-ARKALYA 30-

247 4 0
                                        

"Lo nggak kenapa-kenapa, kan, Lis? Jangan salahin diri lo sendiri mulu, ihArka -nya aja yang pucek emang," cerocos Naissa dengan emosi yang menggebu, gadis itu masih sangat amat kesal pada Arka yang membuat kedua sahabatnya menangis walaupun secara tidak langsung.

Alisya yang mendengar ungkapan emosi Naissa hanya bisa tersenyum kecil, lalu ia mendudukkan dirinya di kursi kosong yang tersisa, tepat didepan Naissa dan di sebelah Devan.

Selang 5 menit kemudian, datanglah abang-abang penjual sate yang membawa 4 piring sate ayam yang terlihat menggiurkan, ternyata Zico sudah memesankan makanan untuk Devan dan juga Alisya.

"Ekhem," dehem Zico yang seketika mengheningkan meja itu, bahkan Naissa yang sudah ingin melahap satenya jadi terhenti dan memusatkan perhatian mereka pada Zico, "Kenapa, Yang?"

"Gue mau minta maaf sama lo, Dev," ujar Zico pada Devan yang ada di hadapannya, Devan menaikkan satu alisnya seolah bertanya untuk apa laki-laki itu meminta maaf padanya.

"Seharusnya gue cegah Arka waktu itu, seharusnya gue gak biarin Arka deketin adek lo, seharusnya gue kasih tau lo waktu itu, sorry, Dev," lanjut Zico dengan nada penuh sesal.

Devan akhirnya membalas permintaan maaf Zico dengan santai, "Gue udah tau kali, Arka nemuin gue langsung."

"HAH?!" Kompak Alisya, Naissa, dan Zico membuat atensi seluruh pengunjung disana memusat pada mereka, Devan juga turut menutup erat telinganya mendengar teriakan 3 orang yang berada satu meja dengannya ini, kemudian ia berdiri sebentar dan sedikit membungkuk sebagai permintaan maaf pada pengunjung yang terganggu.

Bukannya merasa malu atau bersalah karena membuat keributan, ketiga orang itu malah kembali menyerbu Devan dengan pertanyaan-pertanyaan nya.

"Kok bisa?" tanya Alisya.

"Gimana sih, Dev?" lanjut Naissa yang sudah berada di ambang kepo maksimal.

Devan pun akhirnya menceritakan bagaimana Arka yang menemuinya langsung malam itu dan mengungkapkan perasaannya.

Naissa yang sudah mendengar keseluruhan cerita Devan semakin mengheboh, "Udah-udah, ayok makan dulu, udah dingin tuh satenya," ujar Alisya untuk menghentikan kehebohan Naissa.

Dan akhirnya mereka menyantap hidangan di hadapan mereka masing-masing dengan khidmat.

•••••

"Satu suap lagi, aaa--,"

Arka menyuapkan suapan terakhir bubur yang dibuatkan oleh bundanya tadi untuk Alya, sekarang mangkok jatah makanan gadis itu sudah habis, sedangkan mangkok bubur milik Arka sendiri masih utuh, entahlah, melihat Alya makan saja ia sudah kenyang rasanya.

"Lo juga makan, Ar," ucap Alya setelah menenggak habis air mineral yang disodorkan Arka.

"Liat kamu makan aja udah kenyang duluan aku," jawab Arka yang masih setia menatap segala pergerakan Alya.

Perlahan pipi gadis itu bersemu, mengingat Arka yang kini selalu menggunakan kata aku-kamu kadang terdengar sedikit menggelikan.

Namun, Alya segera mengalihkan perhatiannya agar Arka tak menyadari rona merah dipipinya, ia mengambil mangkok bubur Arka, menyendok penuh bubur itu, lalu mengarahkan sendoknya tepat di depan mulut Arka, "Aaaa--"

Alya melakukan hal yang sama seperti apa yang Arka lakukan padanya tadi, tidak ada salahnya untuk berbalas budi, kan?

Sedangkan Arka yang diperlakukan seperti itu, dengan senang hati menerima suapan-suapan yang diberikan Alya.

"Abis ini anterin gue pulang, ya?" pinta Alya sambil menyodorkan segelas air putih pada Arka yang baru selesai menghabiskan makanannya.

Arka menenggak habis isi gelas tersebut, lalu menyimpannya kembali di atas nampan, "Iya, aku naruh ini bentar ke belakang, ya?"

Setelah menjawab permintaan Alya, Arka segera beranjak membawa nampan yang berisi mangkuk dan gelas kotor bekas makan mereka, meninggalkan Alya yang kini kembali sibuk memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Arka setelah ini.

Menjauhi laki-laki itu? Tidak mungkin, ia yakin Arka tidak akan membiarkan hal itu.

Lagipula Arka sudah mengakui semuanya, dan sepertinya penjelasan Arka yang panjang lebar tadi sudah cukup untuk mendapatkan maaf -nya.

Lama Alya melamun hingga tak menyadari bahwa Arka sedang bersandar di daun pintu, menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ayo, aku anter pulang," ujar Arka menggenggam pelan tangan Alya, membuat gadis itu sedikit tersentak.

Alya mendongak dan menatap Arka yang kini juga menatapnya dengan senyuman lembut, ia pun bangkit dan mengikuti langkah Arka yang masih menggenggam erat jemarinya.

"Bun, Arka mau anterin Alya pulang dulu," pamit Arka pada Bundanya yang sedang duduk anteng menonton sinetron kesayangannya.

Bunda Arka yang tadinya fokus akhirnya mengalihkan perhatiannya, netranya menangkap 2 figur remaja yang sedang berada di fase labilnya, "Yaudah sana, jangan ngebut!"

Arka hanya mengangguk lalu menyalimi tangan Bundanya diikuti oleh Alya, "Alya pamit dulu ya Bun, makasih udah ngerawat Alya tadi, maaf ngerepotin."

"Nggak repot kok, cantik," ujar Bunda Arka sembari menggenggam tangan Alya, "Bunda malah seneng banget ada kamu disini, kapan-kapan main lagi, ya?" lanjutnya.

Alya pun merespon dengan anggukan kepala dan senyuman manisnya, sebelum ia akhirnya mengikuti langkah Arka masuk ke dalam mobil sport hitam milik laki-laki itu.

"Semoga kalian bahagia terus."

.
.
.
.
.
.
.

Semoga baik-baik terus deh ya Arka sama Alya -nya.
Tapi nggak mungkin si, wkwk.
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang