-ARKALYA 09-

266 8 0
                                    

"Hufftttt, bosen banget disini, mana sih bang Devan, tadi katanya pergi bentar, udah sejam gini belom balik juga." Alya mengotak-atik remot tv di genggamannya untuk mencari tontonan yang dapat menghilangkan rasa bosannya.

Arka sudah pergi dari jam 9 pagi tadi, ia harus membersihkan dirinya dan istirahat dengan baik dikamarnya. Semalaman laki-laki itu tidur dengan posisi duduk disamping ranjang Alya, menelungkupkan kepalanya tepat disamping tangan Alya.

Aih, sudahlah.

Mengingat perlakuan Arka kemarin membuat pipi Alya memanas, entah bagaimana ia bisa menjadi terbawa perasaan dengan apa yang dilakukan Arka.

Sedangkan Devan jam 8 malam tadi mendapat panggilan dari temannya yang meminta bantuan karena ban sepeda motornya bocor di tengah jalan, terpaksa Devan meninggalkan adiknya itu di rumah sakit sendiri untuk sementara, mengingat Arka yang juga sedang ada urusan malam ini.

Setelah lama jarinya berkelana mengganti saluran televisi dan tidak mendapat apa yang ia inginkan, akhirnya Alya mengambil handphone nya yang ia letakkan di nakas samping ranjangnya.

Alya memutuskan untuk menghubungi Devan karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, yang artinya sudah 3 jam Devan pergi. Mendadak ia menjadi khawatir dengan keberadaan abangnya itu.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat--"

Alya menekan tombol merahnya untuk mengakhiri celotehan mbak operator.

"Abang kemana sih kok belum balik juga."

Alya terus menerus mengecek handphone nya, siapa tau abangnya itu memberi balasan. Namun, tiba-tiba,

Cklek

•••••

"Fuck! Udah jam 12 malem." Devan yang baru saja mengecek jam tangannya itu mengumpat pelan ketika mengingat bahwa ia sudah meninggalkan Alya sendiri di rumah sakit selama 4 jam lamanya.

Tadi, ia mendapat panggilan dari Zico karena ban motornya bocor, dan berakhirlah ia disini, di sebuah arena untuk mengadu kecepatan laju kendaraan, dimana tadi ia menyaksikan Arka yang sedang bertanding dengan musuh bebuyutannya.

Devan akhirnya membuka ponselnya dan terkejut karena ternyata banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Alya. Hal itu membuat ia segera menghampiri Arka dan beberapa temannya yang lain, berpamitan untuk kembali menjaga Alya di rumah sakit.

"Oi, gue ninggalin Alya sendirian tadi, gue balik ke rumah sakit dulu ya!" Devan pun segera memakai helmnya dan akan melajukan motornya setelah melakukan tos ala-ala mereka, tetapi tiba-tiba ponsel milik Arka berdering membuat seluruhnya menatap ke arah Arka, tidak terkecuali Devan yang sudah siap untuk menjalankan kendaraannya.

Ddrrtttt ddrrtttt

"Alvin"

Nama Alvin terpampang jelas di layar handphone-nya, membuat Arka mengerutkan keningnya dalam.

Seingatnya, ia sudah tidak ada masalah dengan laki-laki yang berusia sama dengannya namun berbeda sekolah itu setelah balapan mereka tadi.

Ya, Alvin adalah musuh bebuyutan dari 3 sekawan itu, padahal sebelumnya mereka semua adalah sahabat, tetapi karena berbagai kesalahpahaman yang beruntun membuat mereka menjadi terpecah, ditambah dengan Alvin yang juga memilih untuk meninggalkan sekolah lamanya.

Arka yang penasaran pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut setelah sebelumnya memberi kode pada teman-temannya untuk diam dan mendengarkan apa yang akan Alvin katakan.

"Hai bro! Apa kabar?" Sapaan yang diakhiri dengan kekehan itu menyambut Arka di telepon.

