"EH AYAM COPOT!"
Alya yang mendengar suara gebrakan keras berasal dari dobrakan pintu itu terlonjak kaget.
Ia bersumpah akan menarik telinga kedua laki-laki yang mendobrak pintu itu dengan sangat keras, bisa-bisanya membuat dirinya terkejut dan hampir saja terkena serangan jantung. Tetapi, ia juga merasa lega ketika melihat Arka dan Devan yang sudah berada di hadapannya, dengan Zico yang memang sering bersama mereka dan 1 orang lagi yang tampak asing di mata Alya.
"LO APAIN ADEK GUE HAH!?" Devan yang melihat Alya terikat di sebuah kursi tua dengan keadaan yang sangat amat berantakan itu seketika emosinya memuncak.
Begitu juga dengan Arka yang menatap Alya lama dengan pandangan meneliti dari atas ke bawah, lalu mengalihkan pandangannya kembali menatap ke arah Alvin dengan pandangan tajamnya.
"Selow bro, gak gue apa-apain adek lo, cantik gini, palingan tadi gue icip dikit," ucap Alvin sambil terkekeh pelan menatap mengejek ke arah Devan dan Arka yang terlihat ingin segera memangsanya.
"Nyicip matamu!"
Gumaman Alya yang sangat kecil itu masih bisa di dengar oleh semua orang yang ada di dalam ruangan. Aldo yang dilihat Alya sebagai orang asing tadi juga mendengar gumaman gadis itu hingga menatap Alya dengan tatapan cengonya, "Gila nih cewek," batin Aldo.
"Sayang ngomongnya kok kasar gitu sih, hm?" ujar Alvin sambil mengelus pipi Alya lembut dengan seringainya yang terlihat menyebalkan.
Alya yang mendapat perlakuan seperti itu dengan segera menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri dengan kasar bermaksud menolak apa yang ia terima barusan, jangan lupakan dengan panggilan sayang yang terlontar dari mulut bajingan itu, "Najis."
"JAUHIN TANGAN BUSUK LO DARI ADEK GUE!" Devan yang melihat perlakuan Alvin pada Alya menggeram marah, tangan laki-laki itu sudah terkepal kuat, ia pun segera berjalan menuju ke arah Alya dan Alvin, tapi tiba-tiba muncul 7 orang laki-laki dengan badan kekar dari samping kanan dan kiri Alya.
"Udah lama gue gak liat sahabat-sahabat gue ini berantem," ucap Alvin kembali menatap Devan, Arka, Zico, dan Aldo dengan tatapan mengejeknya, ia tahu Devan dan Arka tidak akan bisa menahan emosinya terlalu lama.
"Sekali pengecut, tetep pengecut."
Setelah mengucapkan hal itu, Arka segera maju dan melawan 7 anak buah yang disembunyikan oleh Alvin tadi. Devan, Zico, dan Aldo yang melihat itu pun segera ikut maju dan membantu Arka yang takutnya akan kewalahan jika menghadapi semuanya sendiri. Walaupun sebenarnya mereka sendiri yakin bahwa mengalahkan 7 anak buah Alvin sendirian bagi Arka bukanlah apa-apa.
Alvin yang melihat 2 anak buahnya sudah tumbang itu pun akhirnya ikut turun tangan melawan Arka dan teman-temannya.
Arka yang melihat Alvin mulai menjauh dari keberadaan Alya segera berlari menuju gadis itu dan membantu melepaskan ikatannya. Alya menatap intens ke arah Arka yang tengah berusaha melepaskan ikatannya, laki-laki itu terlihat sangat tampan di tengah keadaannya yang nampak berantakan.
Namun, beberapa saat kemudian, Alya membelalakkan matanya melihat satu anak buah Alvin yang tengah memegang sebuah balok kayu dan akan mengarah kearahnya dan juga Arka,
"ARKA AWASSS!!!"
Brakk!!
Anak buah Alvin yang tadinya hendak menyerang Arka akhirnya terjatuh karena Arka sudah terlebih dahulu menyadari keberadaannya dan menarik Alya ke dekapannya agar tidak terkena balok kayu itu.
