-ARKALYA 07-

315 6 0
                                    

Ting! Ting!

Terdengar suara notifikasi hp yang membuat Alya menghentikan kegiatan menyisirnya dan beranjak untuk menggapai ponsel.

Arka.fsh
|Gue udah di depan

Defalya.dey
Dapet id line gue darimana?|

Arka.fsh
|Ga penting, cepetan turun
|Gausah dandan
|P
|P
|P

Defalya.dey
Iya bawel, gue turun|

Alya menyimpan hp-nya di tas dan mengecek penampilannya sekali lagi di standing mirror -nya, kaos crop  berwarna biruu terang, celana jeans dan sepatu putih, juga tas selempang yang senada sudah melekat dengan apik ditubuhnya.

Alya pun segera melangkah turun ke bawah dan berpamitan pada Devan.

"Bang, gue izin pergi dulu sama temen ya," ujar Alya sambil mencium pipi kiri Devan.

"Mau kemana lo?" Tanya Devan yang masih memegang gelas berisi kopi susu untuk dirinya sendiri.

"Keluar bentar ama Arka," balas Alya yang hanya dijawab dengan "Oh" dan anggukan kepala dari Devan.

"Yaudah Bang, Alya berangkat dulu ya!"

"Jangan pulang malem-malem!" Balas Devan yang hanya dijawab dengan anggukan dan acungan jempol oleh Alya.

•••••

"Arka! Sorry, gue lama ya?"

Setelah menutup rapat gerbang rumahnya, Alya pun menghampiri Arka yang tengah duduk menunggu di jok motornya.

Arka yang mendengar namanya disebut pun menolehkan pandangannya ke arah Alya, dan--

"Arka ih! Kesambet lo ya?" tanya Alya.

Gadis itu menyentuh dahi Arka berharap tidak ada gangguan apapun yang merasuki diri Arka.

"Anjing gue kelepasan!" batin Arka.

"Ck," Arka menepis pelan tangan Alya lalu menggantikannya dengan menggenggam tangan gadis itu.

"Eh- eh apaan nih!" ujar Alya lalu segera melepaskan genggaman tangan Arka.

"Udah deh, dingin!"

Arka kembali meraih dan menggenggam tangan Alya seperti tadi, bedanya sekarang tangan mereka berdua tersimpan dengan hangat dalam saku jaket yang dikenakan Arka.

Alya yang mendapat perlakuan mendadak seperti itu hanya bisa mematung.

Arka yang melihat hal itu segera menyadarkan Alya agar tidak terlalu terhanyut dalam lamunannya.

"Kenapa? Jangan suka ngelamun!" seru Arka sambil mendekatkan wajahnya ke Alya.

"Ih, apaan sih Arka!"

Alya segera menjauhkan wajahnya ketika menyadari bahwa wajahnya dan Arka hanya berjarak sejengkal saja.

"Ngelamunin apa sih?" tanya Arka lembut yang kini memberikan perhatian penuh pada gadis itu.

"Gak ada kok. Udah yuk jalan, keburu malem nih!" Alya menarik tangan Arka agar segera beranjak dari sini karena debaran jantungnya semakin menjadi mendengar suara lembut Arka.

Alya dan Arka pun akhirnya melangkahkan kaki mereka menuju sebuah taman yang tidak jauh dari kompleks perumahan Alya.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diisi suara bising sepeda motor dan klakson mobil yang bersautan. Tak lama setelah itu mereka pun sampai dan langsung menempati tempat duduk yang memang disediakan untuk para pengunjung.

Alya membuang nafasnya lega, akhirnya ia terbebas dari suasana yang menurutnya sangat canggung tadi.

"Tunggu!"

Arka lalu sedikit berlari menjauh dari Alya yang baru saja ingin bertanya kemana ia akan pergi.

"Huftt, dasar cowok aneh!" gerutu Alya.

Ia menghembuskan nafas panjangnya sambil melihat sekitar, was-was jika Arka meninggalkannya sendirian di taman yang sudah mulai ditinggal pengunjungnya ini.

Tiba-tiba saat Alya menolehkan kepalanya ke arah kiri, ia melihat wajah Arka yang hanya berjarak 5cm dari wajahnya. Tatapan Alya beradu dengan mata tajam Arka, tidak ada yang berniat untuk mengalihkan tatapan itu.

Deg deg deg

"Kayaknya gue harus ke dokter spesialis jantung deh abis ini," batin Alya.

"Kok gini sih?" batin Arka.

"KAK, ES KRIMNYA CAIR!"

Tatapan keduanya seketika terputus saat terdengar pekikan salah satu anak yang sedang bermain di taman itu.

Arka pun segera mengecek es krim yang tadi sengaja ia beli untuknya dan Alya, ternyata es krim nya memang sudah mencair. 

"Tunggu, gue beli lagi," belum sempat Alya menjawab, Arka sudah berlari menuju penjual es krim di seberang jalan.

Alya memperhatikan punggung Arka yang menjauh sembari memegang dadanya yang berdegup kencang. Sepertinya ia benar-benar harus memeriksakan kesehatan jantungnya ke dokter spesialis organ dalam.

Alya kembali memperhatikan Arka yang sedang berebut es krim dengan anak-anak yang juga ingin segera menikmati manis dan dinginnya es krim itu.

Alya pun berniat menghampiri Arka di seberang jalan, tiba-tiba saat ia menyebrang, dompet yang dipegangnya terjatuh, sedangkan dari arah kiri-nya ada sebuah motor matic yang melaju ke arahnya dengan kecepatan yang laju.

"ALYA AWAS!!"

.
.
.
.
.
.
.

Sejauh ini gimana sama Arka?
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang