langkah Arka.
Setelah sampai di kantin, Arka membawa Alya ke salah satu meja disana dan menyuruhnya untuk duduk. Sedangkan Arka melanjutkan langkahnya untuk memesan makanan.
"Hai cantik!"
Seorang laki-laki dengan seragam basket yang melekat ditubuhnya duduk di hadapan Alya. Sedangkan Alya yang mendengar sapaan tadi hanya menatap sekilas, tidak minat untuk menjawab sapaan tersebut.
"Sombong banget, bergaul ama Arka sih lo," lanjut siswa tadi.
"Gue Reza, kapten basket disini."
Bughh
"Minggir." Terlihat Arka yang sedang membawa nampan dengan satu tangannya, karena sebelahnya baru saja digunakan untuk menonjok tangan Reza yang terulur pada Alya tadi.
Alya yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, sedangkan Reza hanya menatap sinis ke arah Arka, lalu ia berlalu pergi meninggalkan kantin.
"Nih," ucap Arka meletakkan jus jeruk ke depan Alya.
"Gaboleh gitu ih, orang ga ngapa-ngapain juga ditonjok," ujar Alya.
"Hmmm," balas Arka sambil mengunyah nasi gorengnya.
Alya yang melihat itu menjadi tergiur dan merasa lapar lagi, ia akhirnya memutuskan untuk beranjak memesan makanan yang sama.
"Kemana?"
Pertanyaan Arka membuat Alya menghentikan langkahnya sejenak menoleh ke arah Arka untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu, "Beli nasi goreng, gue jadi laper lagi liat lo makan."
Alya segera melanjutkan langkahnya dan kembali membawa satu piring nasi goreng di tangannya. Ia memakan nasi goreng itu dengan amat sangat pelan karena pandangan dan tangannya sibuk men -scroll beranda Instagram -nya.
Tukk
Dorongan sendok di depan mulutnya yang tertutup itu membuat Alya mendongak, ia membulatkan matanya melihat Arka lah yang memegang sendok berisi nasi goreng miliknya.
"G-gue bisa sendiri Ar," ucap Alya gugup.
"Buka mulutnya," balas Arka tak mempedulikan ucapan Alya.
Alya pun akhirnya membuka mulutnya menerima suapan dari Arka, dan hal itu berlanjut sampai nasi goreng di piringnya sudah habis tak tersisa.
"Ayo ke lapangan," ajak Arka sambil menarik pelan tangan Alya setelah gadis itu menyelesaikan makannya.
"Ngapain?" tanya Alya.
"Gue tanding basket, lo duduk di kursi pemain kelas gue," jawab Arka.
"Ih enggak ah, maluuu." Alya menarik tangan Arka pelan, tidak ingin melanjutkan langkahnya.
"Ajak dua temen lo itu, ada Devan juga disana," balas Arka yang akhirnya hanya bisa di respon oleh Alya dengan hembusan nafas pasrah, lagi.
.
.
.
.
.
.See you di next part-!!
To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Novela Juvenil[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...