"Al, lo gapapa kan?" Arka pun segera mengecek keadaan Alya dan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan itu.
Alya yang masih shock hanya bisa mengangguk menandakan bahwa ia baik-baik saja.
Arka kembali mendekap tubuh Alya sebentar untuk menenangkan gadis itu, lalu membawa Alya ke arah belakang tubuhnya dan mulai menghadap Alvin yang sudah menyadari bahwa Alya sudah berada di genggaman Arka.
Tak lama kemudian Alvin dan anak buahnya tumbang menyisakan Arka, Devan, Zico, dan Aldo yang masing-masing mendapat luka di area wajah mereka.
"Dek, lo gapapa kan?" tanya Devan memutar-mutar badan Alya perlahan, mengecek apakah adiknya itu mendapat luka yang serius.
Setelah tidak menemukan luka apapun Devan akhirnya menghela nafas lega sambil memeluk adik satu-satunya itu. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada Alya tadi.
"Gapapa Bang, lo tuh yang kenapa-napa! Udah yuk balik, gue obatin lukanya." Alya segera menarik tangan Devan dan Arka untuk segera keluar dari tempat berdebu dan usang itu, diikuti oleh Zico dan Aldo.
•••••
Alya, Devan, dan Arka pun akhirnya sampai di rumah Devan dan Alya. Sedangkan Zico dan Aldo memilih untuk pulang ke rumah masing-masing dan mengobati lukanya sendiri.
Ngomong-ngomong soal Aldo, laki-laki itu adalah teman Arka yang berasal dari sekolah sebelah, tadi mereka bertemu di arena balap, Aldo yang melihat teman-temannya memasang raut khawatir akhirnya memilih untuk menghampiri mereka dan ikut menyusul ke tempat Alvin.
Alya segera beranjak mengambil minum dan kotak P3K untuk mengobati 2 laki-laki yang ketampanannya sedikit terpengaruh karena luka itu.
Alya memilih mengobati Devan terlebih dahulu setelah itu menyuruh Devan untuk membersihkan diri dan ber- istirahat di kamarnya.
"Sini gue obatin luka lo," ujar Alya menarik pelan badan Arka agar posisinya sedikit mendekat ke arahnya supaya memudahkan Alya mengobati wajah Arka yang juga sama lebamnya dengan Devan.
Arka menatap lekat ke arah Alya yang tengah fokus mengobati lukanya, membuat salah satu organ tubuhnya berdegup kencang tanpa disadari.
"Makasih ya," ucap Alya yang sudah selesai membereskan kotak P3K -nya itu.
"Makasih buat?" Arka menaikkan sebelah alisnya menatap Alya yang sudah akan beranjak mengembalikan kotak P3K -nya.
"Makasih udah nolongin gue tadi, hampir aja pala gue kegetok ama kayu, untung lo narik gue jadi ke- cancel."
Alya melanjutkan langkahnya untuk mengembalikan kotak P3K itu dan kembali lagi untuk menyuruh Arka beristirahat di kamar bersama Devan.
"Tunggu!" Arka mencekal pelan tangan Alya yang akan menuju kamarnya itu.
Sedangkan Alya hanya menatap Arka, menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulut laki-laki itu.
"Emm, good night."
Alya yang mendengar hal itu terkekeh pelan lalu kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya dengan cepat tanpa membalas ucapan Arka.
"Kenapa gue jadi gini?" batin Arka.
"Aish, jantung gue makin kenceng ini, besok harus ke dokter fix," batin Alya.
.
.
.
.
.
.
.Segitu dulu part kali ini.
See you di next part-!!To be continued,
-N
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALYA (END)
Teen Fiction[Non-baku] "Gue gaakan lepasin lo gitu aja!" "Gue ngaku kalah." . . . Defalya Deynira, Gadis cantik dengan tubuh proporsional itu mulai memasuki kehidupan baru di lingkungan barunya. Ia menginjakkan kakinya kembali di kota Jakarta ini setelah sekian...