"Gausah basa-basi, mau apa lo?" Tanya Arka yang sudah mengetahui bahwa Alvin memang akan menelponnya hanya jika ingin memancing amarahnya.

"Defalya Deynira, ckck! Namanya cantik, cewek lo nih?"

Setelah Alvin menyelesaikan bicaranya, terdengar suara seorang gadis yang tengah meraung-raung meminta pertolongan siapapun yang dapat menolongnya. Devan yang mendengar itu seketika melepas kembali helm yang sudah ia kenakan dan membuka suaranya, "Heh! Lo apain adek gue!?"

"Wow! Devanendra Ardyana! Long time no see! Gimana kabar lo mantan sahabat?"

Ucapan Alvin yang bernada mengejek itu pun memancing amarah Devan, "GUE TANYA LO APAIN ADEK GUE, ANJING!"

"Hahahaha, tenang, adek lo aman sama gue disini. Kalo lo mau, lo bisa kesini bareng Arka, kayaknya bakal menarik kalo kita reunian disini," ucap Alvin sambil tertawa puas karena merasa bisa memancing emosi seorang Devanendra.

"Bangsat!" Umpat Devan pelan.

"Gue tunggu, di gudang bekas jalan Melati."

Pip!

Setelah mengatakan dimana ia berada, Alvin langsung mematikan panggilannya secara sepihak. Devan dan Arka yang merasa khawatir pun akhirnya segera bergegas pergi ke tempat yang sudah disebutkan tadi bersama Zico juga tentunya.

•••••

"Cantik juga," gumam Alvin sambil memandangi Alya yang sudah kembali tidak sadarkan diri karena lelah meronta meminta dilepaskan, apalagi dengan kondisinya saat ini yang masih belum pulih pasca kejadian kecelakaan kemarin. "Gue bakal bikin Arka, Devan dan Zico abis disini."

"Eunghh!"

Alya yang sudah sadarkan diri itu segera menatap kembali tubuhnya yang sedang terikat dengan sangat kuat di sebuah kursi rapuh yang rasanya akan ambruk jika ia bergerak sedikit saja.

Ia menatap seorang laki-laki yang juga sedang menatapnya itu, demi apapun ia sangat membenci laki-laki di hadapannya ini, bagaimana bisa laki-laki itu menculiknya tanpa memberinya makanan, huft.

"Lo siapa si? Gabut banget ya sampe nyulik gue segala? Mana ga dikasih makan lagi, gatau apa cacing-cacing di perut gue udah pada demo? Kalo mau nyulik orang tuh modal dikit kek."

Alvin menatap tidak percaya ke arah gadis yang ada dihadapannya ini. Bagaimana bisa ia berbicara panjang lebar seperti itu dengan nada yang santai dan terkesan mengeluh tepat setelah gadis itu membuka matanya.

"Menarik," batin Alvin sambil terus memandangi Alya.

"Ngapain sih lo ngeliatin gue gitu banget? Gue tau gue cantik, tapi ya biasa aja dong liatnya! Tuh Abang laknat ama si kutu kupret lama banget sih kesini, gaada niat mau nolongin gue gitu?" Alya kembali mengomel dan menggerutu sekalian menyumpah serapahi Devan dan Arka yang menurutnya sangat lelet itu.

"Dey."

"Hah? Dey?" Alya mengerutkan keningnya ketika mendengar laki-laki itu menyebutkan Dey.

"Lo Defalya Deynira kan?" Tanya Alvin yang dengan cepat diangguki oleh Alya.

"Yaudah, gue panggil lo Dey, anggep aja panggilan special dari gue buat lo," ucap Alvin yang masih saja menatap Alya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Brakk!!

.
.
.
.
.
.
.

 Siapa lagi nih?
Kalau kalian suka sama ceritanya boleh banget masukin library atau reading list kalian, thank you.
See you di next part-!!

To be continued,
-N

ARKALYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang